Category : Articles

Articles, Christianity

Apakah Orang Kristen Itu?

Apakah Orang Kristen Itu?

“Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman.
Karena apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakannya kepada mereka.
Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih.” Roma 1:18-20 (TB)

Sejak kejatuhan Adam, manusia telah berusaha menemukan jalan kembali kepada Tuhan. Ada kerinduan di dalam diri setiap orang untuk kembali kepada gambar yang diciptakan Allah bagi mereka. Pengetahuan bahwa pasti ada sesuatu yang lebih. Agama-agama dunia merupakan kesaksian dari kitab suci, mulai bab pertama kitab Roma, dituliskan Allah telah menyatakan diri-Nya kepada ciptaan-Nya. Tetapi manusia menemukan pendekatan yang berbeda untuk kembali kepada Allah seperti yang dilakukan banyak orang.

Perbedaan antara agama dan Kekristenan, pada dasarnya, bahwa agama adalah upaya manusia untuk mencapai Tuhan, sementara (kekristenan) Yesus adalah Tuhan yang menjangkau manusia. Semua agama di dunia gagal mendapatkan keselamatan karena mereka menempatkan beban keselamatan pada manusia. Mereka mengajarkan bahwa melalui kepatuhan yang ketat terhadap standar apa yang boleh dilakukan dan yang tidak, membuat diri kita dapat diterima oleh Tuhan.
Namun Allah mengungkapkan dalam
Yakobus 2:10 (TB) Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya.
Di sinilah agama-agama dunia telah melewatkannya. Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. Roma 3:23 (TB) Manusia tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri; dia harus memiliki penyelamat.

Jadi Allah mengutus Anak-Nya Yesus dalam daging untuk menghukum dosa di dalam daging agar kita dapat menjadi benar di hadapan Allah (Rm. 8: 3-4).
Kita dapat diterima oleh Allah melalui siapa Yesus itu dan apa yang Dia lakukan (Efesus 1: 6).
Yesus berkata tentang diri-Nya sendiri bahwa Dialah satu-satunya jalan kepada Bapa (Yohanes 14: 6).
Petrus berkata dalam
Kisah Para Rasul 4:12 (TB) “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.”
Tuhan adalah satu-satunya yang dapat memberikan keselamatan bagi manusia, melalui Yesus; dan setiap usaha lain untuk mendekati Tuhan, terlepas dari seberapa tulusnya mereka, akan berakhir dengan kegagalan total dengan hasilnya adalah kematian kekal.

Kebanyakan orang yang pergi ke gereja di Amerika dapat menerima semua ini dengan mudah sehubungan dengan agama lain. Tetapi banyak orang yang gagal melihat bahwa yang disebut Kekristenan dewasa ini tidak lain adalah agama. Dengan demikian, banyak orang yang sedang menjalani gerakan Kekristenan berpikir bahwa ketaatan mereka dalam melakukan kebaikan sesuai ajaran Kekristenan akan membantu mereka memperoleh keselamatan. Mungkin sekali mereka terjebak dalam jebakan mencoba dibenarkan karena kehadiran di gereja dan persembahan mereka, seperti halnya orang yang membakar dupa bagi berhala untuk menyenangkan para dewa.

Ibrani 5: 9 (TB) mengatakan bahwa Yesus menjadi pokok keselamatan yang abadi, oleh karena itu penghakiman-Nya adalah satu-satunya yang diperhitungkan. Banyak orang memercayai mereka kristen karena nama mereka tercantum dalam daftar nama anggota gereja atau ada tulisan “KEPADA TUHAN KITA PERCAYA” tertulis di koin mereka, tetapi bukan itu standar yang Yesus gunakan untuk memberikan keselamatan.

Mari kita lihat kisah Yesus yang melayani keselamatan. Dalam Markus 10: 17-22, kita melihat contoh seorang pria yang benar-benar ingin memiliki kehidupan kekal. Dia secara aktif mengejarnya, dibuktikan dengan fakta bahwa dia berlari kepada Yesus dan berlutut di kaki-Nya. Jika keinginan atau niat baik bisa menyelamatkan, dia pasti sudah mendapatkannya. Tetapi Yesus, sang pemberi kehidupan kekal, tidak menerima kondisinya. Banyak orang saat ini yang tidak percaya, bahwa apa yang kita yakini, itu sesuatu yang benar-benar penting. Hanya niat kita yang diperhitungkan. Tetapi contoh ini membuktikan bahwa hal itu salah.

Pria ini mencari hal yang benar, bahkan dia mendatangi Orang yang tepat, tetapi dia melakukan sejumlah kesalahan. Pertama, dia hanya mengakui Yesus sebagai Guru yang baik (ayat 17 TB). Yesus menjawab dengan mengatakan,
“Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorang pun yang baik selain dari pada Allah saja.”
Penguasa muda yang kaya ini bersedia mengakui bahwa Yesus baik, tetapi dia tidak maju lebih jauh lagi dengan mengakui Ia adalah Allah. Sedangkan, salah satu elemen yang sangat penting bagi keselamatan adalah percaya bahwa Allah telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia (1 Tim. 3:16).

Setiap pemimpin besar berbagai agama di dunia mengenal kebesaran Yesus, tetapi mereka menolak klaim keilahian-Nya. Ketika Yesus ditanyai oleh imam besar, Dia mengakui bahwa Dia adalah Kristus (Mat. 26: 63-64). Imam besar dan para tua-tua mengatakan bahwa Dia telah menghujat karena ??mengatakan berasal dari Tuhan sendiri. Yesus harus lebih dari manusia yang baik supaya menjadi korban bagi seluruh umat manusia. Kehidupan satu orang hanya bernilai hidup satu orang. Tetapi karena Yesus adalah Allah, hidup-Nya lebih bernilai daripada semua orang yang pernah hidup atau akan pernah hidup di dunia ini. Penguasa muda ini membuat kesalahan dengan mengakui Yesus baik, tetapi tidak mengakuinya sebagai Tuhan.

Kedua, dia ingin tahu apa yang bisa dia lakukan untuk mewarisi kehidupan kekal. Dia berusaha menjangkau Tuhan melalui usahanya, tetapi dia tidak bisa berbuat sesuatu yang cukup baik.
Dia telah berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah Roma 3:23 (TB) . Banyak orang-orang yang menyebut diri mereka Kristen saat ini, melakukan hal yang sama. Mereka berpikir bahwa kehadirannya di gereja atau dengan membaca Alkitab, dll., Akan menebus dosa mereka, namun sesungguhnya hanya darah Tuhan Yesus Kristus yang dapat membersihkan kita dari dosa kita. Semua usaha kita sia-sia belaka. Mungkin saja hidup kita lebih baik daripada hidup orang lain, tetapi siapa yang ingin menjadi pendosa terbaik yang pergi ke neraka? Kita membutuhkan juru selamat.

Yesus tahu orang ini tidak mampu menyelamatkan dirinya sendiri. Dia tidak memberitahunya untuk menaati Hukum Perjanjian Lama supaya dia bisa mendapatkan keselamatan. Hukum Taurat tidak diberikan agar kita mentaatinya tetapi melaluinya kita sadar bahwa kita semua telah berdosa dan membutuhkan juru selamat (Rm. 3: 19-20). Yesus melayani melalui hukum Taurat kepada orang ini sehingga ia menyadari kebutuhannya dan berseru kepada Yesus memohon pertolongan.

Penguasa muda yang kaya itu mengatakan bahwa dia telah mematuhi semua perintah itu sepanjang hidupnya. Menurut Roma 3:23, yang telah kita kutip, hal itu tidak benar. Yesus tahu semuanya, maka Dia menyuruhnya pergi dan menjual semua miliknya, memberikan uangnya kepada orang miskin, lalu datang dan mengikuti Dia. Ini untuk menunjukkan bahwa dia telah melanggar perintah pertama, yaitu, “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.” Keluaran 20:3 (TB)
Uangnya itulah tuhannya, dan dia membuktikannya, karena dia memilih untuk menyimpan uangnya daripada menaati Tuhan.

