Nonna Anna: Barista 100 Tahun & Bukti Bahwa Tua Itu Babak Baru yang Indah.
Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra
Nonna Anna: Barista 100 Tahun & Bukti Bahwa Tua Itu Babak Baru yang Indah.
Di usia 100 tahun, Anna Possi—akrab disapa Nonna Anna—masih aktif bekerja sebagai barista di Bar Centrale, kafe miliknya di Nebbiuno, Italia.
Sejak 1958, ia membuka tokonya setiap hari, bahkan saat Natal dan Paskah. “Orang juga ingin minum kopi saat hari raya,” ujarnya sambil tersenyum.
Rahasia semangatnya?
Berada di tengah orang lain dan merasa berguna. Ia membaca berita dan memantau bursa saham dari komputernya setiap pagi. Rutinitas dan interaksi sosial membuatnya tetap sehat, tajam secara mental, dan penuh sukacita.
Nonna Anna menolak pensiun. Ia ingin terus bekerja hingga usia 105 tahun, selama tubuhnya masih kuat. Baginya, bekerja bukan sekadar mencari nafkah, tapi bagian dari hidup yang bermakna. Kisahnya viral di Instagram dan menginspirasi banyak orang. Ia membuktikan bahwa umur hanyalah angka, dan hati yang melayani tak pernah tua.
“Saya akan terus bekerja selama saya sehat,” katanya.
Dan kita pun belajar: semangat hidup itu menular.
******
Saya jadi teringat sebuah artikel yang menyentuh hati:
“Penuaan Bukan Penyakit, Tapi Proses Alami yang Harus Dihormati.”
Seorang direktur rumah sakit ternama di Beijing berkata,
“Ini bukan penyakit, kamu hanya menua.”
Kalimat sederhana, tapi penuh makna.
Kita sering panik saat tubuh berubah. Lupa kunci, kaki lemah, tidur tak nyenyak, badan pegal—langsung khawatir. Padahal itu belum tentu tanda sakit. Bisa jadi itu sinyal alami bahwa tubuh kita sedang menua.
Lupa sesekali bukan berarti Alzheimer. Otak punya mekanisme pelindung—ia memilih menyimpan hal penting dan melepas yang sepele. Jika kita lupa sesuatu, tapi masih bisa mengingatnya sendiri kemudian, itu bukan demensia. Itu wajar.
Otot lemah bukan selalu stroke.Otot memang perlahan melemah. Yang kita butuhkan bukan obat, tapi gerak. Bergerak perlahan setiap hari lebih berharga daripada minum pil setiap pagi.
Tidur tidak nyenyak bukan berarti insomnia yang butuh obat keras. Ritme tidur memang berubah. Obat tidur justru bisa memperburuk keadaan: menurunkan fungsi otak, meningkatkan risiko jatuh.
Solusinya?
Jemur diri di bawah matahari pagi, atur jadwal tidur tetap, hindari tidur siang terlalu lama.
Bahkan nyeri badan bisa jadi hanyalah perubahan sistem saraf, bukan rematik. Sistem saraf kita memang berubah. Rasa sakit menjadi lebih terasa karena sinyalnya lambat. Daripada buru-buru minum pereda nyeri, cobalah pijat ringan, kompres hangat, dan rendam kaki sebelum tidur.
Semua itu bisa diatasi tanpa harus tergesa-gesa minum obat.
Bahkan hasil lab pun harus ditafsirkan bijak. Kolesterol sedikit tinggi misalnya, justru membantu memperkuat imun orang lanjut usia.
Sayangnya, banyak lansia takut akan penuaan. Padahal justru rasa takut itu yang memperparah keadaan. Dokter itu menegaskan:
“Hal terpenting bukan membawa orang tua ke rumah sakit, tapi mengajak mereka berjalan, makan bersama, dan ngobrol.”
Penuaan bukan musuh. Bukan kutuk.
Penuaan adalah proses indah yang harus dijalani dengan hati yang tenang.
Kita perlu mengubah cara pandang. Jangan memandang setiap perubahan sebagai penyakit. Ubah reaksi kita dari “mengeluh” menjadi “menerima dan menyesuaikan”.
Anak-anak, orang tua kita bukan beban. Mereka hanya ingin kita hadir. Mungkin tidak minta banyak, tapi ingin didengar, ditemani, dan dihormati.
Dan buat kita yang juga sedang menua, mari hadapi proses ini dengan tenang. Rawat tubuh seperti merawat sahabat lama. Dengarkan sinyalnya. Jangan langsung takut. Tidak semua ketidaknyamanan perlu disembuhkan. Beberapa hanya perlu diterima dan dilalui bersama.
Penuaan itu karunia, bukan kutukan.
Penuaan itu anugerah, bukan penyakit.
Definisi yang kita sematkan, akan menentukan tindakan kita selanjutnya.
Saat dianggap penyakit, mengkonsumsi obat-obat yang kerap justru menimbulkan penyakit baru.
Mengapa kita tidak bertanya pada-Nya yang menciptakan kita?
Tuhan membukakan jalan bagi saya, penyembuhan melalui Intermittent Fasting (IF).
Mungkin ada penyembuhan lain untuk masalah yang berbeda.
Tetapi yang terpenting:
Bertanyalah pada Tuhan!
Kuncinya bukan apa yang kita lakukan tetapi hubungan intim kita dengan Sang Pencipta sehingga Dia bisa mengarahkannya. Dia tahu yang terbaik!
Satu hal lagi yang saya amati:
Orang-orang yang konsisten membaca Firman Tuhan, hidupnya lebih damai, jarang pikun, dan lebih bahagia.
Firman itu seperti ‘obat’ terbaik—bukan hanya untuk hati, tapi juga untuk pikiran dan tubuh.
Bukankah dengan Firman itulah Tuhan menciptakan dunia?
Dan sampai hari ini…
Firman yang sama masih menyegarkan dan memperbarui kita setiap hari.
Setuju?
“Old age is not a punishment but a blessing, if we live it for the glory of God.” – Billy Graham.
“Usia tua bukan hukuman, tapi berkat-jika kita menjalaninya untuk kemuliaan Tuhan” – Billy Graham.
YennyIndra
TANGKI AIR *ANTI VIRUS* & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
THE REPUBLIC OF SVARGA
SWEET O’ TREAT
AESTICA INDONESIA – AESTICA ID
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN
#seruputkopicantik
#yennyindra
#Inspirasi Kebaikan #MotivasiKebaikan
#PribadiBerkualitas #BerbagiDenganSesama