Articles

Hidup yang Berdampak: Warisan yang Abadi.

Gospel Truth’s Cakes
Yenny Indra

Hidup yang Berdampak: Warisan yang Abadi.

Ketika saya mengenang pelajaran Steven Covey dalam buku “ The 7 Habits of Highly Effective People” ,
HABIT 2: BEGIN WITH THE END IN MIND – kebiasaan ke dua: Mulailah dengan tujuan akhir dalam pikiran.

Nah saat ikut seminar P. Prasetya M. Brata, kami diberi tugas menulis naskah pidato untuk seseorang yang akan dibacakan saat pemakaman masing-masing. Saya termenung… Jika saya meninggal, saya ingin dikenang sebagai pribadi seperti apa?

Pertanyaan sederhana, namun menggetarkan jiwa. Karena jawabannya tidak akan datang tiba-tiba pada hari kematian kita. Jawaban itu dibentuk oleh keputusan-keputusan yang kita ambil hari ini.

Tuhan memberi saya jawaban lewat kisah Onesiforus.

Dalam 2 Timotius 1:16 KJV tertulis:
“Tuhan memberikan kasih karunia kepada rumah Onesiforus; karena ia sering menyegarkan aku, dan tidak malu akan rantai-ku.”

Wah… satu ayat, tapi dampaknya sampai 2.000 tahun kemudian! Nama Onesiforus hanya disebut dua kali di Alkitab, tetapi efek hidupnya menggetarkan sejarah kekristenan!

Apa yang ia lakukan? Ia menyegarkan Paulus. Mungkin lewat makanan, pakaian, atau bahkan sekadar mendengarkan dan hadir. Yang jelas: ia tidak malu terhadap Paulus, bahkan saat Paulus ada dalam penjara. Ia tekun mencari Paulus di Roma—kota besar, berbahaya, dan penuh risiko. Tapi Onesiforus tidak mundur. Ia tetap setia. Ia hidup sesuai namanya: pembawa manfaat.

Bandingkan dengan Phygellus dan Hermogenes dalam 2 Timotius 1:15—disebut hanya untuk dikenang sebagai pengecut.
Duh… saya tidak mau dikenang seperti itu!

Tindakan kecil Onesiforus, mungkin terlihat remeh saat itu. Tapi karena ia melakukannya dengan kasih dan iman, Tuhan mencatatnya. Bukan hanya dalam kitab, tapi dalam sejarah kekal!

“Tuhan tidak melupakan pekerjaan kasihmu…” (Ibrani 6:10)

Itu sebabnya saya suka menulis kisah-kisah seperti Seruput Kopi Cantik. Bukan sekadar cerita, tapi kesaksian yang mengangkat prinsip-prinsip Tuhan yang bisa diteladani. Pernah seorang teman berkata, “Tulisan ibu seperti pelita. Menuntun saya di tengah gelapnya keputusan.”
Wow… saya terharu.

Ternyata, saat kita menulis kebaikan Tuhan atau melakukan hal kecil dengan kasih—itu bisa menjadi warisan yang memberkati orang lain bahkan setelah kita tidak ada.

“Tulislah sesuatu yang layak dibaca, atau lakukan sesuatu yang layak untuk ditulis.” – Benjamin Franklin

Dan ini alasan saya terus menulis. Saya ingin meninggalkan jejak yang memberkati, bukan sekadar nama di batu nisan.

Onesiforus adalah contoh nyata bahwa tidak harus menjadi pengkotbah besar atau mengukir prestasi yang spektakuler, untuk meninggalkan warisan abadi. Cukup setia. Cukup mengasihi. Cukup hadir. Bahkan di saat sulit.

Matius 10:42 (TB) Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir saja pun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya.”

Jadi, jangan pernah meremehkan tindakan kasih yang sederhana. Tuhan menghargainya.

Ketika kita hidup dengan tujuan kekal, keputusan kita menjadi berbeda. Kita tidak lagi dikuasai rasa takut atau ego. Karena kita tahu, yang kita bangun bukan hanya reputasi—tetapi warisan rohani.

“Anda tidak kebetulan ada di dunia ini. Tuhan telah menciptakan Anda untuk sebuah tujuan yang luar biasa. Hidup yang paling memuaskan adalah saat Anda menemukan dan mengikuti panggilan yang telah Tuhan rencanakan bagi Anda.” – Rick Warren

Teman-teman, mari kita renungkan:
Apakah hidup kita hari ini akan dikenang dengan sukacita atau disesali orang?
Apakah kita hidup untuk memberi dampak atau sekadar menjalani hari?

Saya percaya…
Hidup bukan tentang berapa banyak yang kita miliki, tapi berapa banyak hidup yang kita sentuh.

Dan ingatlah,Albert Schweitzer (filsuf & dokter peraih Nobel Perdamaian) berkata,

“Example is not the main thing in influencing others. It is the only thing.”

Keteladanan bukan hal utama dalam memengaruhi orang lain. Itu satu-satunya cara.

Maukah kita menjadi seperti Onesiforus?
Membawa manfaat. Menyegarkan sesama. Menjadi berkat.

Hidup seperti itu, akan terus bersuara… bahkan setelah kita diam.
Sesungguhnya, selama orang masih menyebut nama kita, diri kita belum meninggal, kata orang bijak.

Menarik bukan?

“Do all the good you can, by all the means you can, in all the ways you can, to all the people you can, as long as ever you can – John Wesley

“Lakukan segala kebaikan yang Anda bisa, dengan segala cara yang Anda bisa, di semua tempat yang Anda bisa, kepada semua orang yang Anda bisa, selama Anda bisa.” – John Wesley.

YennyIndra
TANGKI AIR *ANTI VIRUS* & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
THE REPUBLIC OF SVARGA
SWEET O’ TREAT
AESTICA INDONESIA – AESTICA ID
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN

#gospeltruth’s truth
#yennyindra
#InspirasiTuhan #MotivasiKebaikan
#mengenalTuhan #FirmanTuhan

Yenny Indra Visit Website
Traveller, Family Growth Inspirator, Seruput Kopi Cantik YennyIndra, Co Founder of PIPAKU & MPOIN FB: Pipaku Mpoin www.mpoin.com FB: Yenny Indra www.yennyindra.com Email: yennyindra09@gmail.com
Related Posts
Salah & Gagal? Tenaaang…..!
“Apakah Kita Menimba Dari Sumur Yang Kering?”
Ternyata Manusia Tidak Didesign Mengenal Hal Yang Negatif! Oh….