Category : Articles

Articles, Christianity

“Dari buku saya: Dia Menyembuhkan Mereka Semua.”

“Dari buku saya: Dia Menyembuhkan Mereka Semua.”

Dari mana datangnya harapan positif?
Tentu saja semua itu merupakan hasil dari memperbaharui pikiran sesuai dengan kehendak Tuhan, apa yang baik, yang berkenan, dan sempurna.

Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
Roma 12:2 (TB)

Semakin kita merenungkan janji-janji Allah dan memahami bahwa Dia telah membuat kita layak untuk menerima semua anugerah-Nya, kita mulai membangun kembali harapan kita pada Firman Tuhan, bukan kepada ketakutan serta pengalaman dengan dunia mau pun masa lalu kita.
Jika melihat diri sendiri tidak layak, maka kita pun berharap diperlakukan tidak layak. Mungkin ada beberapa remah berkat yang jatuh dari meja Allah dari waktu ke waktu, tetapi kita melihat diri kita di bawah meja. Kita akan memiliki harapan “di bawah meja” dalam hidup ini.

Tetapi ketika kita mendapatkan pewahyuan tentang karunia kebenaran (Roma 5:17), harapan kita berubah.
Saya tidak layak karena apa yang telah saya lakukan atau belum saya lakukan. Saya layak karena apa yang telah diselesaikan Yesus (di kayu Salib) atas nama saya. Hak saya dipulihkan, bukan didasarkan pada kelayakan saya, tetapi pada kelayakan-Nya!
Ini membingungkan dan sulit dipahami banyak orang, tetapi itulah kebenarannya. Di sini harapan positif lahir. Saya berharap agar hidup dalam keadaan sehat karena Yesus.

Tuhan adalah Tuhan yang memberi pengharapan. Dialah Sang Pemberi karunia-karunia yang baik. Sediakan waktu untuk merenungkan janji-janji-Nya dan beri makan hati kita dengan kasih dan kehendak-Nya bagi hidup kita.

Kita dapat memiliki sikap pasrah, takut, dan sedih, atau sebaliknya berpegang teguh pada Firman Tuhan dan memiliki sikap positif yang penuh ekspektasi dan pengharapan. Pada saat itulah iman muncul untuk menerima anugerah kesembuhan.

Setiap orang yang mencari Yesus melakukan hal yang sama, karena mereka berharap untuk disembuhkan. Hanya satu orang yang bertanya kepada Yesus, apakah kehendak-Nya untuk menyembuhkannya (Markus 1:40-41).
Pola yang sama berlaku hari ini. Harapan positif adalah tempat lahirnya mukjijat!

[Repost ; “From my book : He Healed Them All”, – Barry Bennett, diterjemahkan oleh Yenny Indra]

Read More
Articles

“Lebih Besar, Lebih Besar, dan Lebih Besar Lagi!”

“Lebih Besar, Lebih Besar, dan Lebih Besar Lagi!”

Saya sering mengetik kata-kata acak ke dalam program pencarian Alkitab saya dan membaca, lalu merenungkan ayat-ayat yang muncul. Saya mendapatkan banyak pewahyuan dari pembelajaran tersebut.

Berikut adalah tiga ayat yang mengandung kata ‘lebih besar.’

Kamu berasal dari Allah, anak-anakku, dan kamu telah mengalahkan nabi-nabi palsu itu; sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia.
1 Yohanes 4:4 (TB)

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa;
Yohanes 14:12 (TB)]

Sebab jika kita dituduh olehnya, Allah adalah lebih besar dari pada hati kita serta mengetahui segala sesuatu.
1 Yohanes 3:20 (TB)

Saya menemukan tiga kebenaran penting dalam ayat-ayat ini.

Pertama, Dia yang hidup di dalam kita, yang kita terima dengan iman, lebih besar dari sistem dunia, penguasa dunia mau pun kerusakan yang terjadi di dunia ini. Kebenaran ini memberi saya kedamaian, karena menyadari bahwa -terlepas dari apa pun yang terjadi di sekitar saya-, saya hidup dengan sesuatu (Seseorang / Pribadi) di dalam diri saya, yang lebih besar. Kerajaan Allah yang ada di dalam saya, memiliki kekuatan dan sumber daya untuk mengatasi kegelapan tanpa terkecuali.

Kedua, bukan saja Dia yang ada di dalam saya lebih besar, Dia ingin dimanifestasikan melalui karya-karya yang lebih besar di dunia ini.