Kesalahannya yang ketiga, dia tidak menjadikan Yesus sebagai Tuhannya (penguasa dan tuan). Dia tidak mau berkomitmen memberikan hidupnya sepenuhnya dalam kendali Yesus. Ayat 20 mengatakan bahwa Yesus mencintainya, tetapi Yesus tidak mengubah standar-Nya. Kecuali seseorang bersedia menjadikan Yesus sebagai Tuhan atas segalanya, maka Dia tidak bisa menjadi Tuhan sama sekali (dalam kehidupan pria itu).

Tuhan tidak mengubah standar-Nya hingga kini. Beberapa gereja saat ini memberi tahu orang-orang hanya untuk melakukan yang terbaik atau sekedar bergabung dengan gereja mereka, dll., maka mereka akan pergi ke surga, namun sesungguhnya tidak demikian. Kita harus mengakui ketergantungan kita sepenuhnya kepada Yesus saja dan menyerahkan hidup kita kepada-Nya sebagai Tuhan. Seperti dikatakan dalam
Roma 10:9 (TB) “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.”

Komitmen kepada Yesus sebagai Tuhan atas seluruh hidup kita, harus ada di sana. Tidak berarti bahwa kita tidak akan pernah gagal dalam memenuhi komitmen itu. Tuhan penuh belas kasihan, dan kasih menutupi segala pelanggaran (dosa)
Amsal 10:12 (TB)
Namun terlepas dari seberapa baik dalam memenuhinya, kita harus membuat komitmen bahwa Yesus adalah Tuhan atas seluruh hidup kita.

Saya menerima Tuhan ketika saya berusia delapan tahun. Saya tidak tahu tentang kesembuhan dan baptisan Roh Kudus, tentu saja saya tidak membiarkan Yesus memerintah di daerah-daerah itu. Tetapi saya benar-benar menyerahkan hidup saya sepenuhnya kepada Yesus sejauh pengetahuan yang saya miliki, dan ketika Tuhan mengungkapkan lebih banyak kebenaran-Nya, saya juga berhasil dalam bidang-bidang tersebut. Saya sempat menolak keras hal-hal yang Dia perlihatkan kepada saya, tetapi karena saya menjadikan Yesus sebagai Tuhan, Dia selalu menang. Puji Tuhan!

Jika kita belum pernah menjadikan Yesus sebagai Tuhan dalam hidup kita, doakan saja doa sederhana ini bersama saya, bersungguh-sungguh dengan segenap hati, dan kita akan diselamatkan:

“Bapa, saya menyadari, saya bergantung sepenuhnya kepada-Mu untuk menyelamatkanku. Saya menerima pengorbanan Yesus sebagai pembayaran atas dosa-dosa saya dan menjadikan Dia Tuhan bagi hidup saya. Saya percaya bahwa Yesus bangkit dari kematian dan sekarang hidup di dalam saya. Saya diselamatkan! Puji Tuhan! Saya diselamatkan! ”

[Repost: What Is a Christian – Andrew Wommack. Diterjemahkan oleh: YennyIndra]

Read More
Articles, Christianity

“Sebuah kesaksian tentang Anugerah: Arthur Meintjes.”

“Kesaksian tentang Anugerah: Arthur Meintjes.”

Instruktur Charis, Arthur Meintjes tidak hanya mengabarkan Firman tentang anugerah Tuhan — dia menghidupinya.

Bertahun-tahun yang lalu, ketika masih tinggal di Afrika Selatan bersama istrinya, Cathy, Arthur bertemu Tuhan secara pribadi dengan cara yang menakjubkan.

