Author Archives: Yenny Indra

Yenny Indra Visit Website
Traveller, Family Growth Inspirator, Seruput Kopi Cantik YennyIndra, Co Founder of PIPAKU & MPOIN FB: Pipaku Mpoin www.mpoin.com FB: Yenny Indra www.yennyindra.com Email: yennyindra09@gmail.com
Articles

Standing Ovation Seluruh Jerman Untuk Angela Merkel: Why?

Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra

Standing Ovation Seluruh Jerman Untuk Angela Merkel: Why?

Saya membaca kisah apik ini di FB P. Pria Takari, dan saya pun riset lalu menuliskannya ulang untuk pembaca Seruput Kopi Cantik.

Standing ovation yang paling dikenang untuk Angela Merkel di Jerman terjadi pada 2 Desember 2021, dalam acara perpisahan resmi militer (Großer Zapfenstreich) yang
diselenggarakan oleh Bundeswehr (militer Jerman) di Berlin, menandai akhir masa jabatannya sebagai Kanselir setelah 16 tahun memimpin Jerman (2005-2021)

Angela Dorothea Merkel yang lahir 17 Juli 1954 adalah politikus dan mantan ilmuwan peneliti Jerman yang menjabat sebagai Kanselir Jerman periode 2005 hingga 2021 dan Ketua Persatuan Demokrat Kristen (CDU) periode 2000 hingga 2018. Merkel adalah perempuan pertama yang memegang kedua jabatan tersebut.

Di tengah maraknya pejabat pamer gaya hidup mewah dan pencitraan, Angela Merkel justru tampil sederhana, diam, teguh, namun kuat dalam prinsip. Ketika masa jabatannya berakhir setelah 16 tahun, rakyat Jerman serentak berdiri di balkon dan bertepuk tangan selama enam menit. Tanpa pengeras suara, tanpa panggung, tapi penuh hormat.

Merkel, anak pendeta Lutheran dari Jerman Timur yang ateistik, dibesarkan dengan nilai Kristiani: tanggung jawab, kerja keras, dan kesederhanaan.
Iman dan integritasnya tampak nyata dalam kepemimpinan dan hidup sehari-hari. Ia tidak sekadar bicara, tapi memberi teladan.

Saat masa jabatannya berakhir setelah 16 tahun, rakyat Jerman serentak berdiri di balkon, jendela, dan jalan—bertepuk tangan selama enam menit. Tanpa pengeras suara, tanpa panggung, tapi penuh hormat.

Merkel membuktikan: keteladanan lebih berbicara daripada kata-kata. Ia dihormati bukan karena citra, tapi karena karakter yang memuliakan Tuhan.

“Saya ini petugas pemerintahan, bukan model,” jawabnya, saat ditanya kenapa pakaiannya nyaris tidak pernah berganti model. Jawaban ini bukan basa-basi. Selama 18 tahun, Angela Merkel memang konsisten memakai pakaian serupa, warna netral, sederhana, dan tidak mencolok.

Ia tinggal di apartemen yang sama sejak sebelum menjabat. Tak pernah pindah ke rumah mewah. Tak punya pembantu, tak punya jet pribadi, kolam renang, atau taman eksklusif. Ia dan suaminya mencuci baju sendiri, masak sendiri, dan memilih waktu mencuci malam hari supaya tidak membebani listrik kota. Bahkan ia mengatur suara mesin cuci agar tak mengganggu tetangga!

Seseorang pernah berkata, “Karakter yang kuat adalah suara dari jiwa yang tenang.” Dan itulah Angela Merkel. Ketika seluruh dunia panik, dia tetap tenang. Ketika tekanan datang dari kiri-kanan, dia tidak reaktif. Karena pemimpinnya bukan hanya dirinya sendiri, tapi Tuhan.

Di salah satu pidatonya, Merkel pernah berkata:

“Kita tidak akan pernah bisa memaksa semua orang berpikir atau percaya hal yang sama, tetapi kita bisa tetap menghormati dan bertindak berdasarkan kasih.”

Itu intisari yang diajarkan Tuhan: bukan memaksa, tetapi memengaruhi lewat kasih dan keteladanan.

