Monthly Archives: Nov 2021

Articles

Mengapa, Kapan, dan Di Mana Memberi.”

Gospel Truth’s Cakes
Yenny Indra

Mengapa, Kapan, dan Di Mana Memberi.”

Firman Tuhan berbicara lebih banyak tentang keuangan daripada tentang surga dan neraka.
Yesus berkata mempercayai Dia dengan uang kita merupakan penerapan iman kita yang paling kecil (Lukas 16:9-11).
Jika kita tidak dapat melakukan hal yang paling kecil, maka kita tidak dapat melakukan hal-hal yang lebih besar.
Ini sangat penting.

Sebelum saya mengajar tentang keuangan, izinkan saya menceritakan, minggu ini, saya menonton penggalangan dana yang diadakan oleh jaringan Kristen, dan saya terkejut.
Saya melihat manipulasi yang membuat para penipu terlihat jujur, dan itu semua dilakukan atas nama Tuhan dengan air mata berlinang dan menggunakan banyak promosi sensasional. Itu benar-benar menyedihkan hati, karena saya tahu korbannya adalah sebagian besar dari Anda.

Tetapi tahukah Anda apa yang paling membuat saya kesal? Bukan sang pendeta yang salah mengartikan kehendak Tuhan. Hal seperti itu akan selalu dan selalu terjadi.
Apakah sangkut pautnya jerami dengan gandum (Yeremia 23:28)?
Kita mengarahkan pandangan kita pada Yesus (Ibrani 12:1-2). Yang benar-benar membuat saya kesal, ternyata taktik ini berhasil. Tubuh Kristus menanggapi permohonan semacam ini dengan memberikan banyak uang, dan itulah sebabnya para ‘pendeta’ dan pelayan yang ‘palsu’, melakukan hal seperti ini: karena berhasil. Ada organisasi yang menerima ratusan juta dolar per tahun melalui tipu muslihat, kebohongan, dan manipulasi.

Ini menggambarkan, betapa banyaknya ketidakdewasaan dalam tubuh Kristus.

Ketika saya berdoa tentang hal ini, saya merasa seolah Tuhan berkata, “Bagaimana umat-Ku dapat menjadi dewasa dalam bidang ini tanpa mendapatkan pengajaran yang benar, karena ‘iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus’ [Roma 10:17]?
Jadi, jika kita ingin melihat tubuh Kristus menjadi dewasa dalam area ini, ajari mereka.”
Itulah yang saya lakukan.

Namun dalam tulisan kali ini, saya ingin berfokus secara khusus pada apa yang Alkitab katakan tentang mengapa, kapan, dan di mana seharusnya memberi.
Perspektif Alkitabiah dalam tiga bidang ini akan menghentikan kekonyolan ini.

Pertama, motivasi di balik pemberian Anda lebih penting daripada pemberian Anda.
Inilah poin yang digarisbawahi dalam 1 Korintus 13:3 (TB), yang mengatakan, “Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.”

Alasan Anda memberi, jauh lebih penting daripada apa atau berapa banyak yang Anda berikan.

Setiap presentasi yang mengatakan, Anda dapat membeli berkat Tuhan atau keselamatan orang yang Anda kasihi atau keuntungan positif lainnya yang bisa diraih dengan pemberian keuangan Anda, telah menggunakan motif yang salah untuk membuat Anda memberi. Memang benar kisah janda di Sarfat memberi Elia semua yang dia miliki dan sebagai hasilnya kebutuhannya dipenuhi secara supernatural selama tiga tahun ke depan. Tetapi 1 Raja-raja 17:9 mengatakan, “Aku telah memerintahkan seorang janda di sana untuk menopang engkau.” Tuhan telah memerintahkannya untuk mendukung Elia. Ini bukan tentang memenuhi kebutuhannya, meskipun itu memang terjadi; dia memberi untuk membantu abdi Allah.

Juga benar bahwa pemberian Kornelius muncul di hadapan Tuhan sebagai kejadian yang penting untuk diingat (Kisah Para Rasul 10:4), tetapi imannyalah yang menyenangkan Tuhan (Ibrani 11:6). Pemberiannya hanyalah tanda nyata dari iman dan kepercayaannya kepada Tuhan. Berkat Tuhan tidak dapat dibeli (Kisah Para Rasul 8:18-20).

Memang benar, karena kita memberi, Tuhan akan memberi kembali kepada kita seratus kali lipat dalam hidup ini (Markus 10:30), tetapi memberi hanya untuk mendapatkan kembali adalah motivasi yang salah. Allah memakmurkan kita sehingga kita dapat mendirikan kerajaan-Nya (Ulangan 8:18), memberi kepada mereka yang membutuhkan (Efesus 4:28), dan berlimpah dalam setiap pekerjaan baik (2 Korintus 9:8). Kita memang perlu berharap untuk menerima ketika kita memberi, terutama agar kita diperlengkapi dan mampu memberi lebih banyak. Namun, penekanannya harus pada memberi, bukan menerima. Lebih berbahagia memberi daripada menerima (Kisah Para Rasul 20:35).
Kita harus hidup untuk memberi dan bukan memberi untuk hidup.

