Category : Articles

Articles, Travelling

Divine Connection – Perjumpaan Ilahi….

Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra

Divine Connection – Perjumpaan Ilahi….

“P. Pras & B. Uti, lihat siapa dia?” , chat saya pada P. Prasetya M. Brata & B. Uti Brata, guru saya, sambil mengirimkan foto.

“Wah gimana ceritanya bisa ketemu bu Mariani?”, balas P. Pras penasaran.

“Waah ternyata sama Oma perginya”, komentar B. Uti.

Unik sekali…
Bertahun-tahun saya kerap melihat wajah B. Mariani berfoto dengan P. Pas dan para tokoh Neurosemantic dunia. Jadi familiar sekali dengan wajah dan nama beliau: Mariani Ng

Nach saat ikut tur Nepal Bhutan, berkenalan dengan beliau tetapi saya tidak menyangka beliau inilah sesepuh Neurosemantic Indonesia. Trainer Neurosemantic Wanita Pertama di Asia.

B. Mariani Ng, guru P. Pras. Sementara saya ini muridnya P. Pras.
Menurut bahasa cerita silat ala P. Irsan, sohib saya, berarti B. Mariani Ng ini sucow alias nenek – guru saya… Wuih kerennya.
Dan kami liburan bersama.

B. Mariani dengan bijak menjawab, saat saya bertanya benarkah beliau guru P. Pras?
“P. Pras hanya belajar sebagian ilmu dari saya, kami sama-sama belajarlah…. Nach, sekarang kami sama-sama mengembangkan Neuro Semantic dengan style masing-masing.”

Saya pun belajar….
Bergaul dengan orang-orang bijak, membuka kesempatan bagi kita untuk menimba ilmu dan mendapatkan pengaruhnya.

*******
Ketika ikut optional tour ke Mt. Everest, Hean sahabat saya mendengar Tiorida itu SMA nya di Malang?

“SMA di Hwaind (nama populer SMA Kolose Santo Yusuf, Malang yang biasa disingkat Kosayu)?”, B.Hean pun ingin tahu.

Ternyata benar.
Suami B. Hean, P. Leonard dan P. Indra sama-sama alumni Kosayu 76.
Tiorida alumni Kosayu 85, yang jagoan akuntansi.
Ternyata ada peserta lagi, P. Willy Himawan alumni Kosayu 88, yang kontraktor unik. Beliau tidak mau membangun gedung-gedung bertingkat biasa.
“Bosan”, katanya, P. Willy yang membangun Carstensz Mall di Tangerang Selatan, “Jika harus memindahkan sungai, pokoknya yang aneh-aneh, itu baru menarik dan menantang.”

Wow seru jadinya…. merasa bertemu dengan keluarga sendiri. Dan semuanya teman-teman yang berkualitas & berprestasi.
Duh…. senangnya.

Mereka pun segera mengambil foto berempat.
Divine Connection lagi….

******
B. Indrawaty, salah seorang peserta dari Jakarta pun menyapa saya.
Rupanya B. Indrawaty itu sahabat baik B. Meliani Buana Riem, sahabat baik saya juga di Surabaya.

Sungguh dunia itu sangat kecil… bahkan saat ke Nepal & Bhutan pun bertemu dengan orang-orang yang mengenal kita.

Pelajarannya:
Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas.

Nama baik itu melekat ke mana pun kita pergi. Hingga ke ujung dunia pun akan ada orang-orang yang memiliki link dengan orang yang mengenal kita.

*********

Enakan jalan sendiri or ikut tur? Masing-masing ada keuntungan dan keunikan yang berbeda.

Tanpa tur saya ‘mungkin’ tidak bisa bertemu dengan B. Mariani dengan suasana seperti ini. Punya kesempatan berbagi, dalam keadaan santai.
Divine Connection. bukan hanya dengan B. Mariani tetapi juga dengan teman-teman lain.

Dr. Daniel dan Tju, istrinya, yang dokter spesialis penyakit manula,Geriatri namanya, sekaligus sahabat baik keluarga besar P. Kwik Kian Gie. Hobinya memotret kami semua, plus menjadi pengarah gayanya…

P. Edi dari Tegal dan P. Junaedi yang selalu berbaik hati membantu mengangkat smart luggage. Thanks Pak…

B. Hean dan Mei Tjien, yang sigap menyediakan apa yang saya perlu tanpa diminta…
So sweet…

Ke mana pun pergi, Tuhan mengirimkan orang-orang baik alias ‘malaikat’-Nya untuk menolong kami.