Merkel tidak pernah mengklaim diri sebagai penyelamat Jerman. Ia tak suka pujian. Tak ada piagam penghargaan yang ia kejar. Tapi rakyat melihat buahnya.

Selama 16 tahun kepemimpinannya, Jerman stabil. Tidak ada skandal pribadi. Tidak ada drama politik. Tidak ada kerabat yang disusupkan ke pemerintahan. Tidak ada harta melimpah yang tiba-tiba muncul di akhir jabatan.

Justru, ia pergi di saat Jerman sedang kuat-kuatnya. Dan ia pergi dengan tenang. Tanpa pamitan dengan drama. Tanpa orasi pencitraan. Tapi ditingkahi 6 menit tepuk tangan dari rakyatnya.

Luar biasa!

Raja Salomo berkata, “Dalam takut akan TUHAN ada ketenteraman yang besar, bahkan ada perlindungan bagi anak-anak-Nya.”

Dan Angela Merkel telah hidup di dalamnya. Ia jadi pelindung 80 juta orang Jerman. Tak hanya lewat strategi ekonomi, tapi juga lewat keteladanan hidup.

Hhmmm … belajar seperti Angela Merkel yuk…

“Example is not the main thing in influencing others. It is the only thing.” – Albert Schweitzer

*”Keteladanan bukanlah hal utama dalam memengaruhi orang lain. Itu satu-satunya hal” – Albert Schweitzer.*

YennyIndra
TANGKI AIR *ANTI VIRUS* & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
THE REPUBLIC OF SVARGA
SWEET O’ TREAT
AESTICA INDONESIA – AESTICA ID
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN

#seruputkopicantik
#yennyindra
#Inspirasi Kebaikan #MotivasiKebaikan
#PribadiBerkualitas #BerbagiDenganSesama

Read More
Articles

Fresh Word, Fresh Victory!

Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra

Fresh Word, Fresh Victory!

Kisah ini dimulai setelah Yosua memimpin bangsanya dan berhasil menaklukkan kota Yerikho—kota berkubu besar yang runtuh hanya dengan dikelilingi selama tujuh hari dan teriakan iman!
Wow…..Luar biasa, bukan?

Padahal Yerikho dikenal sebagai salah satu kota tertua di dunia yang sudah berpenghuni sejak ribuan tahun sebelum masehi.
Memiliki benteng pertahanan yang sangat kuat dan tebal, bahkan menurut arkeolog, dinding kota Yerikho dua lapis dan tingginya bisa mencapai 9 meter, dengan ketebalan sekitar beberapa meter. Saking lebarnya, kereta perang bisa melintas di atasnya!

Tetapi… kemenangan itu diikuti kekalahan memalukan di kota Ai—kota kecil yang seharusnya gampang dikalahkan.
Mengapa bisa kalah?
Ternyata ada dosa tersembunyi di tengah umat, yaitu Akhan yang mencuri barang-barang terlarang.
Setelah mereka bertobat dan membereskan masalah itu, Tuhan kembali memimpin mereka.

Nah, Tuhan memberi Yosua strategi baru untuk menaklukkan kota Ai. Tapi, yang menarik… strateginya benar-benar berbeda dari strategi mengalahkan Yerikho!

Kalau Yerikho pakai metode sunyi-senyap—mengelilingi tembok, teriak, tembok runtuh—di Ai, Tuhan memberi taktik perang ala sandiwara!
Pasukan kecil Yosua yang hanya 5000 orang pura-pura kalah dan kabur, memancing musuh keluar dari kota, lalu pasukan lain yang sekitar 30.000 orang bersembunyi menyerbu dari belakang dan membakar kota Ai.

Strategi ini dikenal sebagai: memancing musuh keluar dari sarangnya!
Kalau di cerita silat, disebut strategi memancing harimau turun gunung.
Hhmm … strategi perang Tuhan ternyata kekinian juga ya?

Banyak orang percaya Tuhan, termasuk saya dulu, suka mengandalkan pola lama.
Kita menciptakan ekspektasi bahwa Tuhan akan bertindak seperti sebelumnya hanya karena itu cara-Nya dulu. Dan sukses koq….