Setelah mengikuti pelatihan di Christ for the Nations di Dallas, Texas, Arthur dan Cathy kembali ke Afrika Selatan, memulai sebuah gereja. Selama sembilan tahun penggembalaan mereka, gereja tumbuh dan berkembang, tetapi Arthur secara pribadi, tidak.
“Saya tidak memahami anugerah Tuhan. Meski pun memberitakan Firman, tetapi saya terjebak dalam lingkaran setan legalisme. ”

Berusaha menyenangkan Allah melalui hidup kudus, membaca Alkitab, berdoa, dan semua “yang harus dikerjakan” dalam hidup kekristenan lainnya, Arthur menjadi putus asa.
“Bukan karena saya berkecil hati dengan pelayanan — kami melakukan semua hal yang benar dan mengalami kesuksesan — tetapi saya merasa lelah dengan kehidupan Kristen.
Saya tidak bisa melakukan semua yang saya pikir dituntut harus saya lakukan. Saya tidak bisa menjawab pertanyaan dalam diri saya sendiri: Bagaimana saya bisa membayar hutang saya bagi pengorbanan Yesus?
Sudahkah saya melakukan yang cukup baik untuk Tuhan?
Pada satu titik, saya diingatkan pada kewajiban membaca dua puluh lima pasal Alkitab setiap hari. Dan apa yang menurut kita wajib dilakukan, pada akhirnya justru membuat kita membencinya.”

Arthur berperang melawan perasaan tanpa harapan dan putus asa itu, hingga hampir membunuhnya.

“Meskipun Tuhan tidak pernah menuntut hal-hal itu dari saya, namun hati nurani saya melakukannya. Saya menjadi begitu putus asa dan tertekan sehingga saya pergi ke kantor, mengambil pistol saya yang terisi peluru, dan mengokangnya, siap untuk mengakhiri hidup. Pikiran bunuh diri tidak mengganggu saya; Saya sudah merasa seperti hidup di neraka karena perasaan bahwa saya tidak cukup baik seperti yang diinginkan Tuhan. Saya tidak bisa menyenangkan Tuhan.”

Dengan bersikukuh pada keputusannya, Arthur memutuskan sekali lagi melakukan “percakapan” terakhir dengan Tuhan.
“Aku sangat marah. Aku berteriak pada langit-langit. Mengutuk Tuhan. Berteriak lantang dan memuntahkan rasa kesal. Melemparkan Alkitab saya ke lantai. Menginjaknya. Mengambilnya lagi, lalu melemparkannya ke seberang ruangan. Saya sangat ingin Tuhan menanggapi kemarahan saya. Terbersit dalam pikiran, akan ada kilat menyambar dan menjatuhkan saya — setidaknya itu menunjukkan bahwa Tuhan mendengarkan saya.”

Ketika Arthur sampai pada akhir dirinya, – dalam keadaan benar-benar tak berdaya – dan emosinya mereda, Tuhan berbisik di dalam hatinya, Arthur, kamu perlu memasuki perhentian-Ku.

Sebagai pengkhotbah tentang Iman, Arthur tidak menghargai hikmat Allah. “Saya merasa direndahkan, terhina. Ingatan pada bagian dalam Kitab Ibrani yang mengatakan umat Allah tidak dapat masuk ke dalam perhentian-Nya karena ketidakpercayaan mereka (Ibrani 3:19), terus terbayang. Saya berpikir, Tuhan, bagaimana Engkau bisa mengatakan hal itu kepada saya? Saya pengkhotbah tentang Iman! Saya tahu semua isi Kitab Suci. Saya memiliki iman! ”

Tetapi Roh Tuhan menjelaskannya, “Ketidakpercayaan bukanlah ketidakmampuan untuk percaya; hal itu terjadi ketika apa yang Anda yakini adalah sesuatu yang Tidak (salah). ”

Arthur mengerti.