Banyak teman-teman lain yang gak bisa diceritakan satu persatu, dengan prestasi, pengalaman, pelayanan serta keunikannya.

Ssstt… grup kali ini, saya bertemu banyak traveller sejati.
Bahkan ada yang nyaris tiap bulan jalan liburan ke luar negeri. Tujuannya yang aneh-aneh pula, yang jarang dikunjungi turis umum.

Ada pula yang sudah pernah ke tempat wisata terkenal di China tetapi sudah lama, sekarang pergi lagi untuk menikmati perubahannya karena China berubah cepat sekali.

Saya diperkaya karenanya.
Tidak ada kebetulan di dunia ini. Tentunya Tuhan mempertemukan saya dengan mereka, karena Tuhan ingin saya belajar sesuatu, dan ada tujuan-Nya… mungkin bukan sekarang tetapi di masa depan. Who knows?

Bukankah kita ini ‘terang dan garam’ dunia yang memberi cahaya dan rasa?
Kata Tuhan, “Pergilah….”
Taati saja…
Setiap kita memiliki peran dan tugas yang berbeda. Tuhan ingin di mana pun kita berada, kita menjadi duta-Nya yang membawa damai, sukacita serta cermin siapa Tuhan kita?

Orang-orang tidak bisa melihat Tuhan secara kasat mata tetapi bisa melihat Tuhan melalui kita.
Keren bukan?

*****
Di Nepal, malam terakhir sebelum kami ke Bhutan diadakan show dan semua mengenakan baju traditional Nepal.
Tidak hanya menonton pertunjukkannya, tetapi penonton dilibatkan ikut menari.

Puncak acaranya, P. Anton Thedy TX Travel mendapatkan Certificate of Apreciation dari Pemerintah Nepal. Mereka sedang menggalakkan pariwisata ke Nepal dan Bhutan.

Belajar ‘berbisnis dan negosiasi’ pula secara tidak langsung. Banyak nilai-nilai dan pengalaman berharga yang membuka wawasan.
Travelling itu bukan sekedar berlibur tetapi belajar ‘melihat’ dari sisi yang berbeda, yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.

A mind that is stretched by a new experience can never go back to its old dimensions.” – Oliver Wendell Holmes Jr.

Pikiran yang telah diperluas oleh pengalaman baru tidak akan pernah kembali ke dimensinya yang lama. Oliver Wendell Holmes Jr.

YennyIndra
TANGKI AIR *ANTI VIRUS* & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
THE REPUBLIC OF SVARGA
SWEET O’ TREAT
AESTICA INDONESIA – AESTICA ID
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN

#seruputkopicantik
#yennyindra
#Inspirasi Kebaikan
#MotivasiKebaikan

Read More
Articles, Travelling

Anugerah Menikmati Gunung Everest – Puncak Tertinggi Di Dunia….. Yeaaaayyy..

Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra

Anugerah Menikmati Gunung Everest- Puncak Tertinggi Di Dunia….. Yeaaaayyy..

“Memangnya Nepal & Bhutan bagus Bu Yenny?,” tanya Marlina, alias maybe.

“Travelling itu bukan sekedar melihat tempat yang bagus, tetapi sesuatu yang unik, berbeda, membuka wawasan serta menginspirasi. Apalagi saya penulis.”

“Mestinya ke Mount Everest. Itu pasti unik dan menginspirasi,” komentar P. Dolfi.

“Yach… gak sanggup naiknya…”

Tetapi Tuhan itu Maha-baik… senantiasa memberi melampaui apa yang bisa kita pikirkan. Ternyata ada optional tour dengan pesawat. Semua duduknya window-seat, tidak masalah duduk di sebelah kiri atau kanan, karena pesawat akan terbang hingga ke Kanchenjunga- gunung sesudah Mount Everest, lalu putar balik.
Yang lebih keren lagi: charter flight pula…jadi seluruh pesawat teman sendiri.
Praise The Lord.
I love You full, My Lord… meniru mbah Surip.

