Lho Apa Hubungan Investasi, Tuhan & Agama?
Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra
Lho Apa Hubungan Investasi, Tuhan & Agama?
“Bu Yenny, saya memilih gak usah beribadah tetapi jaga hidup yang baik saja. Jaman sekarang agama dijadikan sarana untuk ‘membujuk atau menipu’ orang lain,” ujar seorang teman.
Saya paham sekali dan mengalaminya juga. Investasi bodong, pemimpinnya memanfaatkan tokoh-tokoh agama dan bahkan dia sendiri menunjukkan bahwa dia seorang yang sangat ‘rohani’ tetapi berakhir dengan menilap uang ribuan orang.
Beberapa teman membujuk, “Itu lho rohaniwan besar itu saja ikut berinvestasi. Pasti dia sudah tanya Tuhan dulu. Kita ini jemaat, lihat saja dan mengikuti tokoh yang sudah top dan tinggi rohaninya.”
Akibat salah investasi, ketika rugi, kita cenderung ‘menyalahkan’ Tuhan. Menyamakan tokoh agama itu dengan Tuhan, lalu kecewa meninggalkan Dia.
Saya pun pernah begitu.
Padahal gak ada ayat yang bilang begitu. Tuhan TIDAK PERNAH memerintahkan kita membabi-buta meniru dan mengikuti tokoh ‘hebat’, meski pun dengan dalih surga & agama.
“Cari dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu,” demikian perintah Tuhan.
Terlanjur kecewa. Koq Tuhan tidak melindungi sich?
Ketika saya menjauh dari-Nya, hati saya semakin galau. Hidup terlalu berat untuk dijalani sendirian.
Saya merenung.
Sejak awal menikah dan berbisnis, hidup saya tidak lepas dari pertolongan Tuhan yang satu, kepada pertolongan Tuhan yang lain. Begitu banyak hal-hal mustahil terjadi. Dan saya sadar, Tuhanlah yang mencurahkan berkat-Nya.
Hidup tidak lepas dari masalah. Badai kadang datang tanpa diundang dan tanpa permisi pula. Dulu kerap stres, ga bisa tidur, akibatnya bad-mood. Betapa beratnya hidup.
Tetapi semakin saya mengenal-Nya, badai tetap ada namun saya bisa tidur nyenyak karena Tuhan menopangku.
Apakah saya akan meninggalkan-Nya karena ‘tertipu’ berinvestasi pada sesuatu yang dikelola orang yang menyalahgunakan nama Tuhan?
“Tidak,” saya memutuskan dalam hati, “Saya tidak mampu menjalani hidup ini sendirian.”
Ketika saya merenungkan hal ini lebih dalam, saya mendapatkan pemahaman baru. Sebetulnya, kesalahan ada di pihak saya. Tuhan sudah beri rambu-rambu, sekaligus saya diberi kebebasan memilih. Kalau saya sengaja memilih melanggar rambu-rambunya, lalu menerima konsekuensinya, itu bukan salah Tuhan. 100% salah saya!
“Bu Yenny sering sekali membahas tentang benih ya? Saya sampai hafal,” ujar teman lain.
“Iya pak, di sekolah saya belajar bahwa prinsip benih itulah prinsip dasarnya kehidupan. Kalau kita paham prinsip itu, segalanya jadi mudah dipahami, kata guru saya.”
Saya beberapa kali berinvestasi dan rugi. Mengapa?
Karena kerapkali saya terpukau dengan keuntungan besar.
Benihnya ‘keserakahan dan ingin cepat kaya’.
Padahal Raja Salomo / Sulaiman berkata,
Berkat dalam hidup menyertai orang yang jujur ??dan setia, tapi hukuman menghujani orang yang tamak dan tidak jujur.
Suatu ketika salah berinvestasi properti di negara tetangga. Kami semua berangkat sekitar 10 keluarga, ada yang dengan pasangan, sendiri dan dengan pasangan serta anak juga.
Kami berada di sana 3 hari 2 malam. Dikumpulkan bersama-sama. Keesokan harinya melihat properti, mempelajari penawaran, dan seingat saya hanya 1 orang yang tidak membeli. Nyaris semua teman membeli, jadi ada rasa kebersamaan, merasa pasti ini pilihan yang baik.
“Saat itu gengsi kita digelitik, masa yang lain beli dan kita tidak?,” ujar seorang teman setelah kami menyadari salah mengambil keputusan.
Kesimpulannya:
Alasan kami saat mengambil keputusan tidak bijak. Gengsi! Takut ditolak.
