Ragu Itu Godaan, Bukan Dosa
Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra
Ragu Itu Godaan, Bukan Dosa
Saya suka mencari arti kata, membandingkan firman dalam beberapa terjemahan. Bukan sekadar definisi Kamus Besar Bahasa Indonesia, tapi makna aslinya. Dan hasilnya sering mengejutkan.
Satu hari, saya sedang merenungkan tentang keraguan. Kata “doubt” dalam teks asli ternyata berarti berhenti, ragu-ragu, atau mundur.
Saat saya membaca arti itu, saya seperti disadarkan: oh… ternyata ini bukan cuma sekadar pikiran lewat. Ini lebih dalam. Dan kalau kita tidak waspada, bisa jadi jebakan.
Sebelum seseorang jatuh dalam dosa, selalu ada godaan terlebih dahulu. Artinya, kalau ragu itu adalah dosa—dan memang benar, meragukan Tuhan itu dosa—maka sebelum kita benar-benar ragu, pasti ada godaan untuk ragu.
Logikanya begini: kalau seseorang mulai berpikir,
“Bagaimana kalau ini nggak berhasil ya?”
“Bagaimana kalau aku nggak sembuh?”
“Mungkin ini cuma harapan kosong…”
Apakah itu langsung dosa? Belum tentu.
Itu baru godaan untuk ragu.
Masalahnya, banyak orang langsung panik.
“Waduh, aku punya pikiran negatif! Berarti aku sudah ragu! Ah…. doaku tidak terjawab!”
Dan karena mereka merasa sudah berdosa, mereka menyerah.
“Ya udahlah… ini nggak akan berhasil. Aku kurang iman.”
Benarkah?
Padahal belum tentu. Itu baru tahap godaan. Pikiran itu lewat seperti iklan di pinggir jalan. Kita bisa pilih: mau berhenti dan membaca, atau lanjut saja tanpa menghiraukannya.
Iblis itu licik. Dia pintar banget menipu.
Dia tahu orang percaya nggak mau berdosa, jadi dia buat jebakan: menembakkan pikiran negatif, lalu membisikkan, “Tuh, kamu punya pikiran jelek, berarti kamu nggak percaya Tuhan… kamu berdosa!”
Padahal itu belum dosa. Itu baru godaan.
Masalahnya: ketika kita percaya pada bisikan itu, dan mulai mengiyakan pikiran keraguan itu, barulah kita mulai ragu yang sejati—yang membuat kita berhenti, mundur, bahkan menyerah.
Kita perlu tahu: Tuhan bicara kepada kita. Tapi iblis juga mencoba menyusup.
Kita harus memilih: mau percaya siapa?
Ketika Tuhan berkata,
“Engkau Sudah sembuh, karena oleh bilur-bilur-Ku engkau telah sembuh!”
Iblis langsung menyerang,
“Lalu kenapa sampai sekarang belum sembuh juga? Lihat tubuhmu, belum berubah…”
Nah, apa yang kita lakukan saat itu? Itu momen penting.
Kalau kita menolak pikiran iblis, dan tetap berkata,
“Tuhan sudah bilang, aku SUDAH sembuh dan aku pilih percaya!”
Maka kita menang.
Tapi kalau kita mulai merenung dan menyetujui pikiran negatif itu, kita mulai tergelincir ke dalam ragu.
Keraguan itu bukan karena pikiran itu lewat. Tapi karena kita mengizinkan pikiran itu tinggal.
Sama seperti burung yang terbang di atas kepala kita—nggak bisa kita cegah. Tapi kita bisa mencegah dia bikin sarang di kepala kita, kan?
Nah, pikiran-pikiran ragu itu seperti burung. Dia bisa lewat, bisa numpang lewat di pikiran kita. Tapi kitalah yang memutuskan: mau dipelihara, atau diusir?
Satu hal yang paling saya suka: penekanan pada hal-hal mendasar yang sering kita anggap sepele. Simple tetapi mendasar dan mengubah persepsi.
Seperti ini tadi—keraguan.
Jangan tertipu. Jangan menyerah hanya karena muncul pikiran ragu.
Ragu itu bukan dosa. Tapi kalau kita iyakan, baru jadi dosa.
Tetaplah percaya. Tuhan sudah bicara. Pilih untuk tetap berdiri di atas Firman-Nya, walau perasaan dan keadaan belum sejalan.
Jangan berhenti. Jangan mundur. Jangan menyerah.
Karena iman itu bukan tidak punya pikiran ragu—tapi tetap melangkah walau pikiran ragu lewat.
Jangan tertipu!
Yuk praktik….
You don’t drown by falling in the water; you drown by staying there.” – Edwin Louis Cole
“Kita tidak tenggelam karena jatuh ke dalam air; kita tenggelam karena tetap tinggal di sana.”- Edwin Louis Cole
??YennyIndra??
TANGKI AIR *ANTI VIRUS* & PIPA PVC
?? *MPOIN PLUS & PIPAKU* ??
?? *THE REPUBLIC OF SVARGA* ??
?? *SWEET O’ TREAT*h ??
?? *AESTICA INDONESIA – AESTICA ID* ??
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN
#seruputkopicantik
#yennyindra
#Inspirasi Kebaikan #MotivasiKebaikan
#PribadiBerkualitas #BerbagiDenganSesama