Kasih dan kuasa Tuhan yang ada di dalam diri kita, menunggu untuk dilepaskan. Hal itu lebih besar dari dosa, penyakit, kegagalan, depresi mau pun ketakutan.
Anugerah Tuhan di dalam diri kita yang telah memperlengkapi supaya dapat membawa kita keluar dari kegelapan ke dalam terang-Nya yang ajaib.

Akhirnya, bahkan jika saja kita melewatkannya dan bahkan jika kita gagal, Tuhan lebih besar dari hati kita atau semuanya itu.
Dia duduk di atas takhta Anugerah yang memberikan kasih karunia dan belas kasihan pada saat dibutuhkan.
Jangan biarkan hati kita mengutuk atau menghakimi diri kita sendiri. Biarkan Allah Yang Besar mengangkat kita. Setiap momen dapat menjadi awal yang baru bagi kita.

Kehidupan yang berkelimpahan harus lebih besar dan lebih besar lagi. Itu adalah karakter Allah yang sesungguhnya!

[Repost ; “Greater, Greater and Greater!”, – Barry Bennett, diterjemahkan oleh Yenny Indra]

Read More
Articles, Christianity

Rahasia Pamungkas Agar keluarga Diberkati.

Rahasia Pamungkas Agar keluarga Diberkati.

Ketika anak-anak masih kecil, mereka percaya apa pun yang dikatakan orangtuanya. Bahkan meja berwarna merah, ketika kita memberitahunya itu warna kuning, sebagian besar mereka percaya tanpa membantah.

Namun ketika beranjak remaja, justru ingin melakukan apa saja yang berbeda dari apa yang diajarkan orangtuanya. Kadang-kadang bahkan asal berbeda.
Mereka lebih percaya kepada teman daripada kepada orangtuanya.
Begitu sulitnya kita mempengaruhi mereka. Apalagi di jaman serba internet, nasihat orangtua kerap dianggap kuno dan tidak relevan.

Lalu apa yang harus kita lakukan sebagai orangtua?
Berita baiknya, ada rahasia pamungkas yang bisa lakukan, tanpa harus ‘memaksa’ anak-anak melakukan sesuatu.

Dalam Kejadian 39:5 (TB) diceritakan, “Sejak ia (Potifar) memberikan kuasa dalam rumahnya dan atas segala miliknya kepada Yusuf, *TUHAN memberkati rumah orang Mesir itu karena Yusuf*, sehingga berkat TUHAN ada atas segala miliknya, baik yang di rumah maupun yang di ladang.”_

Ayat ini membukakan rahasia kesuksesan Potifar, yaitu karena dia memiliki budak yang bernama Yusuf!
Dan Potifar menyadarinya.

Lalu apa rahasianya, sehingga Yusuf bisa membuat Potifar diberkati?

Terkuaklah rahasianya yang tercatat dalam Kejadian 39:2 (TB) “Tetapi *TUHAN menyertai Yusuf,* sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya; maka tinggallah ia di rumah tuannya, orang Mesir itu.”

Rahasianya karena:
*Yusuf disertai Tuhan.*

Kesimpulannya, Potifar diberkati Tuhan karena memiliki budak yang bernama Yusuf.
Yusuf membuat Potifar diberkati karena dia disertai Tuhan.

Dengan cara yang sama, kalau ada budak yang disertai Tuhan saja, membuat bossnya diberkati. Terlebih lagi kalau ada ayah/ibu/orangtua yang disertai Tuhan, tentunya pasangan, anak-anak, keluarga dan lingkungannya akan diberkati Tuhan.
Make sense?

Nach sekarang rahasia ke dua yang harus kita gali, bagaimana caranya supaya hidup kita senantiasa disertai Tuhan?

Dalam 2 Tawarikh 20 diceritakan bahwa Bani Moab dan Bani Amon datang mengepung Raja Yosafat. Jumlah mereka sangat banyak. Yosafat dan tentaranya tidak akan mampu melawan mereka.
Masalah ini sangat serius.

Yosafat tidak mencari bantuan dari teman atau kerajaan lain untuk menolongnya, tetapi dia mencari Tuhan.

