Articles

Faith VS Ignore

Gospel Truth’s Cakes
Yenny Indra

Faith VS Ignore

“Yenny, Adi pulang ke rumah Bapa semalam…. padahal dia beriman untuk sembuh, tekun berdoa dan kami semua di cell group juga terus mendukungnya dalam doa.
Mengapa doanya tidak terjawab?”, ujar Vina sendu.

Ketika pembicaraan makin intens, terkuaklah bahwa Adi kerap mendengarkan kesaksian kesembuhan. Ada kalimat yang membuatnya terinspirasi, mereka yang menerima kesembuhan sampai ‘lupa klo mereka itu sakit, justru saat mereka lupa itulah, kesembuhan terjadi’.

Ini menarik untuk digali lebih lanjut dan dijelaskan dengan gamblang agar kasus Adi tidak terulang lagi.

Ada penyakit yang memberi signal rasa sakit, nyeri, pusing dsb sehingga orang sadar dia sakit.
Rasa sakit ini sesungguhnya alarm dari tubuh, memberitahu ada sesuatu yang tidak berjalan dengan baik.

Saat merasa sakit, penderita kerap kesulitan beriman karena fokus pada symptoms dan rasa sakitnya, bukannya fokus kepada Tuhan.

Sebaliknya, ada penyakit yang tidak menunjukkan alarm sakit, sehingga penderita tidak sadar dia sakit atau klo sadar pun, mudah untuk “lupa’ seperti Adi.
Mengira dia beriman padahal sesungguhnya, dia *Ignore* – mengabaikan penyakitnya sehingga tidak tertolong lagi.

Di mana bedanya?
Perbedaannya terletak pada apa yang dilakukan saat menanti manifestasi doa, hingga si sakit ‘lupa’ pada penyakitnya.

Adi berdoa, ke gereja dan persekutuan doa, sesekali membaca firman tetapi tidak konsisten.

Berbeda dengan Lilian B. Yeomans (1861-1942), seorang dokter Kanada, menjadi salah satu penginjil penyembuhan yang paling terkemuka di awal gerakan Pentakosta. Pelayanannya yang luar biasa merupakan hasil dari pembebasannya dari kecanduan narkoba.

Awalnya, Lilian mengkonsumsi morphin, agar tetap bisa segar menyelesaikan tugasnya yang bertumpuk sebagai dokter. Makin lama dosis makin besar dan tidak terkontrol. Lilian tahu dengan medis saja dia tidak bisa sembuh, maka kembalilah dia kepada Tuhan.

Saat tengah berusaha memanifestasikan kesembuhannya, Lilian terus menerus fokus menggali firman-firman tentang kesembuhan dan berusaha sembuh secepatnya. Namun tidak kunjung ada hasilnya.
“Mengapa Tuhan?”, tanyanya galau.
Lilian membaca dan mendalami firman sekedar supaya sembuh.

Hingga suatu ketika, Lilian mendapatkan pewahyuan yang baru. Sekarang dia menggali firman Tuhan dan fokus, BUKAN sekedar mengejar kesembuhan, tetapi karena Rindu Mengenal Tuhan.

Saat Lilian membaca dan mendalami firman, pola pikirnya berubah semakin selaras dengan pikiran Tuhan. Roh Kudus melukiskan gambaran kesembuhan dalam hatinya.

Firman itu roh dan hidup, berkuasa untuk mencipta, termasuk menciptakan kesembuhan, pemulihan bahkan mengganti organ yang rusak dengan organ yang baru.
Dia Allah, apa yang sulit bagi-Nya?

Hari demi hari berlalu, Lilian menenggelamkan diri dalam hubungan pribadi yang intim dengan Tuhan, serta menikmatinya.
Damai sejahtera yang melampaui segala akal memerintah dalam hati dan pikirannya.

Lilian nyaris lupa pada penyakitnya. Hatinya yang Full Firman, mengarahkan pikirannya hanya tertuju pada Yesus. Hingga suatu ketika dia sadar, ternyata kecanduannya sudah lenyap.

Perhatikan, Lilian dan Adi sama-sama nyaris lupa pada penyakitnya.

Lilian lupa sakit, karena gambaran kesembuhan yang dilukis oleh Roh Kudus sedemikian kuat tertanam di hatinya dan pengenalannya yang mendalam melalui firman yang dibaca serta digalinya, membuatnya menyadari sedemikian dalamnya kasih Tuhan kepadanya.
Di mana ada kasih, di sana tidak ada ketakutan.
Imannya teguh. Ini Faith.

Adi tidak melakukan bagiannya untuk mendekat kepada Tuhan. Dia ‘berharap dan merasa beriman’ tetapi iman yang sesungguhnya hanya bisa timbul melalui pendengaran, pendengaran akan firman Kristus.

Demikian juga *saat mendeklarasikan firman, iman dilepaskan, perlu diperkatakan dengan iman.* Tanpa iman, jadi perkataan kosong yang tidak ada kuasanya. Deklarasi firman BUKAN mantra.

Adi sesungguhnya takut dan tidak berani menghadapi penyakitnya dan memilih berlindung dibalik ‘keyakinannya sendiri’ tanpa ada dasar firman dan rhema – suara Tuhan yang hidup atau quickening spirit, bahwa manifestasi kesembuhan sedang terjadi.

Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat – Ibrani 11:1 (TB)

Tanpa iman, seseorang tidak berkenan kepada Allah (Ibrani 11:6)

Saya pun belajar. Bagaimana dengan Anda?

Without faith, nothing is possible. With faith, nothing is impossible. – Mary McLeod Bethune.

Tanpa iman, tidak ada yang mungkin terjadi. Dengan iman, tidak ada yang mustahil. – Mary McLeod Bethune

YennyIndra
TANGKI AIR *ANTI VIRUS* & PIPA PVC
*MPOIN PLUS & PIPAKU*
*THE REPUBLIC OF SVARGA*
*SWEET O’ TREAT*
*AESTICA INDONESIA – AESTICA ID*
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN

#gospeltruth’s truth
#yennyindra
#InspirasiTuhan #MotivasiKebaikan
#mengenalTuhan #FirmanTuhan

Yenny Indra Visit Website
Traveller, Family Growth Inspirator, Seruput Kopi Cantik YennyIndra, Co Founder of PIPAKU & MPOIN FB: Pipaku Mpoin www.mpoin.com FB: Yenny Indra www.yennyindra.com Email: yennyindra09@gmail.com
Related Posts
Bagaimana Mengetahui Apakah Kita Berjalan Di Dalam Roh?
Hati yang Mengeluh – Offended Heart.
Firman Tuhan Ternyata Bukan Metafora, Terbukti Lho Secara Ilmiah!