Articles

Akibat Tersinggung Yang Kerusakannya Tidak Pernah Terbayangkan….

Gospel Truth’s Cakes
Yenny Indra

Akibat Tersinggung Yang Kerusakannya Tidak Pernah Terbayangkan….

Sengaja saya post artikel Pdt. Pudji dari Batu, Malang, karena kasus ini sering terjadi. Tersinggung di dalam gereja, komunitas, keluarga dsb.
Kita mengejar untuk dibenarkan, merasa tidak bersalah. Pendekatan kita kalah-menang. Perang dengan berbagai macam strategi, padahal kita semua mengaku kristen dan anak Tuhan….

Ketika belajar mendekatkan diri kepada Tuhan, satu hal yang tidak bisa dihindari adalah kita diproses, dibentuk, menjadi serupa dengan Tuhan.
Sedihnya, tidak ada baju indah tercipta tanpa kain merasa sakit terkena gunting. Begitu pula dengan kita. Dan itu tidak mudah. “Berani-beraninya kamu..!” Ego kita digesek. Besi menajamkan besi.

Dan “Welcome To Ministry….”

Melayani Tuhan bukan sekedar tampil keren di panggung, tetapi bagaimana karakter kita dibangun. Saat kita mengajar, berbagi, melayani, yang paling dibutuhkan justru apa yang tersimpan di dalam hati kita? Kasih or kepahitan? Gengsi or kerendahan hati? Dieeeeenk…..

Kita hanya bisa membagikan apa yang kita miliki..
Ketika yang kita bagikan hanya teori, hanya menyentuh kepala seseorang. Paling jauh hanya membuat orang lain terpesona dengan manisnya ucapan kita. Tetapi jika yang kita bagikan sesuatu yang sudah kita hidupi, maka hidup orang lain pun berubah. Ada kuasanya!


PELAJARAN BAGI HIDUP
PENYESALAN YANG TIDAK PERLU

Ditulis: Pdt. Pudjianto

Perbincangan yang tidak di sengaja terjadi di warung kopi itu memang tidak disangka akan mengarah pada hal yang dalam. Bapak yang menyebut diri Sularso itu sama-sama masuk ke warung kopi di pinggir jalan menceritakan ulah masa mudanya yang akhirnya menjadikan penyesalan yang tidak habis – habisnya di masa tua. Ketika dirinya tumbuh kesadaran justru anak dan istrinya tidak bisa diajak kembali. Pak Sularso semakin ingin mengungkapkan pergumulan pribadinya setelah tahu bahwa saya juga orang Kristen seperti dirinya.
Kebetulan warung kopi di pinggir jalan itu sepi, yang ada hanya berdua saja dengan pak Sularso, yang baru saja saya pertama kali bertemu. Karena sama-sama ada di warung kopi. Tadinya memang cerita yang bersifat umum, bagaimana Pak Sularso mengagumi walikota di sebuah kota yang bisa menciptakan pekerjaan bagi anak-anak muda di kotanya. Membandingkan dengan kota di mana tinggal, kemajuannya belum bisa dirasakan oleh masayarakat luas. Jalan-jalan di desa masih banyak lobang dan banyak yang masih tanah. Itu pembicaraan umum. Namun tiba-tiba pembicaraan itu mengarah kepada hal-hal yang bersifat pribadi dan dalam lagi.
Menurut bapak Sularso, jaman muda termasuk orang yang rajin ke gereja, bahkan terlibat dalam pelayanan juga. Ia banyak dipercaya oleh gembalanya untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan gereja, dan juga yang berujud pelayanan jadi Penata ibadah, jadi pemuji Tuhan di depan ketika ibadah bahkan juga dipercaya untuk membawakan renungan juga. Hal terjadi ketika gembalanya belum memiliki istri, setelah memiliki istri, ia tidak lagi ke gereja dan pelayanan lagi.
“Lho kenapa pak?”, demikian saya terkejut mendengar ceritanya dan langsung bertanya
Bapak Sularso nampak tertunduk dan menopangkan tangannya di dagunya, raut sedih dan sesal nampak tergambar di wajahnya. Melihat sikap yang demikian saya semakin tertarik untuk lebih banyak tahu seorang lelaki yang sudah berumur sama dengan saya tersebut.
Dengan pelan supaya tidak terdengar pemilik warung, Pak Sularso menceritakan bahwa ia tersinggung dengan istri gembala gerejanya, karena terdengar di telinganya langsung bahwa ibu gembala yang masih pengantin baru, yang tadinya aktif di gereja lain itu bilang: “Apa yang menjadi pamrih pak Sularso begitu aktifnya pelayanan di gereja ini?”
Masih menurut pak Sularso, bahwa mendengar apa yang dikatakan Ibu gembala itu langsung patah semangat. Ia merasa bahwa jerih payahnya tidak dihargai. Dan sejak itu pelan-pelan mundur dari pelayanan. Dan mulai menanamkan kata-kata yang tidak baik sama istri dan ke dua anaknya, berkaitan dengan gereja, dengan ditambah-tembahi negatif lainnya. Dan akhirnya satu keluarga mundur dari pelayanan dan gereja.
Ada kepuasan di batin Pak Sularso, karena akhirnya pelayanan gereja banyak terbengkelai. Dan ia ingin melihat bagaimana selanjutnya gereja tersebut, biar ibu gembalalah yang menangani. Ketika banyak teman yang mengunjungi dan meminta kembali aktif pelayanan, jawabannya ringan saja.
“Kan sudah ada ibu gembala, biar ibu gembala dong yang mengatasi pelayanan?”, demikian jawaban setiap ada teman gereja bahkan bapak pendeta yang datang. Bahkan bapak pendeta sampai minta maaf atas perkataan istrinya. Namun pak Sularso tidak bergeming, hati Pak sularso ketika itu semakin puas. “Biar tahu rasa”
“Wah sampai segitunya ya pak?”, demikian kata saya, prihatin. Saya memandang Pak Sularso, yang nampak seperti orang gemetaran mengingat masa lalu.
Setelah tua ini saya baru sadar, ada pertanyaan di dalam sanubari saya, untuk siapakah semua yang dilakukan di masa muda. Untuk kebanggaan diri, untuk pujian dari sesama, atau untuk Tuhan?”, demikian dengan lesu pak Sularso berkata. “Jika untuk Tuhan mengapa harus mendengar penilaian orang?”
Menurut pak Sularso, sanubari itu terus bertanya, dan bertanya. Akhirnya tidak tahan, ia hari minggu ke gereja yang sama, setelah puluhan tahun. Betapa dirinya sangat terharu dan membuat tangisan tanpa henti, mengikuti ibadah perdananya
“Bapak pendeta yang juga sudah berumur itu memeluk saya, demikian istrinya memeluk saya, kami ingin melupakan masa lalu, dan mengawali kehidupan yang baru yang bermotivasikan kasih”, demikian kata pak Sularso terbata.