Dalam 2 Tawarikh 20:12 (TB) dicatat,
“Ya Allah kami, tidakkah Engkau akan menghukum mereka? Karena kami tidak mempunyai kekuatan untuk menghadapi laskar yang besar ini, yang datang menyerang kami. Kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan, *tetapi mata kami tertuju kepada-Mu.”*

Yosafat fokus kepada Tuhan dan kemampuan-Nya. Dia beriman, percaya, meski pun apa yang terlihat di depan mata seolah mustahil, tetapi dia yakin, Tuhan mampu mengerjakan mengerjakan hal-hal yang tak terpikirkan untuk mengalahkan musuh-musuhnya.

Fokus adalah posisi kita!
Fokus adalah posisi orang yang disertai Tuhan!

Yang diinginkan musuh, agar mata kita tertuju kepada berbagai masalah. Dari berbagai penjuru serangan masalah datang bersamaan…. Strategi Tumpukan Masalah yang selalu membuat orang stres, takut dan kehilangan harapan.

2 Tawarikh 20:14-17 (TB)
Lalu Yahaziel bin Zakharia bin Benaya bin Matanya, seorang Lewi dari bani Asaf, dihinggapi Roh TUHAN di tengah-tengah jemaah, dan berseru: “Camkanlah, hai seluruh Yehuda dan penduduk Yerusalem dan tuanku raja Yosafat, beginilah firman TUHAN kepadamu: Janganlah kamu takut dan terkejut karena laskar yang besar ini, sebab bukan kamu yang akan berperang melainkan Allah.
Besok haruslah kamu turun menyerang mereka. Mereka akan mendaki pendakian Zis, dan kamu akan mendapati mereka di ujung lembah, di muka padang gurun Yeruel.
Dalam peperangan ini tidak usah kamu bertempur. Hai Yehuda dan Yerusalem, tinggallah berdiri di tempatmu, dan *lihatlah bagaimana TUHAN memberikan kemenangan kepadamu*. Janganlah kamu takut dan terkejut. Majulah besok menghadapi mereka, *TUHAN akan menyertai kamu*.”

Tetapi kunci kemenangan Yosafat justru Fokus Kepada Tuhan. Itu yang membuatnya disertai Tuhan dan justru Tuhan yang berperang baginya.

Keesokan harinya mereka bernyanyi memuji Tuhan dan mengambil banyak jarahan saja. Tuhan yang berperang bagi mereka. Inilah hasilnya jika seseorang disertai Tuhan. Tuhan yang mengatur semuanya, kita tinggal menikmatinya.
Istilah kerennya, Rest In The Lord.

Yusuf pun melakukan hal yang sama. Dia berpesan pada juru minuman yang diartikan mimpinya, supaya menyampaikan kasusnya kepada raja.
Tetapi apa yang terjadi?
Sang juru minuman lupa!

Yusuf tidak marah atau sakit hati. Dia tetap mengerjakan apa yang menjadi tugasnya dengan sangat baik, sehingga menjadi kepercayaan kepala penjara.
Yusuf Rest In The Lord.

Setelah Yakub meninggal, saudara-saudaranya takut, Yusuf akan membalas kejahatan mereka menjual Yusuf dulu.
Tetapi Yusuf menjawab:
“Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah?
Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi *Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan*, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.
Jadi janganlah takut, aku akan menanggung makanmu dan makan anak-anakmu juga.”
Kejadian 50:19-21 (TB)

Ini merupakan cermin sikap pribadi yang sungguh-sungguh fokus kepada Allah dan rancangan-Nya. Meski seolah yang buruk terjadi, namun Yusuf tahu, Tuhan tetap pegang kendali. Rancangan-Nya senantiasa yang terbaik. Inilah sikap yang membuat dia senantiasa disertai Tuhan.

Dari pelajaran di atas, kita bisa mengambil kesimpulan:
1. Kunci agar hidup kita disertai Tuhan adalah Fokus kepada Tuhan dan Firman-Nya.
Karena Firman adalah Allah.
(Yohanes 1:1)
Menghidupi firman-Nya dan beriman sepenuh hati.

2. Ketika hidup kita senantiasa disertai Allah, maka dengan sendirinya pasangan, anak, keluarga dan lingkungan kita diberkati oleh karena kehadiran kita.

Menarik bukan?
Mari kita laksanakan!
Tuhan Yesus memberkati.

Penulis:
YennyIndra Seruput Kopi Cantik.

Read More
Articles, Christianity

“Injil Itu Peningkatan!”

“Injil Itu Peningkatan!”

Tahukah kita bahwa segala sesuatu tentang Injil berbicara tentang peningkatan?
Apakah kita menyadari bahwa Injil memberdayakan orang agar menjadi makmur di setiap bidang kehidupannya?
Pada saat yang sama, segala sesuatu tentang setan dan kerusakan dunia, cenderung mengarah pada kerugian, kecurangan dan kemiskinan.

