Bhutan, Negeri Bahagia di Atas Awan.
Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra
Bhutan, Negeri Bahagia di Atas Awan.
Pagi ini kami terbang dari Kathmandu menuju Paro, airport di Bhutan dengan flight pagi.
Dalam perjalanan menuju Bhutan, awalnya saya berencana tidur. Ngantuk bangun subuh.
Namun terpukau…. ternyata kami kembali melewati Mt. Everest dari sisi yang berbeda.
Saat optional tour, kursi kami nomor 5, agak terhalang baling-baling. Tetapi kami memutuskan menolak kecewa, meski tidak mendapatkan yang terbaik. Ini pun sudah anugerah bisa menikmati Mt. Everest secara langsung.
Siapa sangka, saat ke Bhutan kami duduk di kursi terdepan dan 3 baris di belakangnya kosong…
Batal tidur, menikmati keindahan Mt. Everest sepuasnya. Apalagi ini international flight, terbangnya lebih tinggi, lebih dekat dan didukung cuaca yang bagus: Mt. Everest nampak menjulang tinggi dengan gagahnya, sementara awan putih jauh di dasarnya.
Puji Tuhan….
Pelajarannya:
Tetaplah bersyukur dalam segala perkara, kita akan menerima jauuuuh lebih banyak dari apa yang kita syukuri!
*******
Bhutan, negara kecil di Himalaya, dikenal sebagai Negeri Naga Guntur.
Begitu menginjakkan kaki ke Bhutan, suasananya sangat berbeda.
Tenang…. damai….bersih…
Satu-satunya negara di dunia yang mengukur kemajuan dengan Gross National Happiness (GNH), bukan hanya GDP!
Alamnya masih asri, penuh gunung, hutan, dan biara megah seperti Paro Taktsang (Tiger’s Nest) yang bertengger di tebing curam.
P. Anton bercerita, Bhutan itu lebih miskin daripada Nepal tetapi yang kelihatan justru kebalikannya.
Jalan-jalan halus, bersih, tenang tetapi kecil. Tidak ada bus atau truk besar di Bhutan.
Negara tanpa pabrik dan yang unik pula, tidak ada rumah pejagalan hewan. Dilarang membunuh hewan, baik ayam, ikan, sapi atau hewan-hewan lainnya.
Lalu bagaimana jika ingin makan daging?
Diimpor dari India.
That’s why tur ke Bhutan selalu mahal.
Tidak hanya makanan, namun
untuk menjaga kelestarian budaya dan lingkungan, Bhutan menerapkan kebijakan “High Value, Low Impact Tourism” dengan memberlakukan Biaya Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Fee/ SDF).
Mulai September 2023, SDF ditetapkan sebesar USD 100 per orang per malam, setelah sebelumnya sebesar USD 200. (travel.kompas.com). Kebijakan ini bertujuan untuk mengendalikan dampak pariwisata massal dan memastikan bahwa kunjungan wisatawan memberikan manfaat positif bagi negaranya.
Disamping pariwisata, pemasukan utama Bhutan, dengan menjual listrik ke India, Bangladesh, dan negara tetangga lainnya karena banyak sekali air terjun.
Perbedaan menyolok lainnya, klo di Nepal, penduduknya _Indian look_, tetapi begitu masuk Bhutan, _Oriental look_.
Apa itu Gross National Happiness (GNH)?
Gross National Happiness (GNH) atau Kebahagiaan Nasional Bruto adalah konsep unik dari Bhutan yang menilai kemajuan negara berdasarkan kesejahteraan spiritual, sosial, dan lingkungan, bukan hanya ekonomi seperti GDP.
Konsep ini diperkenalkan oleh Raja Jigme Singye Wangchuck pada tahun 1972, ketika beliau masih sangat muda. Saat banyak negara mengejar pertumbuhan ekonomi dengan segala cara, Raja Bhutan justru menekankan bahwa kesejahteraan rakyat lebih penting daripada sekadar kekayaan materi.
Sejak saat itu, Bhutan mengembangkan empat pilar GNH:
1. Pembangunan Sosio-Ekonomi yang Berkelanjutan – Ekonomi tumbuh tanpa merusak lingkungan dan budaya.
2. Pelestarian Budaya dan Tradisi – Identitas Bhutan tetap kuat meskipun dunia makin modern.
3. Kelestarian Lingkungan – Hutan dilindungi, dan Bhutan menjadi satu-satunya negara dengan emisi karbon negatif.
4. Tata Kelola Pemerintahan yang Baik – Pemerintah memastikan kebijakan selalu pro-rakyat dan berorientasi pada kebahagiaan.
Kini, Bhutan mengukur kebahagiaan rakyatnya secara berkala dengan survei GNH, mencakup aspek psikologi, kesehatan, pendidikan, lingkungan, dan hubungan sosial.
Itulah sebabnya pendidikan dan medical care – pemeliharaan kesehatan semua gratis. Hebatnya, jika ada yang butuh transplantasi ginjal hingga ke India, misalnya, biayanya pun ditanggung pemerintah.
Konon jika ada turis mengalami kecelakaan di Bhutan, biayanya juga ditanggung pemerintah.
Wow…..
Meski rakyat hidup sederhana, tetapi mereka hidupnya santai, tidak tergesa-gesa, penuh senyum dan nampak sabar…
Saat kami membeli anggur, ibu penjual bersedia menyucinya satu persatu. Penuh empati.
Sampai kami bertanya kepada local guide, apakah ada yang stress?
Ternyata ada juga. Bahkan ada pula kejahatan…
Konsep GNH ini menginspirasi banyak negara dan organisasi dunia untuk melihat kebahagiaan sebagai indikator pembangunan yang lebih bermakna dibanding sekadar angka ekonomi.
*****
Kami mengunjungi Dochula Pass, di ketinggian 3.100 meter antara Thimphu dan Punakha, menyajikan panorama Himalaya yang megah dan memukau. Daya tarik utamanya adalah 108 Druk Wangyal Chortens, stupa yang didirikan untuk menghormati prajurit Bhutan yang gugur pada 2003 mengamankan negara dari serangan teroris.
Hutan cemara di sekitarnya dihiasi bendera doa berwarna-warni, melambangkan elemen alam dan membawa kedamaian. Druk Wangyal Lhakhang, kuil untuk Raja Bhutan keempat, berdiri megah di sini.
Setiap Desember, Druk Wangyal Festival menampilkan tarian dan budaya khas Bhutan. Dochula Pass bukan sekadar indah, tetapi juga kaya sejarah dan spiritualitas yang memukau.
Travel makes one modest. You see what a tiny place you occupy in the world. – Gustave Flaubert
Perjalanan membuat seseorang menjadi rendah hati. Anda melihat betapa kecilnya tempat yang Anda tempati di dunia ini. – Gustave Flaubert
YennyIndra
TANGKI AIR *ANTI VIRUS* & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
THE REPUBLIC OF SVARGA
SWEET O’ TREAT
AESTICA INDONESIA – AESTICA ID
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN
#seruputkopicantik
#yennyindra
#Inspirasi Kebaikan #MotivasiKebaikan
#PribadiBerkualitas #BerbagiDenganSesama