Masih menurut pak Sularso, ia sekarang kembali ke gereja, rajin datang, namun tentu tidak bisa mengambil pelayanan seperti dahulu. Sayangnya istri dan ke dua anaknya yang sudah berkeluarga, tidak mengikuti jejaknya. Mereka sudah asyik dengan kepercayaan yang baru.
“Pak saya sungguh menyesal”, demikian katanya pelan. “Saya merindukan istri dan kedua anaknya bahkan mantunya bisa menerima jalan keselamatan di dalam Yesus Kristus”.
Warung itu tidak sepi lagi, dan mulai beberapa orang masuk dan duduk di bangku yang sudah di sediakan, memesan kopi, dan makan makanan gorengan yang tersedia. Saya harus melanjutkan ke kantor untuk rekaman. Dan senang bertemu dengan pak Sularso, berharap lain kali bisa bertemu lagi di warung yang sama, sekedar berbincang-bincang. Penyesalan seperti pak sularso memang tidak perlu, kalau dalam kehidupan pelayanan dilandasi dengan motivasi untuk kemuliaan Tuhan bukan untuk pamer diri. Dan tidak perlu rasa negatif dengan sesama orang percaya atau gereja di “woro-woro” (di crita-critakan) kepada sesama bahkan orang lain.
BETAPA PENTINGNYA KITA JAGA MULUT KITA UNTUK MENGELUARKAN KATA-KATA YANG MELUKAI SESAMA YANG MASUK DALAM PERSEKUTUAN KITA, BAGAIMANAPUN KEHIDUPAN KITA DISEMPURNAKAN OLEH ORANG ITU YANG NAMPAKNYA TIDAK BERGUNA SEKALIPUN.


“Ini kesempatan kita mempraktikkan pelajaran di sekolah…”, ujar Bu Henny berulang kali. Saya setuju!

Saya mengamati, selama kita belum lulus di suatu masalah, maka kasus serupa akan terus menerus datang hingga kita lulus ujian. Better segera dibereskan, move on, naik kelas.

Belajar dari P. Sularso, tidak disangka ketersinggungan kecil yang dikipasi iblis tentunya, membuatnya menjauh dari Tuhan dan gereja. Yang pada jangka panjangnya, memporakporandakan keluarganya. Oh….

Mari kita jadi murid yang taat…supaya gak ada celah untuk iblis masuk, sehingga berkat serta damai Tuhan pun senantiasa menyertai kita.
Setuju?

“Your actions speak so loud I can’t hear what you say.” – Ralph Waldo Emerson

“Tindakan Anda berbicara sedemikian kerasnya sehingga saya tidak dapat mendengar apa yang Anda katakan.” -Ralph Waldo Emerson

YennyIndra
TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN

gospeltruth’scakes

yennyindra

InspirasiTuhan #MotivasiKebaikan

mengenalTuhan #FirmanTuhan

Yenny Indra Visit Website
Traveller, Family Growth Inspirator, Seruput Kopi Cantik YennyIndra, Co Founder of PIPAKU & MPOIN FB: Pipaku Mpoin www.mpoin.com FB: Yenny Indra www.yennyindra.com Email: yennyindra09@gmail.com
Related Posts
“Apa Yang Memotivasimu?”
“Ketika Ketidakpercayaan Menjadi Sesuatu Yang Baik.”
SAMPAH