Articles, Relationship

Nilai Persahabatan

Kartini Nitiharijanto

Di tengah-tengah liburan kami sekeluarga ke kanada dan Alaska juni-juli lalu, sebuah message facebook dikirim oleh Siu Ling, sahabat saya di jogja bahwa salah satu sahabat kami, Ci Coco, telah meninggal dunia. Berita yang cukup mengejutkan. Menjelang berangkat liburan saya dengar Ci Coco sakit dan saya sempat menelponnya, namun saya tidak menyangka bahwa dia pergi secepat itu. Bahkan saya belum sempat menjenguknya, setelah perpisahan kami bertahun-tahun yang lalu.

.

Setelah pulang liburan, Maria teman yang lain chatting bahwa sahabatnya, Kartini telah meninggal dunia karena pendarahan otak. Kami bersama-sama saat berziarah ke Israel beberapa tahun sebelumnya. Kehilangan ke dua teman ini membuat saya merenung dan sempat terbawa mimpi selama berhari-hari. Peristiwa demi peristiwa yang pernah kami alami bersama, bagaikan tayangan sebuah film berjalan di benak ini. Perasaan kehilangan, sedih dan kosong yang mendalam mengisi hati. Bahkan Maria masih meratapi kepergian sahabatnya dan foto-foto kenangan lama di upload di facebooknya.

.

Satu hal yang melegakan bahwa ke dua teman ini telah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi mereka. Bahkan kesaksian dari Siu Ling bahwa Ci Coco ketika didoakan menjelang kematiannya, masih sempat mengangkat tangannya dan berseru, “Halleluya… halleluya….”  Dia tetap memegang imannya hingga akhir hayatnya. Maria bersaksi, setelah tiga belas hari koma, saat Maria selesai mendoakan lalu Kartini membuka matanya sesaat, dan kemudian “pergi”……

.

Dalam hidup ini kita bertemu banyak orang dan memiliki banyak teman. Ada teman-teman yang hanya datang  sesaat dalam kehidupan kita, namun ada pula teman yang ada di sepanjang jalan kehidupan kita. Ada pertemanan yang tetap berada tahap biasa dan ada pertemanan yang berkembang menjadi persahabatan. Ada teman yang hanya datang pada saat kita senang, teman yang demi keuntungan pribadi rela mengorbankan temannya. Bahkan tidak sedikit pula kisah menyakitkan teman yang memakan duit teman sendiri. Namun ada pula kisah teman-teman yang setia, peduli dan menjadi teman doa serta berbagi beban yang setia. Mendapatkan teman itu mudah namun mengembangkannya menjadi suatu persahabatan diperlukan usaha, kasih, pengorbanan dan pengampunan.

.

Persahabatan lebih dari sekedar berteman. Persahabatan adalah pertautan mendalam baik dalam jiwa maupun roh, membentuk ikatan yang tak terputuskan baik oleh kehidupan mau pun kematian. “What is a friend? A single soul dwelling in two bodies,” ujar Aristoteles (“Apakah sahabat itu? Satu jiwa yang beada dalam dua tubuh”, ujar Aristoteles).

.

Sahabat adalah orang yang berkomitmen untuk setia baik dalam suka maupun duka. Tidak berarti dibangun tanpa adanya ketersinggungan atau kesalah-pahaman namun keduanya bersedia saling belajar untuk memahami, mengasihi dan mengampuni. Sahabat peduli. Sahabat menerima menerima diri kita apa adanya sehingga kita merasa aman untuk membuka diri. Sahabat tetap mengasihi walau pun dia mengenal sisi-sisi buruk kita yang tersembunyi. Sahabat sejati senantiasa berusaha memakai sepatu sahabatnya agar dapat mengerti cara pandang dan posisi sahabatnya sehingga dengan bijak mengambil keputusan yang tepat. Apakah mudah mencapai tahap ini? Tentu tidak. Dibutuhkan waktu bertahun-tahun, saling membentuk dan mempengaruhi satu dengan yang lain hingga menjadi persahabatan tak terpisahkan. Inilah persahabatan antara teman saya, Maria dan Kartini yang telah teruji hingga akhir hayat Kartini.

.

Friendship is a living thing that lasts only as long as it is nourished with

kindness, empathy and understanding.”

Author Unknown

.


.

Ada orang-orang yang mungkin saja memiliki banyak teman namun tidak mampu memeliharanya hingga ke taraf persahabatan. Ada seorang teman yang berkomentar saat hubungan pertemanannya mengalami gesekan, ”Teman yang satu datang , dan teman yang lain pergi. Jika tidak ada yang pergi darimana kita bisa menilai mana teman yang baik? Toh pada akhirnya, hidup berjalan seperti biasanya”. Bagi teman ini, bukanlah suatu masalah kehilangan seorang teman. Masih banyak teman lain yang akan datang.

.