Pesawat melintasi pegunungan Himalaya, mulai dari gunung Langtang Lirung dengan ketinggian 7234 m, melintasi 21 gunung-gunung dengan ketinggian yang bervariasi dari 5970 m yaitu gunung Chihoba-Bhamare, hingga melewari gunung Sagarmatha, dalam bahasa Nepal, terkenal dengan nama Mount Everest dengan ketinggian 8848.86 m, puncak tertinggi di dunia.
Melaju lagi hingga gunung Kanchenjunga 8586 m.

Pada puncak gunung-gunung yang tinggi serta berlapis-lapis, nampak glacier menutupi puncaknya. Sebagian meleleh terkena sinar matahari, menutupi sebagian lembah, menjadi danau nan cantik memukau. Perpaduan putihnya es glacier dengan warna biru atau hijau danaunya, diantara lekukan nampak asri… dan unik. Sulit dilukiskan dengan kata-kata untuk menggambarkan keindahannya.

Berbeda dengan menonton video, hanya melihat dari sudut pandang orang lain. Mengalami sendiri sensasinya, seperti mengenal Tuhan secara pribadi—merasakan, melihat, dan menyadari kebesaran-Nya secara langsung.

*Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan:*
Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?
Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat.
Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya.

Hati pun meleleh … betapa Engkau mencintaiku Tuhan…
Beruntungnya bisa menikmati keindahan Mount Everest, dengan kecanggihan masa kini, tanpa bersusah payah seperti Sir Edmund Hillary, pendaki asal Selandia Baru, dan Tenzing Norgay, pemandu Sherpa dari Nepal, penakluk Mt. Everest dari ekspedisi Inggris 1953 yang dipimpin oleh Kolonel John Hunt.

Penaklukan Mt.Everest tidak hanya membutuhkan kekuatan fisik, keberanian, ketahanan, dan kerja sama tim, tetapi juga biaya yang sangat mahal.
Pada tahun 1953 dibutuhkan biaya sekitar £10.000 (setara dengan ratusan ribu poundsterling saat ini), setara 2 milyar rupiah lebih.

Tidak hanya pendaki saja, kru sebanyak 400 orang, porter Sherpa, kru pembawa ransum yang diangkut Yak, mirip banteng berbadan besar.
Wuih….

Hambatan Besarnya, Zona Kematian di atas 8.000 meter dengan oksigen yang sangat tipis, badai salju, lereng es curam di sebuah tebing setinggi 12 meter di ketinggian 8.790 meter, diberi nama Hillary Steps, menjadi rintangan terakhir yang tersulit.
Hillary memimpin dengan memanjat celah es dan menarik Tenzing ke atas.

Pada 29 Mei 1953, pukul 11:30 waktu setempat, Hillary dan Tenzing berdiri di puncak Everest (8.848 meter). Mereka mengambil foto dan menancapkan bendera Inggris, Nepal, India, serta PBB.

Saat kembali, Hillary dengan santai berkata kepada rekan-rekannya:
“Well, we knocked the bastard off.”
(“Yah, kita sudah menaklukkan si brengsek itu.”)

Keberhasilan ini menjadikan mereka pahlawan dunia. Hillary kemudian dianugerahi gelar “Sir” oleh Ratu Elizabeth II, dan Tenzing Norgay menjadi ikon kebanggaan bagi Nepal dan komunitas Sherpa.

Hillary tidak menikmati kejayaannya sendirian. Namun dia kembali ke Nepal dan mendirikan Himalayan Trust, yang membangun sekolah, rumah sakit, dan infrastruktur bagi komunitas Sherpa yang telah membantunya.

Sekian tahun kemudian, seorang wartawan bertanya pada Tenzing, mengapa dia membiarkan Hillary yang menginjakkan kali terlebih dahulu ke puncak Mt. Everest.

“Tidakkah Anda ingin juga menjadi orang pertama yang menaklukkan Everest, setelah 6 kali gagal, sebelum mendampingi Sir Hillary?”

“Tidak,” ujar Tenzing dengan bijak, “karena itu adalah mimpi Hillary… bukan mimpi saya.”

Wow… sungguh keputusan seorang yang berjiwa besar.

Pelajarannya:
Tidak ada orang yang bisa sukses sendirian. Selalu ada orang-orang yang berjasa membawa kita ke sana.

Setuju?