Yosua bisa saja berkata, “Tunggu dulu, bagaimana dengan mengelilingi kota? Itu mudah! Kemarin keliling-keliling tembok aja berhasil. Ya sudah, kita pakai metode itu lagi untuk kota Ai!”

Kita mengharapkan formula.
Berharap hubungan kita dengan Tuhan jadi seperti resep obat: tinggal pakai, tinggal jalanin, tanpa perlu ngobrol atau tanya lagi. Padahal Tuhan ingin jadi partner hidup kita, bukan vending machine mujizat!

Tapi kali ini Yosua tidak terjebak dengan pengalaman lalu. Dia bertanya kepada Tuhan. Dan Tuhan memberi strategi yang benar-benar baru: jebakan militer tingkat tinggi!

Strategi Ilahi Lebih Dahsyat dari Akal Manusia.Dia Jenderal Perang yang tak terkalahkan. Dia tahu kapan waktunya maju, kapan pura-pura mundur, dan kapan harus menyerbu diam-diam.
Di mata manusia kelihatan aneh, tapi bagi yang mendengar dan taat, itu adalah jalan kemenangan!

Hubungan yang fresh yang bisa melahirkan kemenangan
Jangan jalan dengan pola, atau formula tetapi berjalanlah dengan hubungan.
Tiap musim berbeda, tiap tantangan punya solusi khusus, dan hanya Tuhan yang tahu.

Kota Ai memang kecil tetapi ternyata untuk menaklukkannya justru butuh usaha yang lebih besar daripada Yerikho yang besar dan seolah tak terkalahkan.

Pelajaran pentingnya, ketika Yerikho dikalahkan, itu semua karena Tuhan. Bukan kehebatan Yosua dan pasukannya.

Nach…. seperti juga Yosua, saat kita mengalami kemenangan besar, kerap lupa bahwa ini Tuhan, BUKAN kita.
Kita kerap merasa kita yang kuat, buktinya Yerikho yang semua orang berpikir mustahil dikalahkan, terbukti tembok Yerikho runtuh.

Kita bermegah di dalam kemenangan Tuhan …. dan lupa diri.

Gubraaaakk……

Itulah sebabnya, Yosua memandang enteng Kota Ai yang kecil.
Apa yang terjadi?
Mereka kalah dan 36 pasukannya menjadi korban.
Mengapa?
Tidak ada penyertaan Tuhan akibat dosa Akhan.

That’s why kita harus terus bergantung kepada Tuhan. Mendengar arahan-Nya dan bertindak mentaatinya.

“Tuhan, strategi apa yang Engkau siapkan hari ini? Aku siap mendengar dan taat!”

Dan sadar…..
Saat sukses itu karena Tuhan!

It’s all about God not us.

Setuju?

“The golden rule for understanding in spiritual matters is not intellect, but obedience.” -Oswald Chambers

“Aturan emas untuk memahami hal-hal rohani bukanlah intelektualitas, tetapi ketaatan.” -Oswald Chambers

YennyIndra
TANGKI AIR *ANTI VIRUS* & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
THE REPUBLIC OF SVARGA
SWEET O’ TREAT
AESTICA INDONESIA – AESTICA ID
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN

#seruputkopicantik
#yennyindra
#Inspirasi Kebaikan #MotivasiKebaikan
#PribadiBerkualitas #BerbagiDenganSesama

Read More
Articles

“Paskah Yang Mengubah Relasi ….”

Gospel Truth’s Cakes
Yenny Indra

“Paskah Yang Mengubah Relasi ….”

Dulu Wajib Jaga Jarak 1000 Yard, Sekarang: Datanglah Mendekat!
Apa maksudnya?

“Namun, antara kamu dan tabut itu harus ada jarak kira-kira dua ribu hasta. Jangan mendekatinya, supaya kamu tahu jalan mana yang harus kamu tempuh, sebab kamu belum pernah melalui jalan itu sebelumnya.”
— Yosua 3:4 (TB)

Pernahkah kita merasa Tuhan itu jauh? Seolah-olah ada jarak lebar antara kita dan-Nya? Ternyata… memang dulu begitu!