Kerajaan Allah dirancang agar manusia menikmati hidup yang berkelimpahan, meningkat, diberkati, dipenuhi dengan sukacita dan kasih. Hanya kegelapan seperti kecurangan dan dosa, yang menghalangi terealisasinya rancangan hati Allah bagi manusia. Injil membawa kemakmuran rohani, kemakmuran mental, kemakmuran emosional, kesehatan, kesembuhan, harmonisnya hubungan, kedamaian dan sukacita. Itulah sifat Allah yang sesungguhnya!

Semangat untuk mengontrol, seperti yang terjadi di berbagai pemerintahan, berupaya memisahkan manusia dari kelimpahan, kebebasan pribadi, kreativitas, dan tanggung jawab pribadi. Banyak agama melakukan hal yang sama.
> Agama-agama yang menganut prinsip ‘kedaulatan’, membuat manusia bagaikan bidak catur dan korban dari prinsip yang menganggap Tuhan itu misterius dan mengendalikan semua hal.
> Agama-agama ‘legalisme’ mengutuk pada perilaku atau aktivitas apa pun yang berada di luar batas keyakinan mereka, sehingga memperkuat rasa bersalah, yang pada akhirnya mencuri, membunuh, dan membinasakan kehidupan orang percaya.

Firman Kebenaran, Injil, itu menghasilkan buah. Injil membebaskan manusia agar dapat menemukan siapa diri mereka yang sesungguhnya. Injil melepaskan kita ke dalam anugerah Allah – penyediaan-Nya yang tak terbatas untuk setiap kebutuhan – dan mengundang kita untuk menikmati kasih Allah yang luar biasa.
Injil itu tentang berkat, perkenanan, kesehatan, pertumbuhan, dan kebebasan.

Jangan biarkan musuh dan dunia membentuk kita menurut gambaran mereka. Biarkan Injil menghasilkan buahnya dalam hidup kita.

“Firman Kebenaran. . . Injil. . . menghasilkan buah, seperti yang terjadi juga di dalam kamu, sejak hari kamu mendengarnya, dan mengetahui kasih karunia Allah dalam kebenaran ”
(Kolose 1:5-6 NKJV)

[Repost ; “The Gospel Is Increase!”, – Barry Bennett, diterjemahkan oleh Yenny Indra]

Read More
Articles, Christianity

“Apakah Anda Tersinggung?”

“Apakah Anda Tersinggung?”

Ada musuh yang bercokol di hati dan di masa depan, yang mungkin tidak kita sadari. Musuh ini menghancurkan pernikahan, memecah belah gereja, menghancurkan persahabatan dan membuka pintu bagi penindasan dan bahkan penyakit.

Musuh itu adalah hati yang tersinggung.

Perasaan tersinggung dan kepahitan mendatangkan banyak malapetaka dalam kehidupan orang Kristen dan sebagian besar, tidak tahu bagaimana mengenalinya.

Hati yang tersinggung, berjuang untuk mengenal dan merangkul kebenaran juga. Namun perasaanlah yang pada akhirnya menang mengalahkan kebenaran.

Orang tersinggung, merasa dikhianati oleh seseorang dalam pelayanan atau mengalami beberapa pengalaman seperti itu di gereja. Mungkin juga tersinggung karena anggota keluarganya. Tersinggung karena politik dan masalah sosial di jaman ini. Banyak sekali peluang ketersinggungan untuk meracuni hati kita.

Begitu perasan tersinggung berakar dalam hati, maka kehidupan Allah yang berlimpah menjadi padam.

Jika kamu menaruh perasaan iri hati dan kamu mementingkan diri sendiri, janganlah kamu memegahkan diri dan janganlah berdusta melawan kebenaran!
Itu bukanlah hikmat yang datang dari atas, tetapi dari dunia, dari nafsu manusia, dari setan-setan.
Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.
Yakobus 3:14-16 (TB)

Teman-teman, pastikan hati kita benar di hadapan Tuhan dan benar di hadapan sesama. Berdoalah untuk mereka yang telah menyinggung hati kita. Pilihlah kasih. Pilihlah kedamaian.

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.
Filipi 4:6-8 (TB)

[Repost ; “Have You Been Offended?”, – Barry Bennett, diterjemahkan oleh Yenny Indra]

Read More
1 228 229 230 231 232 264