Travel far enough, you meet yourself.” David Mitchell

Perjalanan cukup jauh, Anda bertemu diri sendiri. “- David Mitchell

YennyIndra
TANGKI AIR *ANTI VIRUS* & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
THE REPUBLIC OF SVARGA
SWEET O’ TREAT
AESTICA INDONESIA – AESTICA ID
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN

#seruputkopicantik
#yennyindra
#Inspirasi Kebaikan
#MotivasiKebaikan

Read More
Articles, Travelling

Nepal, di Kaki Gunung Himalaya.

Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra

Nepal, di Kaki Gunung Himalaya.

Nepal adalah negara kecil yang terletak di antara Tiongkok dan India, terkenal sebagai rumah bagi Gunung Everest, puncak tertinggi di dunia. Ibu kotanya adalah Kathmandu, yang kaya akan budaya, sejarah, dan kuil-kuil kuno.

Landing di Kathmandu Airport, grup tur jalan bareng bersama TX Travel & Anton Thedy ke Nepal & Bhutan. Begitu masuk ke airport, terlihat patung Sidarta Buddha Gautama dengan tulisan:
Nepal The Birthplace of Lord Buddha – Nepal Tempat kelahiran Tuhan Buddha.

Lho.. bukannya pelajaran sejarah saat SD, Sidarta lahir di India?
Ternyata Nepal pada jaman dulu hanya meliputi Kathmandu saja.
Sidarta Gautama lahir di Lumbini, dulu masih termasuk wilayah India, sekarang masuk wilayah Nepal.
Buku sejarah kita mesti direvisi juga ya….

Pendapatan penduduk yang utama dari pertanian. Dan pendapatan terbesar kedua dari pariwisata.
Sebagian besar wisatawan yang ke Nepal karena akan mendaki Gunung Himalaya.
Luar biasanya… Gunung Jaya Wijaya yang tertinggi di Indonesia hanya 4760 m, tapi di Himalaya yang tingginya sekitar 7000 meter konon ribuan. Dan puncak tertingginya adalah Mount Everest,tertinggi di dunia, 8.849 meter dari permukaan laut.
Wow….
Hampir 2x lipat tinggi Gunung Jaya Wijaya.

Mr. Lil, guide lokal kami, bercerita, dia trekking ke gunung setinggi 7000 meter, butuh waktu 2 minggu pulang pergi.
Wow….
Pegunungan Himalaya sangat panjang melewati beberapa negara: Nepal, India, Tibet (China), Bhutan dan Pakistan.

Apalagi yang sangat populer dari Nepal dan mendunia?
Gurkha, pasukan elit yang berasal dari Nepal dan terkenal dengan keberanian, disiplin, serta kemampuan tempur luar biasa. Mereka telah menjadi bagian dari tentara Inggris dan India sejak abad ke-19.

Bahasa sederhananya, mereka tentara bayaran profesional yang terkenal setia dengan siapa pun yang membayarnya. Siapa pun musuhnya, mereka tidak peduli.
Bahkan tanpa bersenjata pistol pun mereka berani melawan musuh dengan senjata khas Nepal: Kukhuri.

Setiap Gurkha membawa Khukri, pisau melengkung khas Nepal yang digunakan dalam pertempuran dan kehidupan sehari-hari. Konon, jika Khukri sudah keluar dari sarungnya, maka harus “merasakan darah”, entah dari musuh atau digunakan untuk keperluan lain.

Gurkha memiliki moto terkenal: “Better to die than be a coward” (Lebih baik mati daripada menjadi pengecut).

Menjadi seorang Gurkha bukanlah hal mudah. Setiap tahun, ribuan pemuda Nepal mengikuti seleksi, tetapi hanya ratusan yang diterima. Tesnya meliputi lari menanjak sejauh 5 km sambil membawa 25 kg pasir dalam keranjang di punggung!

Mengapa menjadi Gurkha sangat diminati kaum muda?
Penghasilan di Nepal, +- USD 300/bulan.
Dengan menjadi Gurkha penghasilan mereka bisa mencapai USD 2500- 3000/bln
Terbanyak bekerja di India, British, Singapore.

Salah satu kisah heroik prajurit legendaris dari Resimen Gurkha, bernama Lachhiman Gurung, yang bertarung dengan gagah berani dalam Perang Dunia II di Burma (Myanmar) melawan pasukan Jepang.
Meski kehilangan satu tangan akibat granat, tetap bertahan sendirian melawan puluhan musuh dengan satu senapan.