Di jaman Perjanjian Lama, bangsa Israel harus menjaga jarak seribu yard (kira-kira 900 meter) dari Tabut Perjanjian — lambang kehadiran nyata Tuhan.

Tuhan itu kudus. Terang-Nya tak terjangkau.
Mereka tidak boleh sembarangan mendekat. Hanya para imam yang bisa mengangkat Tabut, itupun dengan aturan yang sangat ketat. Bahkan saat membongkar perkemahan, Tabut ditutupi dengan kain-kain khusus agar tidak ada mata biasa yang melihatnya (Bilangan 4:5-6). Semua ini menunjukkan: “Jaga jarak! Aku kudus, jangan sembarangan datang.”

Ketika tabut Allah hendak jatuh, Uza memegangnya.
Apa yang terjadi?
Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Uza, lalu Allah membunuh dia di sana karena keteledorannya l itu; ia mati di sana dekat tabut Allah itu. (2 Samuel 6:7)

Oh……

Itulah sebabnya, ada orang Israel yang seumur hidupnya tidak pernah benar-benar melihat Tabut itu. Kehadiran Tuhan terasa jauh dan tidak bisa diakses langsung. Itulah suasana Perjanjian Lama.

Namun… semuanya berubah saat Yesus datang!

Yesus datang membawa undangan baru:
“Datanglah kepada-Ku, kamu semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberimu kelegaan.” (Matius 11:28)
Bukan lagi “jaga jarak”, tetapi “datanglah mendekat”!

Mengapa bisa berubah total?

Karena darah Anak Domba telah tercurah.
Karena korban yang sempurna sudah diberikan.
Karena tabir pemisah sudah terbelah dari atas ke bawah saat Yesus mati di kayu salib (Matius 27:51).
Karena sekarang, kita semua punya akses langsung kepada Bapa — bukan karena kita kudus, tetapi karena Yesus yang kudus telah membuka jalan.

Penulis Ibrani menulis dengan penuh keyakinan:
“Marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.” (Ibrani 4:16)

Dulu, untuk tahu “jalan mana yang harus ditempuh”, mereka harus melihat Tabut dari jauh dan ikut di belakangnya. Tapi sekarang… Roh Kudus tinggal di dalam kita! Kita dipimpin langsung dari dalam, bukan dari jarak 1000 yard!

Bahkan Roh Allah dengan segala kekayaan dan kuasa-Nya, berdiam di dalam roh orang yang sudah lahir baru. (1 Kor 3:16)
Allah memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita.
2 Korintus 1:22 (TB)

Wow! Betapa besar kasih karunia yang kita terima!

Sayangnya… banyak orang percaya masih hidup seolah-olah di bawah Perjanjian Lama.
Masih merasa Tuhan itu jauh. Masih takut datang karena merasa diri belum cukup suci, belum layak, belum doa puasa, belum baca Alkitab.

Padahal Yesus sudah berkata: “Datanglah!”
Bukan karena kita layak, tapi karena Dia yang melayakkan kita.

Jangan biarkan rasa bersalah atau kegagalan membuat kita menjauh dari Tuhan. Justru saat kita lemah, kita butuh datang. Saat kita kacau, kita butuh kasih karunia. Saat kita bimbang, kita butuh suara-Nya.

Dan pintu-Nya selalu terbuka.

Dulu: 1000 yard. Sekarang: pelukan kasih.
Dulu: jangan mendekat. Sekarang: datanglah dengan keberanian.
Dulu: hanya imam yang bisa. Sekarang: kita semua dipanggil menjadi imam bagi Tuhan.

Jangan hidup di bawah bayang-bayang hukum Taurat. Hidupilah undangan kasih dari Yesus.
Dia berkata: “Datanglah… jangan menjauh lagi.”

Dan ketika kita datang kepada-Nya, Dia membawa kita kepada tanah perjanjian yang berlimpah susu dan madunya.
Di mana segala berkat rohani di surga dikaruniakan dan kita memanifestasikannya dengan iman.

Mau? Yuk….