Kedua, banyak kesalahpahaman terjadi tentang kapan kita harus memberi.
Banyak orang Kristen hanya memberi setelah semua kebutuhan mereka terpenuhi. Tetapi Kitab Suci mengajarkan bahwa pemberian kita adalah buah sulung (Amsal 3:9). Artinya, hal pertama yang kita lakukan saat menerima uang adalah menghormati Tuhan dengan memberikan sebagian untuk pekerjaan-Nya. Kurang dari itu tidak menghormati Tuhan.

Juga, beberapa dari kita diajar hanya untuk memberi atas perintah khusus Tuhan. Tentu saja, Firman Tuhan adalah instruksi-Nya, dan kita tidak harus menerima suara yang dapat didengar atau audibel, untuk memberi kita arahan lebih lanjut. Ada kalanya Tuhan secara khusus mengarahkan pemberian kita, tetapi itu tidak terjadi setiap saat.

Kitab Suci mengatakan,
“Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.”
2 Korintus 9:7 (TB).

Bagaimana jika satu-satunya kesempatan, anak-anak kita mengatakan kepada kita bahwa mereka mencintai kita, adalah ketika kita menyuruh mereka memberitahukannya kepada kita?
Memang benar kita harus mengajari anak-anak untuk mengatakan hal-hal seperti “Terima kasih” dan “Aku mencintaimu.”
Kita memang memimpin mereka ke dalam hal-hal seperti itu, dan Tuhan memang menuntun kita untuk memberi pada waktu-waktu tertentu. Tetapi semua orang tua merindukan hari dimana tanggapan seperti itu keluar dari hati anak-anak mereka secara spontan. Demikian juga, Tuhan ingin kita memberi sesuai keinginan kita untuk memberi, bukan di bawah tekanan.

Jadi, ketika kita dikutuk agar memberi, atau dibuat merasa bersalah jika tidak memberi, itu adalah waktu yang salah untuk memberi. Saya memiliki seorang teman yang pernah memberikan $1.000 kepada seorang pendeta supaya dia dan semua orang bisa pergi dari gerejanya. Sang pendeta mengatakan dia tidak akan membiarkan siapa pun pergi sampai tujuan (dana yang dikumpulkan) mereka tercapai. Setelah tiga kali persembahan, mereka masih kekurangan $1.000, jadi teman saya memberikan $1.000 hanya untuk keluar dari sana.

Saya tidak akan pernah memberi dalam situasi seperti itu. Karena artinya mendukung perilaku negatif. Ini seperti memberikan suara atau mendukungnya, dan berkata, “Saya menyukainya. Lakukan lagi lebih banyak lagi.”

Setiap kali kita memberi kepada ‘pelayan atau pendeta’ yang memanipulasi kita, itu seperti memberikan suara atau mendukung perlakuan semacam itu terus berlanjut.
Kita tidak punya hak untuk menggerutu dan mengeluh ketika kita memilih melakukan hal yang pada akhirnya membuat kita sendiri kesal.

Ketiga, soal kemana kita harus memberi, itu yang paling mudah. Paulus berkata dalam 1 Korintus 9:7-11, Galatia 6:6, 1 Timotius 5:17-18, dan banyak ayat kitab suci lainnya, Anda harus memberi di tempat di mana Anda diberi makan.
Anda tidak makan di McDonald’s tetapi pergi ke Wendy’s untuk membayar. Anda membayar di tempat Anda makan. Demikian juga, Anda harus memberi di mana Anda diberi makan.

Maleakhi 3:10 (TB) membaca,
“Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.”

Saya telah mendengar banyak pendeta menggunakan ayat itu untuk mengajarkan bahwa persepuluhan Anda adalah milik gereja lokal Anda, dan persembahan di atas, persepuluhan Anda digunakan untuk pelayanan dan pekerjaan kebajikan lainnya. Saya setuju dengan itu jika gereja Anda benar-benar rumah perbendaharaan. Rumah perbendaharaan adalah tempat Anda menyimpan makanan atau pergi untuk mendapatkan makanan.

Gereja lokal adalah tulang punggung pekerjaan Tuhan di bumi ini. Ada cara-cara gereja lokal dapat memberi Anda makan, yang tidak dapat dilakukan oleh pelayanan lain. Anda tidak dapat menelepon saya di tengah malam atau meminta saya melakukan pemberkatan pada pernikahan anak Anda atau membantu menasihati mereka. Anda membutuhkan persekutuan dengan orang percaya lainnya. Saya tidak bisa menawarkan pelayanan itu, tapi gereja lokal bisa.

Namun, berapa banyak dari kita yang menyadari bahwa kita tidak hidup di dunia yang sempurna di mana setiap gereja mampu memenuhi kebutuhan orang-orang yang hadir?
Ada orang yang pergi ke gereja setiap minggu dan tidak pernah diberi makan. Sebenarnya, saya bertemu dengan banyak orang yang mengatakan kepada saya, bahwa mereka kelaparan atau justru diracuni oleh gereja-gereja lokal mereka, dan mereka hidup dari pengajaran saya.

Sesungguhnya, sesuatu hal yang salah, jika diberi makan di satu tempat, lalu memberikan persepuluhan dan persembahan Anda ke tempat lain. Jika Anda tidak berada di gereja lokal yang benar-benar memberi makan Anda, maka keluarlah dari sana dan temukan gereja yang baik. Kemudian berikan persepuluhan Anda kepada gereja itu dan persembahan Anda untuk pelayanan lainnya. Tetapi jika Anda tidak dapat menemukan gereja yang baik atau, karena alasan lain, tetap tinggal di gereja yang sudah mati, jangan berikan uang Anda di sana. Itu sama aetinya, Anda mensubsidi kegagalan mereka.

Saya dapat menjamin kepada Anda, mereka yang menggunakan tipu muslihat dan kutukan untuk memanipulasi, tidak benar-benar memberi makan umat Tuhan. Sudah lumrah diketahui, agama (legalisme) tidak memberi makan orang secara rohani. Jika tubuh Kristus ingin memurnikan motif mereka dalam memberi, mereka hanya memberi ketika mereka dapat melakukannya dengan sukacita dan bukan karena rasa bersalah, dan memberi di tempat mereka benar-benar diberi makan, maka mereka yang tidak memberi makan kawanan domba Tuhan, harus bertobat atau pergi. Gulung tikar. Sehingga, hanya pendeta dan gereja sejati yang benar-benar memberi makan tubuh Kristus-lah yang akan memiliki lebih banyak uang, lebih daripada yang mereka butuhkan

Setiap pelayanan yang benar-benar menjangkau orang, akan memiliki hasil yang serupa. Satu-satunya pengecualian yang dapat saya pikirkan adalah pelayanan yang melayani mereka yang tidak bisa memberi, seperti misionaris atau mereka yang membantu orang miskin. Itulah yang saya sebut pelayanan kebajikan, dan mereka membutuhkan sumbangan dari mereka yang tidak diberi makan langsung oleh mereka.

Saya menggunakan jam doa saya di Charis Bible College untuk mengajar tentang topik ini, “Mengapa, Kapan, dan Di Mana Memberi.” Itu benar-benar memberkati para siswa.
Saya pikir pengajaran ini akan memberkati dan membantu Anda menjadi lebih cerdas dalam bidang ini.
Selain itu, saya yakin Anda mengenal beberapa orang yang memiliki sikap buruk tentang memberi, karena telah melihat bagaimana uang itu telah diselewengkan dan disalahgunakan.

Saya pikir pemahaman ini akan menjadi sarana yang bagus untuk melewati rasa sakit yang pernah mereka alami, dan membantu mereka untuk mulai menerima yang terbaik dari Tuhan di bidang keuangan ini.

[Repost : “Why, When, and Where to Give”, – Andrew Wommack, diterjemahkan oleh Yenny Indra].

YennyIndra
TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN

Klik:
https://mpoin.com/

gospeltruth’scakes

yennyindra

InspirasiTuhan #MotivasiKebaikan

mengenalTuhan #FirmanTuhan

Read More
Articles

A Pen In God’s Hand…

Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra

A Pen In God’s Hand

Siapa pernah merasa gak Pede?
Saya tunjuk jari.
Sejak dulu saya suka membaca dan menulis, tetapi berbicara di depan umum, itu problem bagi saya.

Saya pun ikut seminar public speaking, berkali-kali… Semua guru saya Top dan pilihan. Tetapi masalahnya ada pada saya…
Bisa sich… Tetapi ada perasaan tidak nyaman.

Sampai saya belajar, bahwa Tuhan itu tinggal di dalam roh saya. Sesungguhnya yang menulis dan berbicara itu bukan saya, tetapi Tuhan.
Koq bisa?
Kan saya hanya pena di tangan Tuhan, alatnya Tuhan.
Coba kalau Tuhan ga beri saya ide tulisan, tidak menyertai saya saat menuangkannya menjadi tulisan, memangnya saya bisa?
Meski pun orang kerap menyebutnya sebagai talenta tetapi tanpa Tuhan, saya gak bisa apa-apa.


Teringat pada kesaksian Keith Moore. Beliau sejak kecil menang sudah fasih berbicara di depan umum tanpa menggunakan catatan. Pandai menyanyi dan memainkan alat musik, tanpa harus mengikuti pelatihan formal. Karenanya, mengajar dan menyanyi merupakan sesuatu yang natural dan mudah baginya.

Suatu ketika dia bertanya, “Tuhan, ini Kemampuanku atau ini Engkau?”

Setelah bertanya demikian, tidak terjadi apa-apa.
Tiba di kelas, tiba-tiba dia sadar. Mau menyanyi tidak ingat sebuah lagu pun…
Dieeeenk….
Mau mengajar, bahan-bahan yang sudah amat dikuasainya selama bertahun-tahun, yang selama ini gak usah mikir, sudah otomatis mengalir, sekarang lupa total.

Keith duduk di kantornya, memandang keluar melalui jendela. Bak botol yang kosong.
Selama 3 hari 3 malam, Keith tidak bisa apa-apa. Bengong.
Sejak itu Keith Moore belajar, bahwa setiap anugerah, talenta, kemampuan, ketrampilan itu berasal dari Tuhan.
Karena segala sesuatu berasal dari Tuhan, maka seyogyanya, dipergunakan untuk kemuliaan-Nya.

Kisah Keith Moore menjadi titik balik kehidupan saya. Hhhmmm… Segala sesuatu dari Tuhan dan untuk Tuhan. Saya kan hanya Pena Di Tangan Tuhan, istilah yang saya peroleh setelah berdiskusi dengan sis Elma.
Jadi baik, yang dapat pujian itu Tuhan. Kalau buruk, yang malu juga Tuhan…


Hal lain yang saya pelajari dari Greg Mohr, setiap apa yang Tuhan percayakan, maka ada Anugerah Penugasan yang menyertainya.
Tugas kita cukup taat saja. Tuhan yang akan menuntun bagaimana cara mengerjakannya dan membuatnya menjadi berhasil.

Mungkin saja bidang yang kita geluti nampak sederhana, tidak heboh, bukan brand yang gebyar-gebyar tetapi dengan memiliki perkenanan Tuhan, alias God’s Favor , maka yang nampak biasa menjadi aliran sungai berkat yang tidak pernah kering.
Sehingga dalam prosesnya, kita bisa merasakan damai sejahtera serta ketenteraman. Dilengkapi dengan karunia untuk menikmatinya.

Kita tidak bergantung pada kemampuan kita, tetapi fokus dan bergantung pada kemampuan-Nya. Kalau Tuhan di pihakku, siapa dapat melawan aku?

It’s all about God and not me.
Ini pewahyuan yang sangat membebaskan dan membuat saya jadi berani serta pede.

Bagaimana dengan Anda?

I am a little pencil in God’s hands. He does the thinking. He does the writing. He does everything and sometimes it is really hard because it is a broken pencil and He has to sharpen it a little more. – Mother Teresa

Saya adalah pensil kecil di tangan Tuhan. Dia yang berpikir. Dia yang menulis. Dia yang melakukan segalanya dan terkadang sangat sulit karena pensil itu patah sehingga Dia harus menajamkannya sedikit lagi. – Bunda Teresa

YennyIndra
TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN

https://mpoin.com/

SeruputKopiCantik

yennyindra

InspirasiTuhan #MotivasiKebaikan

mengenalTuhan #FirmanTuhan

Read More
Articles

Apakah Anda Haus?”

Gospel Truth’s Cakes
Yenny Indra

Apakah Anda Haus?”

Ada sesuatu tentang air yang menarik perhatian kita. Keindahan kumpulan besar air yang tenang, suara gemericik air di anak sungai, atau pemandangan ombak laut yang memukau saat mereka berlarian ke pantai menyebabkan sebagian besar dari kita berhenti, menatap, mendengarkan, dan merenung.

Air sangat penting bagi kehidupan di planet ini.
Jumlah air dalam tubuh manusia berkisar antara 50-75%. Rata-rata tubuh manusia dewasa, 50-65% nya adalah air. Tanpa air dalam tubuh alami, kita hanya bisa hidup beberapa hari. Sungguh menarik bahwa Yesus berbicara tentang air hidup sebagai solusi bagi pencarian manusia akan hidup yang kekal.

Yesus menjawab dan berkata kepadanya, “Jika kamu tahu karunia Allah, dan siapa yang berkata kepadamu, Beri aku minum”; Anda akan memintanya, dan dia akan memberi Anda air hidup. (Yohanes 4:10).

Manusia roh kita membutuhkan air kehidupan.
Yesuslah ‘air hidup’ itu. Sama seperti tubuh fisik kita tidak dapat hidup lama tanpa air alami, roh kita tidak dapat makmur tanpa mengambil bagian dari Yesus. Yesuslah satu-satunya yang dapat memuaskan dahaga roh kita. Tidak ada lagi yang bisa memuaskan. Pekerjaan kita sendiri, membuat kita frustrasi dan lelah. Mencari makna kehidupan kepada orang lain tidak pernah memuaskan. Hanya Yesus yang dapat memenuhi kita dengan damai, sukacita, iman, kasih dan hidup.

“Tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.”
Yohanes 4:14 (TB).

Semua orang bisa datang kepada Sang Sumber Kehidupan. Tidak ada biaya. Free of charge.

Roh dan pengantin perempuan itu berkata: “Marilah!” Dan barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata: “Marilah!” Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!”
Wahyu 22:17 (TB).

Hal yang luar biasa lagi, ‘air kehidupan’ yang sama yang telah memberi kita kehidupan, dapat mengalir dari kita kepada orang lain juga, saat kita berbagi kasih Tuhan.
Kita memiliki ‘air’ yang bisa dibagikan kepada dunia!

“Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.”
Yohanes 7:38 (TB).

[Repost : “Are You Thirsty?”, – Barry Bennett, diterjemahkan oleh Yenny Indra].

YennyIndra
TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN

Klik:
https://mpoin.com/

gospeltruth’scakes

yennyindra

InspirasiTuhan #MotivasiKebaikan

mengenalTuhan #FirmanTuhan

Read More
Articles

Intimidasi Senjata Iblis Menyerang Kita. (Healing Part 7)

Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra

Intimidasi Senjata Iblis Menyerang Kita. (Healing Part 7)

Berulang kali saya minta Rheva menulis kesaksiannya disembuhkan secara supernatural dari syaraf terjepit, tetapi tak kunjung muncul jua. Hingga setahun kemudian Rheva email. Ternyata terkuak penyebabnya.

“Sebenernya bu, ampunilah aku karena kemarin-kemarin aku masih suka ketakutan ga berani bersaksi, kalau kumat bagaimana?”, ujar Rheva,
“Aku ditodong Taufan teman sekelas di CJ3 bersaksi, aku sudah ga bisa menghindar. Begitu menyetujuinya, apa yang terjadi?

Rasa sakitnya muncul lagi 2 hari sebelum jadwal kesaksian! Aku ga berani buka mulut, cuma diam, dan aku bilang sama si jahat “Jangan permainkan aku, pergi deh, aku ga mau termakan tipuanmu!!!”
Pagi harinya aku bangun, the pain is gone, lenyap tak berbekas. Aku kesaksian bagaimana disembuhkan dari syaraf terjepit secara supernatural, tanpa rasa sakit sedikit pun…
Memang battlefield of the mind – peperangan dalam pikiran, selalu ada ya bu… tapi ya itu, otot rohani harus terus dilatih.

Ini aku ceritain ke kakak rohaniku…. unbelief – ketidakpercayaan, itu tetap bisa hadir, tapi aku menetapkan hati, ga mau naik turun kalau mempercayai kesembuhan…. karena karya Allah itu sempurna, ga setengah-setengah…. kalau sudah sembuh, akan selalu sehat. Aku pegang erat-erat kebenaran ini. “


Ketakutan yang sama saya alami saat saya ‘yakin’ disembuhkan dari Hipertiroid. Tetapi saya tidak berani cek laboratorium karena terselip ketakutan kalau ternyata hasilnya tidak sembuh bagaimana?

Darimana saya ‘tahu’ kalau saya sembuh?
» Malam hari jantung saya tidak berdebar-debar lagi, meski pun saya sudah lepas obat. Detak jantung sekitar di angka 100 ketika sedang parah-parahnya. Sekarang sekitar 60 – 70 an.
» Berat badan saya stabil tanpa obat. Sebelumnya, tanpa obat, berat badan langsung meluncur turun dengan cepatnya.

Menjelang vaksin Covid, saya test laboratorium, hasilnya normal.
Yeaaayyyy…. Betul-betul sembuh dan terbukti dengan hasil lab.
Lega.

Beberapa minggu lalu, saya mendapatkan tugas sharing.
Seminggu sebelum hari H, berkumpul dengan teman-teman bercengkerama seperti biasa.
Tiba-tiba saya ingat Yuliadi akan sharing bulan depan. Tanpa berpikir panjang saya berkomentar,
“Yul, mesti ada klimaksnya… Biar ada yang bisa ditindaklanjuti pendengar.”

Selama seminggu itu saya betul-betul diteror ‘musuh’.
“Koq bisa kasi saran Yuliadi? Yuliadi itu lebih berpengalaman..lebih jagoan dari saya… Belum lagi disampingnya P. Paulus, yang pengalamannya puluhan tahun dan sudah terkenal di seluruh negeri. Bagaimana dengan sharingmu minggu depan? Memangnya kamu bisa?”

Perasaan bersalah, takut, galau bercampur aduk.
Intimidasi demi intimidasi berputar-putar di kepala.
Padahal Yuliadi, P. Paulus mungkin sudah tidak ingat apa yang saya katakan.

Saya mengingatkan diri: it’s all about God, not me. Ini semua tentang Tuhan, bukan saya. Saya bergantung sepenuhnya kepada Tuhan.

Persis malam sebelum hari H, menjelang tidur tiba-tiba jantung saya berdebar-debar keras.
Terlintas pikiran seperti yang dialami Rheva, jangan – jangan Hipertiroid saya kambuh lagi.
Langsung saya sadar, ini bukan pikiran saya mau pun pikiran dari Tuhan. Tetapi pikiran yang diselipkan si ‘musuh’ yaitu iblis.
Segera saya usir dalam nama Allah!

