“Orang Kristen Bercerai? Oh…”.
Gospel Truth’s Cakes
Yenny Indra
“Orang Kristen Bercerai? Oh…”.
Wuih … seru komentar-komentar tentang orang Kristen yang bercerai. Boleh or Tidak? Why?
Begitu banyak teman-teman yang mengirimkan artikel apik dari para ahli dan orang-orang hebat.
Hhhmm… saya ingin mengulasnya dari pengalaman saja sehingga sedikit berbeda dari lainnya. Yang jagoan sudah banyak, yang ini simple saja.
Sekian puluh tahun lalu, ada istri yang mengalami KDRT kelas berat. Gembala kami sudah menyarankan agar keluar dari rumah dulu. Tetapi si istri bersiteguh tetap bertahan. Istri harus tunduk kepada suami, demikian prinsipnya. Akhirnya beneran meninggal dunia. Oleh karena itu saya setuju, jika KDRT membahayakan nyawa, bercerai atau berpisah itu oke.
*****
Nach bagaimana dengan Verbal Abbuse-perkataan yang melecehkan, merendahkan, mengancam dsb?
Nach ini yang sulit untuk dinilai. Kadangkala ketika sudah menikah, kita cenderung berkata jujur, apa adanya, tanpa tedeng aling-aling – alias ga ada pemanisnya sama sekali. Nach kerap kejujuran itu menyakitkan.
Kita bisa tersinggung, terluka karenanya. Sementara di luar, teman or orang lain memperlakukan kita dengan manis, respek dan menyenangkan.
Setiap kita butuh proses untuk mengikis karakter lama kita, setelah lahir baru. Itu tidak terjadi secara otomatis. Kerelaan untuk mengakui kekurangan diri sendiri dan bersedia belajar, itu yang akan membentuk kita semakin hari semakin memiliki karakter serupa dengan Kristus. Itu menyakitkan lho….
Tetapi bisa juga sesungguhnya tidak demikian, bukan kita yang salah – tetapi pasangan yang salah mengerti, menganggapnya demikian dan disampaikan dengan vulgar. Kritikan yang tajam membuat hati serasa berdarah-darah.
Menyakitkan?
Yess!
Tetapi apakah hanya karenakesalahpahaman seperti itu yang terjadi beberapa kali, lalu menjadi alasan untuk bercerai? Apalagi jika sudah ada anak-anak…
Setelah menikah, hidup itu bukan hanya tentang kita, tetapi masa depan seluruh keluarga, terutama anak-anak, dan keteladanan yang kita berikan.
Intinya, yang dilabeli “Verbal Abbuse” bisa betul-betul memang verbal abbuse, tetapi bisa juga karena kita yang tidak mau mengakui kekurangan diri sendiri dan tidak mau berubah.
Masih ada kekurangan pasangan pula, yang kita harapkan untuk berubah. Ternyata pasangan bisa mengkritik tapi gak mau berubah. Sama-sama tidak mau kalah. Nach makin rumit.
Padahal keduanya datang dari keluarga dan latar belakang yang berbeda. Dibutuhkan kerendahan hati agar bisa saling mengasihi dan mengutamakan pasangannya. Ini tidak otomatis. Butuh belajar dan kasih Kristus serta firman Tuhan sebagai fondasinya.
Agar makin dewasa, dapat mengendalikan diri dan bijaksana menyikapinya.
*******
Saya pernah membaca kisah 2 anak muda yang kecewa karena ortunya bercerai. Lalu kedua anak muda ini mengadakan riset di seluruh USA, mewawancarai pasangan-pasangan yang sudah menikah lebih dari 40 tahun dan mencari rahasia, apa yang membuat mereka bertahan dan tetap bahagia?
Ternyata kunci suksesnya sederhana: No Exit Door! Tidak Ada Pintu Keluar!
Perceraian atau perpisahan bukanlah opsi.
Jadi apa pun yang terjadi, pokoknya belajar menyesuaikan diri, agar bisa get along well.
Menarik bukan?
Seorang reporter bertanya kepada pasangan tua, “Bagaimana kalian mengatur sehingga bisa bertahan menikah selama 65 tahun?”
Wanita sepuh itu menjawab, “Kami dilahirkan pada masa di mana ketika sesuatu itu rusak, kami akan memperbaikinya, bukan membuangnya….”
Sementara di jaman ini, perceraian anak-anak muda, kerap disebabkan oleh hal-hal yang sangat sepele. Tersinggung sedikit, bercerai..
Masalah yang sesungguhnya bisa diperjuangkan untuk bisa dibereskan, dicoba sedikit koq sulit, lalu pilih bercerai.
Bagaimana cara membereskan, meraih rasa hormat dari pasangan dan bekerjasama dengan baik?
Kedekatan pribadi dengan Tuhan, menabur firman secara teratur dan menghidupinya, sehingga terjadi “effortless change”– perubahan tanpa usaha, seperti yang diajarkan oleh Andrew Wommack, sangat menolong.
Saat hati penuh dengan firman yang hidup, hal-hal yang dulunya membuat tersinggung, menimbulkan pertengkaran, sekarang tidak lagi.
Apalagi sejalan dengan pemahaman akan Identitas kita di dalam Kristus, memiliki Yesus sudah lebih dari cukup.
Tidak lagi sibuk mencari penerimaan dari luar tetapi merasa aman dengan penerimaan dan Kasih Kristus.
Maka tidak lagi mudah tersinggung, bereaksi dsb. Menghindarkan kita dari ribuan pertempuran yang tidak perlu.
Semakin mengenal Tuhan, terang Kristus menerangi bagian kehidupan yang gelap.
Orang-orang yang merasakan ‘Terang’ yang ada di dalam kita, membutuhkan kekuatan Tuhan, hikmat, cara pandang kita sesuai Alkitab, nilai-nilai sesuai firman Tuhan yang ada di dalam kita.
Ada hikmat yang melampaui pengetahuan manusia serta Wibawa Allah di dalam orang-orang yang hidupnya melekat kepada Tuhan.
Abide in Him.
Kebenaran-Nya mengurai permasalahan rumit seperti hitam dan putih. Roh Kudus memberi hikmat, pengendalian diri, dan kesabaran, yang sangat membantu menjaga hubungan harmonis. Tidak semua masalah perlu dihadapi; ada yang akan selesai pada waktunya. Ide kreatif Tuhan sering memberikan solusi sederhana untuk masalah rumit. Kita menjadi jawaban & solusi yang dicari orang dunia.
Mazmur 119:97-100 (TB)Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari.
Perintah-Mu membuat aku lebih bijaksana dari pada musuh-musuhku, sebab selama-lamanya itu ada padaku.
Aku lebih berakal budi dari pada semua pengajarku, sebab peringatan-peringatan-Mu kurenungkan.
Aku lebih mengerti dari pada orang-orang tua, sebab aku memegang titah-titah-Mu.
Firman Tuhan itu benih. Tanam dalam hati, biarkan bertumbuh tanpa kita sadari. Seperti latihan fisik yang menghasilkan kekuatan, hidup dalam Firman mengalirkan kuasa Tuhan. Sikap dan perkataan kita berubah, yang akhirnya membuat keluarga & dunia sekeliling kita menghormati dan merespon dengan penuh kasih.
Inilah yang layak kita kejar: Mengalahkan dengan Kasih & Kuasa Allah, menunjukkan jalan kebenaran tanpa merendahkan.
Dengan kualitas seperti ini, siapa yang berani merendahkan atau melecehkan?
Setuju?
“People are drawn to those who carry the power of God within them, not because of who they are, but because of who God is in them.”
“Orang-orang tertarik mengikuti mereka yang membawa kuasa Allah di dalam dirinya, bukan karena siapa mereka, tetapi karena siapa Allah di dalam mereka.”
YennyIndra
TANGKI AIR *ANTI VIRUS* & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
THE REPUBLIC OF SVARGA
SWEET O’ TREAT
AESTICA INDONESIA – AESTICA ID
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN
#gospeltruth’s truth
#yennyindra
#InspirasiTuhan #MotivasiKebaikan
#mengenalTuhan #FirmanTuhan