Saat bilangan usia kian bertambah, sebagian besar kita menyadari betapa berharganya sebuah persahabatan atau sekedar pertemanan. Kita mulai mengadakan reuni. Mencari teman-teman lama kita. Bahkan teman-teman SD yang wajah dan tubuhnya sudah berubah seratus delapan puluh derajat. Yang lucu, saat reuni SMA, sebetulnya ada diantara kami yang bertemu dengan teman-teman yang betul-betul sudah lupa namun terjadi kesepakatan diantara kami, anggap saja ingat. Jadi kenalan lagi, mengingat nama plus berbagai keterangan dari kelas mana dan sebagainya, maka kami pun jadi akrab. Kami sama-sama merindukan pertemanan jadi kami semua mudah akrab.  Di usia pertengahan orang cenderung suka membangun grup baik melalui blackberry, arisan, kelompok hobi dan sebagainya untuk sarana agar dapat berkumpul dan berbagi dengan teman-temannya. Hidup tanpa teman, sekaya apa pun kita, terasa ada tempat kosong yang membuat hidup kita terasa hambar. Tuhan menciptakan kita untuk saling berbagi dan mengasihi satu dengan yang lainnya. Berbahagialah orang-orang yang memiliki banyak teman, terlebih lagi jika beruntung memiliki satu atau dua orang sahabat sejati, sangatlah luar biasa.

.

Saat merenung di tengah kepedihan kehilangan sahabat-sahabat terkasih, timbul pertanyaan: Apa yang bisa dipelajari melalui peristiwa ini? Seorang bijak mengatakan, kita meminta maaf kepada masa lalu dengan cara memberi yang terbaik kepada masa kini. Kita seringkali kurang menghargai saat teman, sahabat, keluarga masih ada di dekat kita. Namun ketika mereka pergi selamanya, barulah kita merasa kehilangan. Maria & saya sepakat, belajar dari persahabatan kami dengan Kartini, hendaknya kami lebih mengasihi dan menghargai sahabat-sahabat kami saat mereka masih hidup . Dari Siu Ling pun saya belajar dan melihat kesaksian, sebuah kasih tulus untuk melayani sahabat kami hingga akhir hayatnya. Siu Ling pun merasakan saat-saat berdoa bersama menjadi sebuah ikatan kasih yang kuat meski pun itu telah terjadi bertahun-tahun yang silam karena setelah itu mereka sempat berpisah berjemaat di gereja yang berbeda. Ada pula sahabat kami lainnya, Ci Mei Siang, yang dengan setia melayani dan merawat Ci Coco. Sungguh dari mereka semua saya belajar tentang kesetiaan dan kasih. Berbahagialah seseorang yang memiliki sahabat-sahabat yang setia dan mengasihinya dengan sepenuh hati.

.

Pelajaran lainnya, kita semua menyadari bahwa pada saatnya kita pun akan kembali ke rumah Bapa. Christopher Peterson dari University of Michigan percaya bahwa dengan mendorong orang-orang untuk memikirkan bagaimana mereka akan dikenang setelah mereka meninggal nanti, akan memotivasi mereka untuk mencapai long-term goals dan merealisasikan melalui tindakannya agar menjadi kenyataan yang mereka capai. Kesadaran bahwa hidup di dunia ini hanya sementara juga akan membuat kita lebih peduli kepada sesama. Alangkah baiknya jika kita tetap dengan kecepatan penuh berusaha menjadi yang terbaik menggenapi rencana dan misi Tuhan dalam hidup kita. Namun pada saat-saat tertentu kita sengaja berhenti sejenak untuk mengkaji ulang, apakah yang kita lakukan sudah sesuai dengan long-term goals kita akan kekekalan? Selamat mencoba.

.

Remember, the greatest gift is not found in a store nor under a tree,

but in the hearts of true friends.”

Ingatlah, hadiah terbesar tidak ditemukan di toko, bukan pula di bawah pohon,

melainkan di dalam hati sahabat yang sejati.


Cindy Lew

.
A friend loves at all times, and a brother is born for adversity.

Seorang sahabat mengasihi setiap waktu,

dan menjadi saudara dalam kesukaran.

The book of Proverbs

.

OLEH: YennyIndra

.

Artikel ini dipersembahkan untuk:

Siu Ling, Ci Mei Siang & Ci Coco – Maria & Kartini.

Keteladanan akan persahabatan kalian menjadi berkat.

Bibliografi:

59 seconds                          – Richard Wiseman.

Yenny Indra Visit Website
Traveller, Family Growth Inspirator, Seruput Kopi Cantik YennyIndra, Co Founder of PIPAKU & MPOIN FB: Pipaku Mpoin www.mpoin.com FB: Yenny Indra www.yennyindra.com Email: yennyindra09@gmail.com
Related Posts
Apakah Kita Telanjang Di Hadapan Allah?
Tersinggung, Beranikah Kita Mengatasi Akar Permasalahannya?
“Mengubah” Masa Lalu

Leave Your Comment