Sepanjang hidupnya, dia percaya kepada Tuhan, tapi malam itu, Arthur menyadari selama ini dia mempercayai hal-hal yang salah tentang Tuhan, sama seperti anak-anak Israel. Setelah Tuhan menyelamatkan orang-orang Israel dari tangan orang Mesir, kepercayaan mereka tersendat keraguan di padang gurun. Meski pun mereka melihat kuasa-Nya yang luar biasa diperlihatkan berulang kali, ketika tiba saatnya bagi orang Israel harus memasuki Tanah Perjanjian, yang benar-benar mereka percayai tentang Allah — Dia adalah seorang Tuan Pengerah yang memaksa mereka bekerja keras, selalu mencari alasan untuk menghukum mereka — sehingga terus menghalangi mereka memasuki tempat perhentian-Nya.

Kesalahpahaman Arthur tentang karakter Tuhan yang sesungguhnya, membuatnya tidak mengalami manfaat yang seharusnya diperolehnya dalam hubungannya dengan Tuhan.

“Pengalaman itu merupakan hal terbesar yang pernah saya alami. Akhirnya saya menyadari bahwa hubungannya dengan Tuhan – Kekristenan – bukanlah tentang seberapa banyak saya mengetahui tentang Tuhan; namun bagaimana saya mengalami Dia. Itulah yang akhirnya mengubah hidup saya. ”

Sekarang Arthur berkeliling dunia, memberitakan Injil kepada semua orang yang mau mendengarkan. Pesannya tidak menunjukkan apa yang salah dengan kita, tetapi mengajarkan orang-orang untuk melihat diri mereka sendiri dalam terang karya salib yang sudah selesai. “Injil itu tentang KEBENARAN yang ada di dalammu!”

Arthur sering berkata. “Anugerah tidak memberi kita ijin untuk berbuat dosa; sebaliknya memberdayakan kita untuk hidup saleh.”

[Repost ; “A testimony of Grace: Arthur Meintjes”, – Arthur Meintjes, https://www.charisbiblecollege.org/blogs/charis-blog/2015/4/8/a-testimony-of-grace-arthur-meintjes, diterjemahkan oleh Yenny Indra].

Read More
Articles, Christianity

“Hati Nurani: Rencana B Allah untuk Manusia.”

“Hati Nurani: Rencana B Allah untuk Manusia.”

Dalam buku barunya, Who Told You That You Were Naked?
(Siapa Yang Mengatakan Kepadamu Bahwa Engkau Telanjang?),
Andrew mengungkapkan kebenaran yang sering disalahpahami:
Pada awalnya Tuhan tidak menciptakan kita dengan hati nurani.
Dia tidak menciptakan kita dengan kemampuan untuk menilai diri kita sendiri dan terus menerus mengevaluasi, apakah kita benar atau salah. Dia menciptakan kita tanpa memiliki rasa bersalah.

Hal ini menyadarkan saya, jika hati nurani adalah rencana B Allah bagi kita semua, maka penting untuk memahami peran yang dimainkannya dalam kehidupan kita.

Membaca buku Andrew membawa saya kembali ke tahun-tahun awal menjadi orang Kristen. Segera setelah lahir baru, saya merasa didorong oleh Roh Kudus untuk mengakui dosa-dosa saya.
Saya tidak yakin bagaimana melakukannya sendiri, dan menculik seorang pastor merupakan hal yang mustahil!

Dengan hati terbuka, saya menjangkau teman-teman dan keluarga yang bersedia membuka hati, mendengarkan saya.
Pada awalnya, proses tersebut membawa kesembuhan dalam hati dan saya mengalami kasih Tuhan melalui rahmat yang saya terima. Saya merasa lebih dekat dengan Tuhan, karena saya meninggalkan ‘daun ara’ (rasa malu, bersalah) saya. Tetapi setelah beberapa saat, upaya untuk menaati Tuhan menjadi beban. Ada suara kecil yang terus mengatakan kepada saya, bahwa upaya saya tidaklah cukup, atau saya tidak berbagi dengan orang yang tepat, atau caranya tidak benar. Tidak peduli seberapa banyak pun mencoba, saya tidak bisa menenangkan suara yang tanpa henti terus mengingatkan, bahwa saya gagal.