Sharing keesokan harinya lancar dan berjalan dengan baik.
Begitu selesai, rasanya leegggaaa…
Janji Tuhan Ya dan Amin.
Dia tidak pernah meninggalkan mau pun membiarkan kita.

Yuliadi menulis di grup WA sekolah:

Guilt, fear, shame – rasa bersalah, ketakutan, rasa malu, adalah 3 senjata yang paling sering digunakan setan untuk merusak kesehatan tubuh seseorang. – Dr. Henry Wright.

Kadang-kadang perasaan bersalah bisa dipicu oleh hal-hal yang sedemikian sepele, terlambat menjemput anak di sekolah, meledak marah untuk hal-hal yang remeh lalu iblis menuduh kita bukan ibu atau istri yang baik….

Ada teman atau keluarga dekat yang berkomentar negatif, tanpa sadar kita menyetujuinya dan merasa ‘kita tidak cukup baik.’ Timbul perasaan tertolak, kepahitan dan malu.

Berhari-hari didera perasaan negatif, imun tubuh pun menurun.
Berpikir, oh… Kurang minum vitamin. Terlalu lelah.. Atau kurang istirahat.
Padahal penyebab utamanya justru intimidasi si musuh.


Saat ngobrol dengan Rheva, saya bercerita akan menulis bahwa intimidasi itu sesuatu yang wajar tetapi jangan diterima, karena itu pikiran yang diselipkan oleh musuh. Penting ini, banyak yang tidak paham.

“Betul Bu…. Ketakutan ini bisa muncul lagi setiap saat, karena symptomsnya memang real ya bu. Langsung kerasa,” sahut Rheva,
“Tapi aku selalu inget kesaksian alan n Debby Moore. Otaknya memang masih rusak tapi dia hidup mengalahkan hasil MRI- nya. Sekarang aku melatih imanku untuk bisa melihat bantalan tulangku digantikan yang baru oleh Tuhan. Baby steps untuk belajar mempercayai hal ini.”

Inilah kisah Alan & Debby Moore yang di mention Rheva:

Suatu hari Alan Moore yang tengah merawat kebunnya, terjatuh. Ternyata terkena stroke. Segera Debby, istrinya membawanya ke rumah sakit. Hasil rontgen menunjukkan 1/3 otak Alan memang mati. Tetapi baik Alan mau pun Debby percaya bahwa kesembuhan sudah ada di dalam roh mereka. Maka mereka bersepakat untuk memanifestasikannya, menolak intimidasi musuh bahwa stroke tidak bisa sembuh. Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit, para suster dan dokter terheran-heran karena Alan bisa berjalan sendiri ke toilet, padahal secara medis, seharusnya Alan lumpuh separuh tubuhnya.

Di rontgen ulang, hasilnya tetap sama. 1/3 otaknya tetap mati. Tetapi kenyataannya Alan bisa berjalan bahkan bekerja normal seperti sedia kala.
Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.
Kesaksian ini yang menguatkan Rheva, tidak peduli kondisi bantalan tulangnya seperti apa, pokoknya Rheva yakin, dia normal dan sembuh.

Sesungguhnya kita sudah paham di kepala, taktik lama si iblis tetapi ternyata menyingkirkannya, tidak semudah teorinya.
Karena itu perlu untuk senantiasa memperkuat fondasi rohani kita: pemahaman akan kasih Allah yang tanpa syarat dan menerimanya, hingga menghidupinya dalam hati. Dan bergaullah dengan orang-orang yang percaya bahwa kesembuhan itu sudah ada di dalam kita, maka terjadilah menurut imanmu.

Praktik yuk….

Real faith has perfect peace and joy and a shout at any time. It always sees the victory – Smith Wigglesworth.

Iman sejati memiliki damai yang sempurna, sukacita dan bersorak kapan saja. Karena iman sejati selalu melihat kemenangan. – Smith Wigglesworth.

YennyIndra
TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN

https://mpoin.com/

SeruputKopiCantik

yennyindra

InspirasiTuhan #MotivasiKebaikan

mengenalTuhan #FirmanTuhan

Read More
Articles

Pengelolaan Keuangan.”

Gospel Truth’s Cakes
Yenny Indra

Pengelolaan Keuangan.”

Ada sikap “anti-kemakmuran” di gereja saat ini, namun kebanyakan orang yang bersikap seperti itu, didalam hatinya ingin menjadi makmur. Ada alasan mengapa sikap ini begitu umum.
Beberapa guru kemakmuran menjalani gaya hidup yang memang layak mendulang kritik. Kita bisa memahaminya. Tetapi iman timbul karena mendengarkan Firman Tuhan (Roma 10:17), dan iman untuk meraih kemakmuran, timbul karena mendengarkan pengajaran tentang kemakmuran.
Kita perlu tahu apa yang Alkitab katakan tentang kemakmuran.