“We must not content ourselves with Easter as a historical fact. Christ’s resurrection changes everything, especially how we approach God.” – John Stott

“Kita tidak boleh puas dengan
Paskah sebagai fakta sejarah. Kebangkitan Kristus mengubah segalanya, terutama cara kita mendekati Allah.” – John Stott

YennyIndra
TANGKI AIR *ANTI VIRUS* & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
THE REPUBLIC OF SVARGA
SWEET O’ TREAT
AESTICA INDONESIA – AESTICA ID
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN

#gospeltruth’s truth
#yennyindra
#InspirasiTuhan #MotivasiKebaikan
#mengenalTuhan #FirmanTuhan

Read More
Articles

Perkataan Kita Menentukan Arah Hidup, Sadarkah Kita?

Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra

Perkataan Kita Menentukan Arah Hidup, Sadarkah Kita?

Ada kekuatan dahsyat dalam ucapan kita. Seringkali kita lupa, hidup ini bergerak ke arah kata-kata yang kita ucapkan terus menerus. Apa yang kita katakan, terutama saat tekanan datang, menjadi cermin dari keyakinan terdalam kita.

Ketika seseorang berkata, “Saya tidak yakin bisa melalui ini,” ia sedang mengatur arah hidupnya menuju ketidakmampuan.
Sebaliknya, orang yang berkata, “Saya tidak mengerti bagaimana caranya, tapi saya percaya Tuhan pasti buka jalan” sedang membuka pintu bagi kemungkinan, pengharapan, dan bahkan mukjizat.

“Seperti apa yang kau katakan dihadapan-Ku, demikian akan Ku-lakukan kepadamu”, demikian janji-Nya.

Hidup tidak akan selalu sesuai rencana kita, tapi jika kita memilih berkata benar, jujur, dan penuh iman, maka kita sedang mempersiapkan jalan yang terang bagi hari esok.

Dalam hidup sehari-hari, kita sering bertemu orang-orang yang tampaknya tak bisa melewatkan satu cerita pun tanpa bumbu tambahan. Misalnya, kejadian kecil, seperti menolong orang tua menyeberang jalan, bisa berubah menjadi, “Saya satu-satunya yang berani melawan arus kendaraan, menyelamatkan beliau dari nyaris celaka!”
Padahal, sebenarnya cukup sederhana: ia membantu menyeberang di lampu merah yang sedang menyala. Tapi mengapa perlu dilebih-lebihkan?

Ada juga seseorang yang saya kenal, setiap kali ia menceritakan sesuatu, selalu ada tambahan-tambahan dramatis. Jika dia menghadiri seminar, ia akan bilang bahwa pembicara utama bahkan menyebut namanya karena pertanyaannya yang luar biasa. Jika ia berlibur, maka fotonya dipenuhi angle yang membuat seolah ia tokoh utama film Hollywood.
Sekilas lucu, tapi lama-lama menyedihkan, karena orang mulai tidak menganggap serius apa pun yang dia ucapkan. Ia menciptakan dunia palsu lewat kata-kata yang membungkus kekosongan harga dirinya.

Karena keinginan untuk terlihat hebat di mata orang lain begitu kuat, sampai mereka rela mengubah fakta, memperbesar prestasi, dan menambah cerita yang tak pernah terjadi.

Sayangnya, ini juga memperlihatkan sesuatu yang dalam—rasa kurang percaya diri, dan kebutuhan akan pengakuan yang tak pernah cukup dipenuhi.

Perkataan yang berlebihan dan tidak sesuai dengan kenyataan lama-lama akan membuat orang lain ragu mempercayai kita. Bahkan saat kita mengatakan kebenaran pun, orang akan bertanya-tanya: “Benarkah kali ini?”

Kredibilitas yang rusak bukan karena dosa besar, tapi karena terlalu sering mengarang demi tampil memukau.

Prinsip kehidupan berkata
Hidup dan mati dikuasai oleh lidah. Siapa menggemakannya, akan memakan buahnya.

Apa yang kita katakan dapat membangun atau menghancurkan reputasi kita sendiri
Bukan hanya hidup orang lain yang bisa kita lukai lewat kata-kata, tetapi juga masa depan kita sendiri. Karena ucapan kita membentuk keyakinan, dan keyakinan membentuk tindakan, lalu tindakan membentuk takdir.

