WHY ME????
.
Sebuah email teman lama muncul di inbox saya. Dia mengabarkan bahwa anaknya yang ke dua baru lahir dan didiagnosa dokter mengidap Down Syndrome. Sahabat ini dan suaminya pasangan yang sungguh-sungguh cinta Tuhan. Saat hamil, dokter sudah menyarankan untuk test apakah janinnya dalam keadaan sehat? Sudah menjadi kebiasaan di negaranya untuk mengambil test ini. Jika janin kurang bagus maka dokter akan mengaborsinya. Suami dan ibu mertuanya yang juga seorang dokter, menolak test ini karena bertentangan dengan iman Kristen. Apalagi kemungkinan anak sahabat ini terkena down syndrome hanya 1 dibanding 100.000.
Ternyata anaknya betul-betul lahir dengan kondisi Down Syndrome. Mengapa Tuhan mengijinkan ini terjadi? Anak ini akan menjadi beban sepanjang hidupnya. Dia pun merasa bersalah pada putri sulungnya yang harus merawat adiknya yang cacat setelah mereka meninggal nanti. Sahabat ini marah kepada Tuhan, marah kepada suami dan ibu mertuanya yang menyarankan untuk tidak mengambil test, dia marah kepada nasibnya. Dia tidak berani ke gereja, tidak mau keluar rumah karena takut dengan pertanyaan orang tentang anaknya.
Why me?