1 Tawarikh 29:12 (TB) mengatakan,
“Sebab kekayaan dan kemuliaan berasal dari pada-Mu dan Engkaulah yang berkuasa atas segala-galanya; dalam tangan-Mulah kekuatan dan kejayaan; dalam tangan-Mulah kuasa membesarkan dan mengokohkan segala-galanya.”

Tuhan berkata bahwa mereka yang percaya kepada-Nya tidak akan kekurangan hal yang baik (Mazmur 34:10).
Mempercayai diri sendiri atau sistem dunia ini adalah resep untuk menuai bencana. Manusia tidak berkuasa untuk menentukan jalannya, dan orang yang berjalan tidak berkuasa untuk menetapkan langkahnya. (Yer. 10:23(TB) ). Ada cara yang lebih baik, dan itulah cara Tuhan.

Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini.

Ulangan 8:18 (TB).
Tuhanlah yang memberi kita kekuatan untuk mendapatkan kekayaan. Perhatikan Dia tidak memberi kita kekayaan secara langsung. Dia memberi kita kekuatan, atau kemampuan, untuk mendapatkan kekayaan. Disadari atau tidak, Tuhan adalah sumber kemakmuran kita. Mungkin saja kita berkata, “Tapi saya bekerja untuk memperoleh uang ini. Tuhan tidak memberikan ini padaku. Saya yang mendapatkannya.”

Izinkan saya mengajukan pertanyaan ini:
Apa yang kita lakukan sehingga dilahirkan pada masa paling makmur dalam sejarah ini?
Kita bisa saja terlahir sebagai budak atau di negara yang tidak memiliki peluang ekonomi. Kita tidak memberikan kepada diri kita sendiri baik bakat mau pun kemampuan. Kita dapat mengembangkan bakat kita, tetapi masing-masing dari kita memiliki karunia yang diberikan kepada kita oleh Tuhan.
Kita tidak dapat mengembangkan apa yang tidak Tuhan berikan kepada kita.

Jika bahan kimia di otak kita sedikit berbeda, kita bisa menjadi sangat marah. Jika kita memiliki cacat yang melemahkan, kita tidak akan bisa bekerja. Jadi, sekali lagi saya katakan, disadari atau tidak, Tuhan adalah sumber kemakmuran kita.

Kemakmuran finansial bukanlah berarti Tuhan memberi kita uang; Dia memberi kita urapan yang memungkinkan kita menjadi makmur. Aset yang sesungguhnya bukanlah uang—bukan rumah, bukan mobil, bukan benda-benda fisik yang berwujud—melainkan urapan dari Tuhan untuk menghasilkan kekayaan. Aset yang sesungguhnya adalah nikmat Allah. Uang bukanlah kemakmuran; uang adalah produk sampingan dari kemakmuran. Banyak orang Kristen jatuh ke dalam perangkap untuk mengukur kemakmuran dengan jumlah barang yang mereka miliki. Menjadi makmur adalah mengandalkan Tuhan sebagai sumber Anda.

Ada orang yang makmur tanpa mempercayai Tuhan, tetapi biasanya ada harga yang harus dibayar, yang ‘menghancurkan’ hidup mereka (1 Timotius 6:9).
Mereka mengalami kesulitan, stres, bermasalah dalam perkawinannya, dan seterusnya (1 Timotius 6:10).
Mereka mungkin kaya, tetapi ada harga yang harus dikorbankan di bidang lainnya. Jika kita berhasil di jalan Tuhan, berkat Tuhan akan membuat kita kaya, dan tidak ada kesedihan yang akan ditambahkan padanya (Amsal 10:22).

Saya percaya bahwa langkah pertama menuju kemakmuran adalah mengakui bahwa kita adalah sekedar penatalayan bagi keuangan Tuhan. Ini membutuhkan perubahan pola pikir yang lebih besar daripada cara dunia memandang uang.
Dunia mendorong kita untuk menjadi pemilik dan bukan penatalayan. Tapi itu bukan terserah apa maunya kita dalam menentukan apa yang akan kita lakukan dengan uang yang ada di tangan kita. Tuhan telah mempercayakan keuangan pada kita sehingga kita sekarang mempercayai-Nya dengan cara mengelolanya sesuai kehendak-Nya. Kemudian Dia akan membuat kita beruntung. Saya tahu kedengarannya terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, tetapi memang begitu adanya.

Tuhan mempunyai rencana atas hidupmu. Mulailah dari posisi penatalayanan, dan biarkan Dia menjadi pemilik.
Maka kita akan diberkati, diberkati, dan diberkati.

Ketika Tuhan menjadi sumber kita, Dia akan menyediakan semua kebutuhan kita. Dan itu tidak akan sesuai dengan hukum ekonomi dunia ini, yang dilengkapi dengan semua depresi dan resesinya. Namun kebutuhan kita akan dipenuhi sesuai dengan ekonomi ala Tuhan. Itu dahsyat!