“Watch your thoughts, they become words;
watch your words, they become actions;
watch your actions, they become habits;
watch your habits, they become character;
watch your character, it becomes your destiny.”
– Lao Tzu

Jaga perkataanmu. Itu bukan sekadar suara, tapi blueprint -cetak biru hidupmu.

“Kata-kata adalah gambaran isi hati. Jika hati bersih, maka ucapan akan jujur dan membawa manfaat. Tetapi jika lidah digunakan untuk membungkus kebohongan demi pujian, maka ia perlahan menggerogoti wibawa dan harga diri sendiri. Karena kepercayaan tidak dibangun dari kepandaian bicara, tetapi dari kejujuran yang konsisten,” demikian nasihat Buya Hamka.

Nach mau sukses?
Dipercaya?
Jadi pemimpin besar yang dihormati?
Mulailah dengan menjaga perkataan kita!

Mau belajar sama-sama? Yuk……

What you say can become a self-fulfilling prophecy.” Denis Waitley.

Apa yang Anda katakan bisa menjadi ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya. – Denis Waitley

YennyIndra
TANGKI AIR *ANTI VIRUS* & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
THE REPUBLIC OF SVARGA
SWEET O’ TREAT
AESTICA INDONESIA – AESTICA ID
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN

#seruputkopicantik
#yennyindra
#Inspirasi Kebaikan #MotivasiKebaikan
#PribadiBerkualitas #BerbagiDenganSesama

Read More
Articles

Tak Perlu Takut, Hidupmu Ada dalam Penjagaan-Nya!

Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra

Tak Perlu Takut, Hidupmu Ada dalam Penjagaan-Nya!

Tak ada orang tua yang tidak menginginkan anaknya aman, sukses, dan hidup bahagia. Tapi tidak sedikit pula orang tua yang justru terjebak dalam ketakutan tersembunyi.
Seperti Ayub dalam kisah kuno, ia terus mempersembahkan korban karena takut anak-anaknya berbuat dosa. Bukan karena iman, tapi karena kekhawatiran. Ironisnya, yang ia takutkan justru terjadi!

Itulah pelajaran besar yang saya pelajari:
ketika kita hidup dipimpin oleh ketakutan, kita tidak sedang melindungi keluarga kita—kita justru membuka pintu bagi hal-hal buruk yang kita takutkan.

Dulu saya pikir, semakin saya khawatir, semakin saya mencintai mereka. Ternyata salah! Khawatir bukan bukti kasih. Kekhawatiran adalah perwujudan rasa tidak percaya. Tidak percaya bahwa Tuhan mampu menjaga orang-orang yang kita kasihi jauh lebih baik daripada kita sendiri.

Ketakutan dan iman itu seperti dua sisi mata uang. Keduanya bekerja lewat kata-kata.
Saat kita berkata, “Aduh, jangan-jangan anakku kenapa-kenapa di jalan,” kita sedang membuka jalan bagi pikiran negatif untuk bekerja.
Pikiran yang terus diulang, – entah benar atau salah -, akan kita percayai dan menjadi keyakinan. Dan keyakinan yang salah—yang lahir dari ketakutan—akan membawa kita kepada keputusan yang salah pula.

Tuhan mengingatkan,
“Berhati-hatilah dengan apa yang kamu dengar.
Ukuran pemikiran dan pembelajaran yang kamu berikan kepada kebenaran yang kamu dengar, akan menjadi ukuran kebajikan dan pengetahuan yang kembali kepadamu—
dan lebih dari itu, akan diberikan kepadamu yang mau mendengar.”

Prinsipnya, apa yang kita terima dari Firman Tuhan bergantung pada seberapa sungguh-sungguh kita memberi perhatian, merenungkan, dan memperdalamnya. Semakin besar perhatian dan penggalian kita terhadap kebenaran, semakin besar pula hasil yang kita tuai—bahkan ditambahkan lebih dari itu.

Tapi ketika kita belajar hidup dalam iman, kita berkata, “Anakku dilindungi tangan Tuhan. Ke mana pun ia pergi, ada malaikat yang menjagai dia. Tuhan sudah berjanji, Dengan panjang umur akan Kukenyangkan dia, dan akan Kuperlihatkan kepadanya keselamatan dari pada-Ku. Janji Tuhan Ya dan Amin.”