Pada suatu kesempatan dalam waktu doa, saat bergumul dengan perasaan-perasaan saya, Tuhan mengingatkan pada Matius 6:22-23. Dalam Alkitab Amplified ayat ini mengatakan,
“Mata adalah pelita tubuh; jadi jika matamu sehat [cara pandang rohani], seluruh tubuhmu akan terang [mendapat manfaat dari pengajaran Tuhan]. Tetapi jika matamu tidak sehat [buta secara rohani], seluruh tubuhmu akan penuh dengan kegelapan [tidak memiliki cara pandang Tuhan]. Jadi jika [sinar] cahaya di dalam dirimu [pribadi dalam batinmu, hatimu, hati nuranimu] berada dalam kegelapan, betapa pekat dan mengerikannya kegelapan itu! ”

Tuhan berkata kepada saya, “Saya bukanlah pribadi yang membuatmu merasa terkutuk; itu karena hati nuranimu.”
Kemudian saya menyadari sesuatu: mengakui kesalahan-kesalahan saya adalah hal yang baik, tetapi terus menerus mengakui dosa karena saya tidak memahami arti penebusan saya adalah sebuah kegelapan tak berujung.

Pernahkah kita bergumul karena memberikan yang terbaik kepada Tuhan tetapi merasa sepertinya yang terbaik pun tidaklah cukup?

Pengajaran Andrew akan membantu kita memahami, hati nurani muncul sebagai akibat dari Kejatuhan Manusia. Tujuan Allah supaya hati nurani membantu menyadarkan kebutuhan kita akan keselamatan; pada akhirnya justru menjadi kutukan bagi kita.

Sementara hati nurani merupakan hal yang baik, namun tidak seharusnya kita tinggal di tempat penghukuman itu.
Pada kenyataannya, kita seharusnya beranjak meninggalkan penghukuman, untuk mengembangkan hati nurani yang baik, hati nurani yang tanggap secara rohani dan dipenuhi terang.

Andrew menjelaskan bahwa salah satu hal yang perlu kita lakukan untuk menumbuhkan hati nurani yang sehat, dengan menghidupi Ibrani 10:22 (TB) dan percaya bahwa “kita telah dibersihkan {dengan darah-Nya} yang membebaskan kita dari hati nurani yang merasa bersalah” (Firman Tuhan).

Inilah sukacita karena keselamatan kita!
Iman dalam kuasa darah-Nya akan menghapus semua penghukuman, rasa malu, dan hati nurani kita akan dipenuhi dengan terang!

[Repost; “The Conscience: God’s Plan B for Mankind”, – Andrew Wommack, ditulis oleh Citalli Macy, https://www.awmi.net/blog/the-conscience-gods-plan-b-for-mankind/, diterjemahkan oleh Yenny Indra]

Read More
Articles, Christianity

‘Tuhansedang memikirkanmu!”

‘Tuhansedang memikirkanmu!”

Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.
Yeremia 29:11 (TB)

Tahukah kita bahwa Tuhan memikirkan kita?
Tidak hanya itu, Dia memikirkan/merancangkan pikiran damai sejahtera tentang kita, bukan kecelakaan.
Pikiran Allah dapat dipahami dengan menyaksikan pelayanan Yesus.

“Karena Anak Manusia datang bukan untuk menghancurkan nyawa manusia, tetapi untuk menyelamatkan mereka.”
(Lukas 9:56 KJV)

Apa yang Tuhan pikirkan?
“Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku
untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.”
Lukas 4:18-19 (TB)

Pikiran Tuhan terfokus pada kesehatan dan kesejahteraan kita.
Dia ingin memberi kita akhir yang sesuai dengan harapan.
‘Akhir’ berarti ‘masa depan.’ Tuhan sedang memikirkan masa depan kita!

Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.
Ibrani 11:1 (TB)

Iman adalah bukti dari hal-hal yang tidak terlihat. Pikiran-pikiran Tuhan tentang masa depan kita tidak terlihat tetapi semua itu sama nyatanya dengan matahari yang akan terbit besok pagi. Kita dapat mengatakan bahwa iman merangkul pemikiran Tuhan tentang masa depan kita saat ini. Tuhan sedang memikirkan kesehatan kita, kemakmuran kita, kesuksesan kita, kedamaian kita, sukacita kita dan tujuan illahi kita.

Apa yang kita pikirkan?
Ketika pikiran-pikiran kita sepakat dengan pikiran-pikiran Tuhan, maka iman dapat bekerja. Selama kita berpikiran ganda alias mendua hati terhadap pemikiran-pemikiran Tuhan, kita tidak akan menerima apa-apa dari-Nya. (Yakobus 1:6-8).

Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah! Betapa besar jumlahnya!
Mazmur 139:17 (TB)

[Repost ; “God Is Thinking About You!”, – Barry Bennett, diterjemahkan oleh Yenny Indra]

Read More
Articles, Christianity

Apa SichYang Mustahil? Nothing Impossible With God! (Kisah Aphen & Chun Han)

Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra

Apa SichYang Mustahil?
Nothing Impossible With God!
(Kisah Aphen & Chun Han)

Asam di gunung, garam di laut bertemu dalam satu belanga, demikian kata pepatah kuno.
Demikian pula terjadi pada jaman now ala millenial. Aphen yang berasal dari Singkawang, Indonesia, bertemu secara online melalui facebook dengan Chun Han yang berasal dari kota Taichung, Taiwan dan memang warga negara Taiwan.
Kalau memang jodoh, takkan kemana, ujar orang bijak.

Demi mengejar cinta disertai keyakinan yang membuncah dalam dada, terbanglah Chun Han dari Taiwan ke Indonesia pada 16 Juli 2017. Tidak lagi menunda waktu, hanya berselang 4 bulan, pada 17 November 2017 Aphen dan Chun Han melangsungkan pernikahan secara adat leluhur.

Berbagai tantangan menerpa, dari mulai perbedaan pola pikir, budaya, kultur bahkan Chun Han sama sekali tidak bisa berbahasa Indonesia…
Mereka tidak benar-benar saling mengenal, beban dan trauma masa lalu membebani pasangan baru ini.
Di samping itu, sesungguhnya Aphen seseorang yang sudah mengenal kebenaran Yesus Kristus. Sedangkan Chun Han, ‘buta’ dan tidak pernah mengenal kebenaran.
Berbagai perbedaan, tekanan dan tantangan hidup datang bertubi-tubi. Aphen ingin mengurus Visa nikah Taiwan untuk mengunjungi keluarga istrinya dan mendaftarkan pernikahan mereka, tetapi tak semudah yang diduga. Pernikahan antar bangsa ternyata rumit.
Dengan bantuan agent dan tentu saja mahal, mereka mengusahakannya.
19 januari 2018 akhirnya dapat panggilan interview ke Jakarta.
Hasilnya: ditolak!
Dengan lunglai, mereka kembali ke Singkawang.

Sungguh hal ini menjadi tekanan yang tak tertahankan, uang yang dikumpulkan dengan susah payah, raib sia-sia. Pertengkaran dan berbagai masalah muncul tanpa henti, sampai membuat Aphen mengambil keputusan mencoba bunuh diri.

Ditengah-tengah kegalauan dan jalan buntu yang dihadapi, suatu hari di bulan februari 2018, Aphen menghadiri perkumpulan Full Gospel Businessmen di Singkawang. Di sana dia bertemu dengan seorang pengusaha asal Bandung, P. Hendri yang membawa Aphen mengenal pengajaran kasih karunia.
Tidak hanya itu, P. Hendri juga menghadiahkan buku berjudul Destined to Reign.

Buku ini mengubah perspektif Aphen dan Chun Han sehingga kedua sejoli ini memutuskan pergi ke Jakarta untuk mengurus visa untuk ke Taiwan secara personal.

P. Hendri yang mengetahui rencana tersebut, segera memperkenalkan dengan sahabatnya yang juga seorang pendeta sekaligus pengusaha di Jakarta, P. Dolfi Sondakh. Mereka pun beribadah di The Living Word Community (TLW), yang dilayani P. Dolfi.
Secara berangsur-angsur Chun Han makin mengenal Tuhan Yesus dan kebenaran-Nya. Chun Han pun dibaptis pada 17 Maret 2019.
Kedua sejoli ini rindu untuk ditahbiskan menjadi suami istri secara Kristen, akhirnya diberkati pada 31 Maret 2019.

Ibukota lebih kejam daripada ibu tiri, ungkapan yang terkenal itu terbukti.
Aphen harus pontang-pating menjalankan profesi apa saja untuk hidup, termasuk menjadi pengendara Grab.
Sementara Chun Han hanya bisa menunggu di rumah kontrakannya. Kendala bahasa membuatnya kesulitan membantu Aphen mencari nafkah. Waktu luang itu dipergunakan Chun Han untuk membaca buku-buku Kristiani. Aphen dengan telaten menterjemahkan artikel maupun tulisan-tulisan di WA grup yang membangun iman. Salah satu yang rutin dibacanya, artikel Seruput Kopi Cantik YennyIndra. Buku “Roh, Jiwa dan Tubuh’ yang ditulis oleh Andrew Wommack, secara spektakuler mengubah hidup mereka. Hari lepas hari iman mereka makin kokoh.

Upaya memperoleh Visa Nikah Taiwan dimulai lagi. Tidak semudah yang dibayangkan semula.
Namun mereka berdiri teguh di atas janji firman Tuhan,
“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” Yeremia 29:11 (TB)

Berbeda dengan pengurusan Visa di Singkawang, di mana mereka berusaha dengan kekuatannya sendiri, sekarang mereka mengandalkan Tuhan.
Di TLW mereka makin dewasa rohani serta mendapatkan pengajaran yang baik dan benar.
Tuhan pun menuntun mereka langkah demi langkah.
Tidak mulus, beberapa kali jalan seolah buntu.

13 Maret 2020, mereka mendapat panggilan interview dari Kedutaan.
Hasilnya, gagal lagi!
Oh…

Namun teman-teman TLW terus mendorong agar tetap berharap pada Tuhan, bersepakat berdoa dan mendukung mereka.

17 April 2020, panggilan interview dari kedutaan datang lagi. Sempat tidak Pede. Trauma dengan kegagalan lalu.
Berbekal iman dan pengenalan akan Tuhan yang makin matang, mereka maju lagi.
17 Mei 2020, kabar diterima bahwa interview lulus!!!
Yesss!
Tidak ada doa yang sia-sia.
20 Juli 2020, Visa pun keluar!!!
Yeaaayyyy…

Mereka akan berangkat ke Taiwan 2 Agustus 2020 yang akan datang.
Ticket sudah di tangan. Segera akan dilakukan Swab Test sebagai persyaratan keberangkatan ke Taiwan.

Apa yang menjadi kerinduan terdalam Aphen?
Memberitakan Kabar Baik bagi mama mertua dan keluarga Chun Han di sana.
Tuhan bersukacita dengan niat baik Aphen.
Dan tidak hanya itu, pekerjaan untuk Aphen pun sudah Tuhan sediakan di Taiwan.
Wow….

Tuhan kita Allah Yang Maha Dahsyat. Berkat-Nya komplit.
Nothing Impossible With God!

So we are convinced that every detail of our lives is continually woven together to fit into God’s perfect plan of bringing good into our lives, for we are his lovers who have been called to fulfill his designed purpose.

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

YennyIndra
TANGKI AIR *ANTI VIRUS* & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN

#SeruputKopiCantik
#yennyindra
#InspirasiTuhan #MotivasiKebaikan
#mengenalTuhan #FirmanTuhan

Read More
1 226 227 228 229 230 264