Filipi 4:19 mengatakan,
“Tetapi Allahku akan memenuhi segala kebutuhanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya oleh Kristus Yesus.”

Tuhan berkata Dia akan menyediakan semua yang kita butuhkan! Dan itu tidak sesuai dengan sistem dunia ini.
Ketika Tuhan menjadi sumber keuangan kita, maka kita tidak hanya memiliki kemakmuran supernatural tetapi juga kedamaian yang tidak dimiliki orang-orang di dunia.

Ketika orang memberi perpuluhan, banyak dari antara mereka merasa bahwa mereka memberi dari apa yang telah mereka peroleh. Lagi pula, merekalah yang bekerja untuk mendapatkan gaji. Tetapi segalanya akan berubah bagi mereka jika mereka melihat diri mereka sendiri sebagai penatalayan, sementara yang menangani sumber daya adalah Tuhan. Penatalayan adalah orang-orang yang melihat diri mereka bertanggung jawab atas apa yang telah Tuhan percayakan kepada mereka.

Mempercayai Tuhan dalam bidang keuangan adalah langkah kecil iman. Dan jika Anda tidak dapat mempercayai Dia dengan apa yang paling kecil, maka menurut apa yang Yesus katakan dalam Lukas 16, Dia tidak dapat mempercayai kita dengan kekayaan surgawi:

“Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.
Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya?”
Lukas 16:10-11 (TB).

Beberapa orang tidak disembuhkan karena mereka tidak pernah mengembangkan iman mereka di bidang keuangan. Jangan salah paham—saya tidak mengatakan bahwa kita dapat membeli kesembuhan Anda. Itu salah. Tetapi ada orang-orang yang tidak mengalami kesembuhan dimanifestasikan, karena mereka tidak pernah mempercayai Tuhan “dalam hal yang terkecil” (Lukas 16:10).
Itu mungkin tidak berlaku dalam setiap kasus, tetapi sering kali menjadi masalah. Inilah tempat awal. Kita tidak dapat melewatkan hal ini.

Jika kita memahami pengelolaan keuangan dengan benar, itu akan memungkinkan kita menjadi berkat bagi orang lain.

Dan seperti yang dikatakan 2 Korintus 9:8 (TB).
“Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.”

Alasan Tuhan melimpahkan kasih karunia kepada kita, agar kita berkerlimpahan—memberi—untuk setiap pekerjaan baik. Motif sebenarnya di balik keuangan bukanlah untuk mendapatkan—melainkan untuk memberi.
Ini adalah titik kritis.

Banyak orang yang menolak pengajaran tentang kemakmuran Alkitabiah melakukannya karena mereka melihatnya sebagai egois atau serakah. Mereka berkata, “Saya sudah cukup. Saya mungkin tidak kaya, tetapi saya memiliki atap di atas kepala saya dan kebutuhan dasar saya terpenuhi. Saya tidak ingin atau membutuhkan lagi.” Tapi itulah sikap egois.

Jika kita memiliki semua yang kita butuhkan, percayalah lebih banyak lagi kepada Tuhan sehingga kita dapat membantu orang lain. Pikiran yang mengatakan “Saya sudah cukup—lupakan orang lain” adalah sikap yang benar-benar egois.
Kita perlu makmur, bukan agar kita dapat memiliki lebih banyak, tetapi agar kita dapat menjadi berkat yang lebih besar.

Tuhan memberi tahu Abram bahwa Allah akan memberkati dia dan menjadikannya berkat (Kejadian 12:2).
Kita tidak dapat memberikan apa yang tidak kita miliki.
Abram tidak bisa menjadi berkat bagi orang lain sampai dia diberkati.

Demikian juga, Anda dan saya tidak dapat memenuhi tujuan Tuhan bagi hidup kita tanpa menerima kemakmuran-Nya. Kerajaan Allah tidak dapat maju tanpa umat Allah menjadi makmur. Kita membutuhkan pewahyuan ini. Kita perlu tahu bagaimana memakmurkan jalan Tuhan.

Saya telah dipanggil oleh Tuhan untuk mendirikan Charis Bible College, yang akan mengubah kehidupan puluhan ribu orang yang, pada gilirannya, akan mempengaruhi tubuh Kristus di seluruh dunia. Ini sesuatu yang besar, dan diperlukan banyak uang untuk mencapainya. Saya berdoa agar Anda, rekan-rekan saya, akan mengizinkan Tuhan untuk mencapai kepuasan-Nya terhadap Anda dengan cara memakmurkan Anda dengan setiap pekerjaan yang baik (Mazmur 35:27).

[Repost : “Financial Stewardship”, – Andrew Wommack, diterjemahkan oleh Yenny Indra].

YennyIndra
TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN

Klik:
https://mpoin.com/

gospeltruth’scakes

yennyindra

InspirasiTuhan #MotivasiKebaikan

mengenalTuhan #FirmanTuhan

Read More
1 2 3 4