Kata-kata kita bukan hanya sekadar penghiburan, tapi pernyataan iman yang punya kuasa!

Kuncinya: Kenali sumber pikiranmu.

Pikiran dari Tuhan selalu datang dengan damai sejahtera. Seringkali muncul dari dalam, tenang tapi kuat. Tapi pikiran dari musuh datang tiba-tiba, menyerang seperti badai. Memaksa, membuat cemas, dan mendesak untuk segera diambil tindakan.

Pernah satu malam saya gelisah, memikirkan salah satu anak saya yang sedang bepergian. Pikiran saya dipenuhi kemungkinan terburuk. Saat itu saya belajar menundukkan pikiran saya dan bertanya: “Ini dari mana ya?”
Ternyata bukan dari Tuhan. Maka saya belajar menolak pikiran tersebut dan menggantinya dengan ucapan syukur serta janji-janji perlindungan Tuhan.

Kalau tidak, saya bisa saja langsung menelepon anak saya dengan nada khawatir dan tanpa sadar, justru menularkan ketakutan saya kepadanya.

Kita tidak bisa mencegah burung beterbangan di atas kepala, tapi kita bisa mencegahnya membuat sarang di kepala kita. Begitu pula pikiran. Jangan biarkan pikiran negatif tinggal dan berkembang. Segera tolak dan gantikan dengan yang benar.

Lalu, apa bedanya doa yang panik dan doa yang penuh iman?

Doa yang panik muncul dari kecemasan dan ketidakpercayaan. Kata-katanya dipenuhi kekhawatiran: “Tuhan, jangan sampai terjadi sesuatu ya… lindungi ya… jangan-jangan begini… jangan-jangan begitu…” Setelah berdoa pun hati tetap gelisah, pikiran masih berkecamuk, dan kita makin ingin mengontrol keadaan.

Sebaliknya, doa yang penuh iman lahir dari hati yang yakin akan kasih dan kuasa Tuhan. Kata-katanya penuh syukur: “Tuhan, terima kasih karena Engkau sudah menjaga anakku. Aku percaya Engkau bekerja dalam hidupnya. Aku tenang karena Engkau setia.” Setelah berdoa, hati terasa ringan dan damai. Kita bisa tersenyum, bahkan tidur nyenyak karena tahu segala sesuatu dalam tangan-Nya.

Hari ini, mari kita koreksi cara kita berdoa.
Apakah motivasi kita berdasarkan iman atau ketakutan?
Apakah kita sedang percaya pada kebaikan Tuhan, atau sedang mencoba “mengendalikan” keadaan lewat doa karena kita panik?

Ketika doa kita lahir dari hati yang percaya, damai sejahtera akan mengikuti. Tapi kalau kita makin panik setelah berdoa, mungkin itu bukan doa… mungkin itu hanya pelampiasan rasa takut.

Yuk, mulai hari ini kita memilih hidup dari tempat percaya, bukan cemas. Menyerahkan orang-orang yang kita kasihi ke tangan Tuhan, yang jauh lebih sanggup menjagai mereka daripada kita.

Kita lakukan bagian kita: membimbing, mengingatkan, mencintai, dan… percaya. Selebihnya, Tuhan yang melakukan bagian-Nya.

Karena ternyata, yang benar-benar menjaga dan memelihara hidup mereka bukan kita. Tapi Tuhan yang maha kasih dan setia.

“Worry does not empty tomorrow of its sorrow. It empties today of its strength.”
— Corrie ten Boom

“Kekhawatiran tidak mengurangi kesusahan hari esok. Tapi ia mencuri kekuatan kita hari ini.”— Corrie ten Boom

YennyIndra
TANGKI AIR *ANTI VIRUS* & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
THE REPUBLIC OF SVARGA
SWEET O’ TREAT
AESTICA INDONESIA – AESTICA ID
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN

#seruputkopicantik
#yennyindra
#Inspirasi Kebaikan #MotivasiKebaikan
#PribadiBerkualitas #BerbagiDenganSesama

Read More
1 2 3 364