Tahun 2010, seorang Gurkha bernama Bishnu Shrestha sendirian melawan 40 perampok bersenjata di dalam kereta di India, hanya dengan Khukri.
Itulah sebabnya Gurkha Nepal sangat disegani kawan mau pun lawan.

Pasukan Gurkha juga masih bertugas di Angkatan Darat Inggris dan India, sering dikirim dalam misi perdamaian PBB dan operasi militer penting di seluruh dunia.

Keberanian dan loyalitas Gurkha telah membuat mereka dihormati di seluruh dunia. Mereka bukan hanya prajurit tangguh, tetapi juga simbol kehormatan dan pengabdian sejati.

*********
Sore harinya, kami menghabiskan waktu menikmati Sunset, di bukit Nagarkhot dengan latar belakang pegunungan Himalaya nan cantik memukau.

Penginapan kami berupa villa 4 lantai, dengan lokasi yang sangat indah: nampak lembah dan pegunungan Himalaya.
Tempat yang cocok untuk menikmati sunrise keesokkan paginya.
Dari semua jendela kamar, sunrise bisa terlihat.
Dan cantiknya ….. matahari menyembul di antara pegunungan, di mana puncaknya berselimutkan es.
Indahnya….
Segala kemuliaan bagi Tuhan….

“Life is either a daring adventure or nothing at all. – Helen Keller.

Hidup adalah petualangan yang berani atau tidak sama sekali.- Helen Keller.

YennyIndra
TANGKI AIR *ANTI VIRUS* & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
THE REPUBLIC OF SVARGA
SWEET O’ TREAT
AESTICA INDONESIA – AESTICA ID
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN

#seruputkopicantik
#yennyindra
#Inspirasi Kebaikan
#MotivasiKebaikan

Read More
Articles, Travelling

Kisah Burung-Burung Camar di Selat Ariake…. Romantisnya!

Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra

Kisah Burung-Burung Camar di Selat Ariake…. Romantisnya!

Saat ferry yang kami kendarai mulai meninggalkan pelabuhan Shimabara menuju Kumamoto, angin laut yang sejuk berembus lembut di wajah. Air laut di Selat Ariake berkilauan diterpa sinar matahari pagi, menciptakan pemandangan yang menenangkan hati. Namun, ada hal lain yang membuat perjalanan ini begitu istimewa—sekelompok burung camar yang tak pernah gagal mencuri perhatian para penumpang.

Burung-burung camar ini seperti memiliki kebiasaan unik yang hanya mereka lakukan di rute ferry ini. Begitu kapal bergerak, mereka mulai datang, mengepakkan sayap di udara, terbang rendah, lalu meluncur mendekati ferry.

P. Herry, tour guide kami, yang adik kandung P. Susanto, teman Kosayu 76, menikah dengan orang Jepang dan lama tinggal di Jepang. Hafal dengan seluk beluk Jepang.
Beliau sudah berpesan agar membawa roti. Sejak breakfast dari hotel kami sudah bersiap membawa roti tawar.
Demikian pula, para penumpang yang sudah sering menumpang ferry ini tampak siap dengan kantong berisi remah roti atau camilan lain.
Kami merasa tak sabar untuk mencoba pengalaman ini.

Burung-burung itu begitu lincah dan penuh percaya diri. Saat tangan-tangan terulur mrnawarkan sepotong roti, seekor camar terbang mendekat, membidik dengan tepat, lalu mengambil makanannya dari tanganku.
Yeaaayyyy….. senangnya…. 🙂
Bangga abis bak menang lotere… hahaha….

Rasanya seperti sentuhan cepat dari keajaiban kecil. Setiap kali ada penumpang yang memberi makan, burung-burung itu bersorak dalam irama sayap mereka, menciptakan harmoni yang serasi dengan suara gelombang laut.

Namun, yang paling mengesankan bukan hanya keberanian mereka untuk mendekat, melainkan seolah-olah mereka tahu bahwa ini adalah momen spesial bagi kita, para manusia. Burung-burung camar ini seperti jembatan antara alam dan hati manusia. Di tengah perjalanan yang sederhana, mereka mengingatkan kita untuk menikmati momen-momen kecil dan berbagi kebaikan, bahkan hanya dalam bentuk remah roti.