“Karena TUHANlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian. Itu akan menyelamatkan engkau dari kejahatan yang tersembunyi
dan dari mereka yang berbicara mendua hati,” kata Raja Salomo.
Setiap orang berjualan, apalagi properti tentu yang ditonjolkan keunggulannya.
“Nanti di seberangnya akan dibangun fasilitas bla.. bla… Bla…”
Di mana-mana begitu. Perkara beneran fasilitasnya dibangun atau tidak, urusan belakangan. Pokoknya properti sudah terjual.
Beli apartemen, viewnya dahsyat. Sudah serah terima, ternyata di depannya dibangun towet baru, viewnya ganti dinding tower baru.
Itu sudah rahasia umum.
Kesalahannya, kami tidak mencari Tuhan terlebih dahulu. Tuhan tahu apa yang akan terjadi di masa depan.
Kami tidak mengumpulkan data yang valid pula, hanya modal percaya. Yang mengajari berinvestasi tokoh kaya dan punya nama besar. Masa bisa salah sich?
Padahal itu persepsi saya sendiri…
Orang yang tak berpengalaman percaya kepada setiap perkataan, tetapi orang yang bijak memperhatikan langkahnya.
Istilah lainnya, perhatikan buahnya!, buah senantiasa menunjukkan jenis benih yang ditanam. Kalau buahnya mangga, yang ditanam pasti benih mangga. Gak mungkin durian.
Ketika memutuskan, juga tidak minta petunjuk Tuhan. Saya sempat extend, dalam hati sempat curiga, koq apartemen yang dibeli mahal sekali. Tapi kan sudah bayar DP. Kartu kredit sudah digesek.
“Ah, gak mungkinlah… Wong kita diajari berinvestasi. Belajar sama orang yang lebih sukses dan kaya daripada kita, menurut teori itu sudah jalur yang benar.” saya menghibur diri.
Tapi saat mengalami kerugian, cenderung menyalahkan Tuhan.
Saya belum sekolah waktu itu, gak paham juga hingga sedetil itu. Ternyata Tuhan benar-benar menghendaki, hidup kita betul-betul mengikuti arahan-Nya langkah demi langkah.
I did it God’s way, istilah kerennya.
Sejujurnya ini lebih mudah dikatakan daripada dipraktekkan.
Andrew memberi contoh, kalau belum dapat jawaban Tuhan, ya tunggu. Sampai berbulan-bulan. Yakin, baru bertindak.
Bahkan Andrew saat sedang membangun sekolah, kehabisan dana, dia menunggu … Hingga 3 bulan kemudian dana terkumpul, lanjut lagi. Andrew ‘kekeuh’ tidak mau pakai kredit bank, meski bank sudah menawarkan, karena Tuhan mau Sekolah Charis dibangun tanpa hutang bank.
Pertanyaannya:
Beranikah saya bersikap seperti Andrew? Meski pun sekarang saya sudah sekolah dan tahu teorinya?
Ditanya seantero dunia, mengapa proyek mandeg? Malu kan? Kasi alasan apa dong?
Tentu teman-teman baik akan menawarkan bantuan dan solusi logis ala dunia.
Kalau saya bersikukuh bilang tunggu Tuhan, tentu saya dianggap gak waras. Gak logis.
Beranikah saya?
‘I did it God’s way’ butuh keberanian untuk taat. Melawan arus.
Saya pun sadar sekali ….
Seharusnya saya mengamati segala sesuatu dengan prinsip benih.
Meski yang berbicara, membujuk, itu tokoh besar, terkenal, pejabat top, memukau bahkan rohaniwan, kalau saya benar-benar menilainya dari buahnya, seharusnya tidak mungkin tertipu dan salah langkah.
Sebenarnya Tuhan sudah memberikan banyak sekali rambu-rambunya…. Saya juga sudah belajar dan membacanya bertahun-tahun, tetapi saat praktek, koq bisa lupa…
Saya pun menepuk jidat….
Yenny … Oh yenny…
Belajarlah lebih cerdik…. !
Fear and intimidation is a trap that holds you back. But when you place your confidence in the Lord, you will be seated in the high place.
Ketakutan dan intimidasi adalah jebakan yang membuat kita jatuh. Tetapi ketika menaruh kepercayaan kepada Tuhan, kita akan didudukkan di tempat yang tinggi (dilindungi).
YennyIndra
TANGKI AIR *ANTI VIRUS* & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN