Ketika Bejana Itu Rusak… Tapi Tidak Dibuang!
Gospel Truth’s Cakes
Yenny Indra
Ketika Bejana Itu Rusak… Tapi Tidak Dibuang!
Dulu saya pernah bertanya dalam hati:
Kenapa ya Tuhan menghancurkan bejana yang sedang dibentuk-Nya?
Kalau Dia memang Mahakuasa, kenapa tidak dari awal saja membuatnya bagus?
Lalu saya menemukan jawabannya di Yeremia 18 dan Roma 9.
Ternyata… bukan Tuhan yang membuat bejana itu rusak, melainkan tanah liatnya sendiri yang memilih berjalan di luar kehendak-Nya.
Itu mengejutkan saya. Tapi juga memberi pengharapan.
Karena sekalipun rusak, tukang periuk tidak membuang tanah liat itu.
Ia membentuknya ulang menjadi bejana lain. Mungkin bukan seperti rencana awal, tapi tetap berguna.
“Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya untuk membuat dari gumpalan yang sama, yang satu menjadi bejana untuk dipakai secara terhormat dan yang lain untuk dipakai secara biasa?” – Roma 9:21
Paulus mengutip kisah Yeremia untuk menjelaskan konsep penting:
Tuhan punya hak penuh atas hidup kita, tetapi tidak bertindak semena-mena.
Ia tidak memaksa siapa pun. Justru Ia sabar. Sangat sabar.
Dalam Yeremia 18, ketika tanah liat rusak, sang tukang periuk (gambaran Tuhan) tidak serta merta menghancurkannya. Ia membentuk ulang.
Apa yang rusak, bisa dipulihkan.
Apa yang cacat, tetap bisa berguna di tangan Tuhan.
Kesalahan sering terjadi ketika kita membaca ayat seperti Roma 9:22 dan mengira bahwa Tuhan menciptakan sebagian orang untuk dihancurkan. Tapi perhatikan baik-baik:
Tanah liat rusak bukan karena kesalahan si tukang periuk, tapi karena tanah liatnya sendiri.
Tuhan menahan dengan sangat sabar terhadap bejana-bejana kemurkaan (Roma 9:22).
Dan bahkan kepada bangsa yang sudah ditetapkan akan dihukum, Tuhan masih membuka pintu pemulihan, jika mereka bertobat (Yeremia 18:7-10).
Ini menunjukkan bahwa free will, kehendak bebas manusia, sangat dihargai oleh Tuhan.
Tuhan tidak memaksakan kasih-Nya. Tidak memaksakan pertobatan.
Dia menawarkan, mengetuk, menunggu… dengan kesabaran luar biasa.
Saya teringat kisah Firaun dalam kitab Keluaran.
Banyak yang mengira Tuhan “mengeraskan” hati Firaun sejak awal.
Tapi sebenarnya Firaunlah yang berulang kali menolak Tuhan.
Baru setelah berkali-kali kesempatan ditolak, Tuhan mengokohkan keputusan Firaun sendiri.
Hanya setelah itu, Firaun menjadi “bejana kemurkaan” untuk menyatakan kemuliaan Tuhan lewat kemenangan umat-Nya.
Begitulah cara Tuhan bekerja:
Yang rusak tidak langsung dibuang.
Yang memberontak tetap diberi kesempatan.
Betapa penghiburannya ini bagi kita!
Mungkin kita pernah merasa seperti tanah liat yang rusak—karena keputusan salah, dosa, atau luka masa lalu.
Tapi di tangan Tuhan, tidak ada tanah liat yang terlalu rusak untuk dibentuk ulang.
Dia bisa membentuk kita jadi bejana baru—bukan seperti rencana awal mungkin, tapi tetap berguna, indah, dan mulia.
Asalkan kita mau kembali dan menyerahkan diri kita kepada Sang Tukang Periuk.
Jadi, jangan menyerah pada dirimu sendiri.
Kalau Tuhan belum menyerah, kenapa kita harus menyerah?
Mari menjadi tanah liat yang lembut di tangan-Nya,
yang bersedia dibentuk, diubah, dan dipakai…
Sebab hanya dalam tangan-Nya, hidup kita menemukan tujuan sejatinya.
Seruput Kopi Cantik kita…. sambil direnungkan.
Di tangan Tuhan, tak ada bejana yang sia-sia.
Siap dibentuk dan dipakai oleh-Nya?
Yuk….
“We are products of our past, but we don’t have to be prisoners of it.” – Rick Warren.
“Kita memang terbentuk oleh masa lalu, tetapi kita tidak harus terpenjara olehnya.”- Rick Warren
YennyIndra
TANGKI AIR *ANTI VIRUS* & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
THE REPUBLIC OF SVARGA
SWEET O’ TREAT
AESTICA INDONESIA – AESTICA ID
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN
#gospeltruth’s truth
#yennyindra
#InspirasiTuhan #MotivasiKebaikan
#mengenalTuhan #FirmanTuhan