Pikiran Apa Yang Melintas Di Kepala Kita?
Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra
Pikiran Apa Yang Melintas Di Kepala Kita?
Ada benjolan di leher atas kanan. Saat saya meraba di bagian kiri, rata. Saya raba-raba lagi, cukup besar. Segera bergegas saya lihat di cermin, terlihat benjolan di leher kanan.
“Jangan-jangan hipertiroid kambuh… Atau tumor….,” pikiran buruk mampir melintas tanpa diundang.
Teringat pula, tadi malam sempat terbangun dan tenggorokan terasa kering dan sedikit sakit pula.
Pada umumnya, hipertiroid itu menyebabkan leher membesar. Penyakit gondok, kata orang. Meski saya sudah sembuh, iblis suka melemparkan keraguan bahwa saya sudah benar-benar sembuh.
Pernah mengalaminya?
Selalu kemungkinan terburuk yang hadir, menggoda, menakut-nakuti meski tidak diundang!
Untunglah sudah belajar banyak hal.
Pertama, saya MENOLAK mengucapkan atau menceritakan kekuatiran pada orang lain.
Bahkan pada P. Indra pun tidak.
Setiap perkataan adalah benih. Dan benih itu akan bertumbuh sesuai jenisnya.
Tidak ada yang gratis. Saya tidak mau buah penyakit, jadi saya pun Menolak mengucapkan benih penyakit.
Dulu saya gak paham prinsip ini. Setiap sakit, segera bercerita pada orang lain dan diulang-ulang pula. Semakin diperkatakan, penyakit makin parah. Karena semua tercipta sesuai dengan benih perkataan yang saya taburkan dan sesuai iman saya pula.
Sekarang saya sudah paham peinsip dahsyat ini.
Kita tidak bisa melarang burung membuang kotoran di kepala kita, tetapi kita bisa melarangnya membuat sarang di sana, kata pepatah yang terkenal.
Kedua, saya terinspirasi sekali ungkapan P. Dolfi.
“Kalau tidak mau sakit, dipikirkan pun jangan.”
Jadi saya tidak mau memikirkannya.
Lalu apa yang saya pikirkan?
Fokus bahwa oleh karena Tuhan ada di dalam roh saya, semua penyakit tidak dapat menimpa saya.
Saya ini orang sehat sempurna. Jika ada penyakit mampir, saya kick-out dalam Nama Tuhan. Tendang jauh-jauh….
Sesuatu yang luar biasa namun jarang disadari orang, bahwa Kita yang berkuasa menentukan apa yang hendak kita pikirkan atau pun rasakan.
Apa yang kita pilih untuk dipikirkan, akan menentukan apa yang kita rasakan.
Perasaan itu mengikuti pemikiran, bukan sebaliknya.
Begitu banyak orang yang tidak tahu rahasia ini, sehingga hidupnya diombang-ambingkan perasaannya. Mereka mengira perasaan itu sebuah fakta.
You should not believe your conscience and your feelings more than the word, kata Martin Luther.
Anda tidak seharusnya mempercayai hati nurani dan perasaan Anda melebihi Firman Tuhan, kata Martin Luther.
Nach artinya, percayalah apa yang dikatakan Tuhan melalui firman-Nya.
Perkataan Tuhan itulah kebenaran yang sejati.
Apakah benjolan di leher itu benar-benar ada?
Tentu saja! Secara kasat mata, memang benjol. Dipegang ya memang benjolan. Itu fakta.
Tetapi fakta itu bukan kebenaran.
Kebenarannya bagaimana?
Karena Tuhan, saya sudah sembuh. Penyakit tidak berhak tinggal dalam tubuh saya, karena tubuh saya adalah bait Allah.
Yang ketiga, pikiran negatif yang menakutkan, tidak dapat dilawan dengan pikiran lainnya. Satu-satunya cara untuk mengusirnya, dengan cara menggantikannya dengan pikiran Allah yang tertuang melalui firman-Nya.
Ketika saya berpegang teguh pada kebenaran yang sejati, yaitu Firman Tuhan, maka beberapa hari kemudian benjolan hilang. Rasa sakit pun sirna.
Yeaaayyyy…..
Terimakasih Tuhan. Saya belajar pengalaman yang baru.
Praktik yuk….
Don’t just think bigger in terms of quantity, think bigger in terms of kingdoms. God can give you so much more than what the world can give you – Daniel Bennett.
Jangan hanya berpikir lebih besar dalam hal kuantitas, berpikirlah lebih besar dalam hal kerajaan Allah. Tuhan dapat memberi Anda melebihi apa yang dunia dapat berikan kepada Anda – Daniel Bennett.
YennyIndra
TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN