Articles

Kita Hanya Bisa Memberi Apa Yang Kita Miliki…

Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra

Kita Hanya Bisa Memberi Apa Yang Kita Miliki…

Minggu lalu saat saya mendapat kesempatan sharing topik “Aku cantik, aku dikasihi,” saya terpukau dengan kesaksian sahabat saya, B. Ena Maria.

B. Ena bercerita, beliau seorang perfeksionis. Karena itu, dia memastikan agar jangan sampai terjadi kesalahan bail pada suami, mau pun anak-anaknya. Sampai-sampai anak-anak menjulukinya “Mama Super Benar”.
Tetapi semua itu wajar dalam pandangan B. Ena. Demi kebaikan keluarga.

Sampai B. Ena sekolah di Charis dan melayani di AVL, yang merupakan bagian team multi-media.
Beberapa kali pada awal pelayanannya, B. Ena terlambat menampilkan PPT di layar.
Dia merasa bersalah sekali. Tetapi teman-teman berkata,
“Nggak apa-apa bu…”.

Penerimaan ini memacunya, untuk lebih baik lagi. Dia pun berlatih dan berusaha untuk selalu bisa menampilkan PPT tepat waktu.

Yang tidak disangkanya, ketika B. Ena merasa diterima, dikasihi dan tidak dihakimi alias ‘diampuni’, maka karakter B. Ena pun berubah.
Dia lebih mudah menerima kesalahan anak-anak dan keluarganya. Tidak lagi menuntut kesempurnaan seperti dulu lagi.

Kita hanya bisa memberikan apa yang kita miliki. Saat kita dikasihi, maka kita bisa membagikan kasih itu. Saat kita diampuni, dimengerti dan diterima, kita pun bisa memberikan pengampunan, penerimaan dan empati kepada orang lain.

Semakin kita memahami firman Tuhan dan kasih Tuhan, semakin kita menyerupai Dia. Itu rumusnya!

Wow…. Charis memang luar biasa. Sekolah di Charis bukan sekedar belajar mengejar nilai atau kelulusan, tetapi Charis itu sekolah kehidupan, yang mengubah kehidupan murid-muridnya.
Kami belajar melayankan kasih, menerima satu dengan yang lain, saling membangun, belajar menanti waktu Tuhan dll.
Keteladanan para guru, itu menjadi percontohan dan peta jalan bagi murid-murid.

Sementara di dunia, kita terbiasa diajar untuk fokus pada apa yang salah.
Ulangan 10 soal, salah 1, biasa guru fokus pada 1 yang salah itu. 9 soal yang betul tidak diapresiasi.
Belum lagi nanti dibandingkan dengan teman sebangku yang betul semua.
Salah satu jadi kelihatan jeleeek sekali.
Kita hidup di dunia yang terbiasa fokus pada apa yang salah.

Bahkan dulu dihukum disuruh menulis: “saya tidak akan terlambat lagi” atau ungkapan lain, sesuai kesalahannya sampai 100 kali.

Yang difokuskan kesalahannya, tidak heran kesalahan itu justru makin membesar, makin sering terlambat ….

Seorang sahabat yang lain, kesulitan mengampuni kakaknya. Karena terlalu percaya pada sang kakak, akhirnya bisnisnya justru bangkrut.

Sahabat ini mengerti sekali segala teorinya, menyimpan sakit hati ibarat minum racun tapi mengharapkan orang lain yang mati.
Tetapi tahu teori satu hal, dan sungguh-sungguh mengampuni hal yang berbeda.

Ketika sahabat ini sekolah, dia menyadari betapa Tuhan sangat sangat mengasihinya. Dia diterima, diampuni, dikasihi, saat dia masih berdosa.
Semakin dia menyadari hal ini, ternyata sekarang sahabat ini bisa mengampuni kakaknya.

Kembali terbukti, kita hanya bisa memberikan apa yang kita miliki. Saat sadar kita sudah diampuni, maka kita dapat mengampuni orang lain.

Ps. John bercerita, ada seorang wanita yang hidupnya amat sangat berantakan. Banyak sekali masalah-masalah yang dihadapinya.

Dia datang berkonsultas pada psychoterapist, ingin mengatasi permasalahannya.
Lalu sang psychoterapist ingin mencari tahu akar penyebabnya dan menggali pengalaman masa lalunya. Hingga akhirnya sampai pada peristiwa ketika dia masih kecil.

Entah mengapa, gurunya sangat tidak menyukainya. Lalu guru itu menyuruh gadis kecil ini menulis di papan tulis: “I am a failure – saya orang yang gagal.”
Tidak cukup sampai disitu, sang guru meminta teman-temannya menulis juga di papan tulis, komentarnya tentang gadis kecil itu.
Orang dunia suka sekali mem-bold, alias menekankan kesalahan secara umum. Biar semua orang tahu dan berpendapat sama dengannya.

“Bagaimana responmu saat itu?”
“Saya tidak berani mengangkat wajah saya…. sungguh memalukan dan saya merasa hancur. Saya menangis dan satu-satunya hal yang saya inginkan adalah mati saat itu juga.”
“Tahukah kamu bahwa Tuhan pun ada di sana saat itu? Tuhan segera berdiri dari kursi belakang, lalu menuju papan tulis, menghapus semua tulisan yang ada di sana. Dan Tuhan menulis dengan huruf besar-besar:
I LOVE YOU & FORGIVE YOU – Saya mengasihi dan mengampunimu.
Tidak penting apakah yang tertulis di papan tulis itu benar atau tidak, Tuhan memberimu kehidupan yang baru.”

Wow…. melegakan sekali bukan?
Tuhan tahu segala kesalahan kita, tetapi Dia tetap mengasihi kita dan menerima kita apa adanya. Dan yang lebih dahsyat lagi, Dia memberi kita awal yang baru saat kita percaya dan menerima-Nya sebagai Tuhan & Juruselamat pribadi kita. Kita menjadi ciptaan yang baru. Yang lama sudah berlalu dan sesungguhnya yang baru sudah datang.

Yeeeeeaaaaayyyy….

Mari kita hidupi kehidupan kita yang baru bersama Tuhan.

“God loves us as we are, but He also loves us too much to let us stay that way” – Max Lucado.

“Tuhan mengasihi kita apa adanya, tetapi Dia juga mengasihi kita terlalu banyak untuk membiarkan kita tetap seperti itu” – Max Lucado.

YennyIndra
TANGKI AIR *ANTI VIRUS* & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
THE REPUBLIC OF SVARGA
SWEET O’ TREAT
AESTICA INDONESIA – AESTICA ID
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN

#seruputkopicantik
#yennyindra
#Inspirasi Kebaikan
#MotivasiKebaikan

Yenny Indra Visit Website
Traveller, Family Growth Inspirator, Seruput Kopi Cantik YennyIndra, Co Founder of PIPAKU & MPOIN FB: Pipaku Mpoin www.mpoin.com FB: Yenny Indra www.yennyindra.com Email: yennyindra09@gmail.com
Related Posts
Kisah Unik Di Balik Artikel “Sudahkah Hidup Kita Berdampak?”
“Iman Yang Terlihat.”
Enjoy Your Life…..