Ketika ferry mulai mendekati pelabuhan Kumamoto, burung-burung camar perlahan menjauh. Namun, mereka meninggalkan kesan mendalam di hati setiap penumpang. Di tengah keseharian, ada keindahan yang tak terduga. Dan bagi mereka yang naik ferry ini, burung-burung camar adalah pengingat bahwa di setiap perjalanan, selalu ada hal kecil yang membawa kebahagiaan jika kita bersedia melihatnya.

Di laut luas yang tak bertepi, burung-burung camar ini membawa pesan sederhana: hidup adalah tentang berbagi, menikmati momen, dan menemukan keajaiban di tempat yang mungkin tak kita duga.
Tuhan itu baik…. mengingatkan hidup itu indah saat kita senantiasa menjalani bersama-Nya.

******
Aso Kusasenri, tempat yang kami kunjungi selanjutnya. Hamparan padang rumput luas yang terletak di kaki Gunung Aso, Prefektur Kumamoto. Lanskapnya yang hijau subur, dikelilingi oleh pemandangan gunung berapi, menjadikannya salah satu tempat paling memukau di kawasan Aso.

Bukit hijau dengan rumput yang dipangkas begitu rapi, sementara di tepiannya, dikelilingi tanaman bonsai yang dibentuk sedemikian apik. Mengelilingi danau, taman dan bukit…
Wuih…. cantik nian….
Jeprat… jepret… dengan aneka gaya….

Kusasenri menciptakan suasana tenang khas pedesaan Jepang. Pengunjung dapat menjelajahi padang rumput ini dengan berjalan kaki atau menunggang kuda, menikmati udara segar dan pemandangan indah. Di musim tertentu, kabut lembut sering melingkupi area ini, menambah kesan magis.

******
Mount Aso dan Mount Aso Farmhouse

Mount Aso, gunung berapi aktif terbesar di Jepang, menawarkan panorama menakjubkan dengan kawah yang masih mengeluarkan uap. Terletak di Prefektur Kumamoto, gunung ini memiliki dataran vulkanik luas. Pemandangannya mirip sabana… bukit dengan hamparan berwarna coklat…
Hhmm….. memukau!
Ini menjadikannya destinasi favorit para pencinta alam.

Tak jauh dari sana, Mount Aso Farmhouse menawarkan pengalaman pedesaan Jepang yang autentik. Tempat ini adalah surga kuliner dan agrikultur, di mana pengunjung bisa menikmati hidangan lokal segar, mencoba memerah susu sapi, atau memetik sayuran sendiri. Dengan latar belakang pegunungan Aso yang megah, farmhouse ini memberikan ketenangan sekaligus keindahan khas Jepang.

Kami menginap dalam igloo-igloo bulat ala Jepang yang kompak, lengkap dan memberikan sensasi yang berbeda.
Saat ke Finlandia, kami menginap di Kakslauttanen Arctic Resort East Village dengan Igloo kaca yang bulat pula sambil menikmati aurora.
Serupa tapi tak sama… sesuatu yang unik senantiasa menarik.

********
Gletsyer Beppu terkenal dengan julukan “The Most Geothermal City In The World”, dikunjungi di hari terakhir dalam perjalanan ke Fukuoka sebelum kembali ke Indonesia, keesokan harinya.
Hari terakhir benar-benar shopping time…

Gabungan pesona alam, budaya dan kebersamaan di sini menciptakan pengalaman yang tak terlupakan.

“When we gather with old friends, we feel God’s love in the memories and happiness we share.”

Saat berkumpul dengan teman-teman lama, kita merasakan cinta Tuhan dalam kenangan dan kebahagiaan yang kita bagikan.

YennyIndra
TANGKI AIR *ANTI VIRUS* & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
THE REPUBLIC OF SVARGA
SWEET O’ TREAT
AESTICA INDONESIA – AESTICA ID
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN

#seruputkopicantik
#yennyindra
#InspirasiTuhan #MotivasiKebaikan
#mengenalTuhan #FirmanTuhan

Read More
Articles, Travelling

Bom Nagasaki, Jejak Romantis Glover Hill Hingga Onsen Di Gunung Shimabara, Kyushu Island.

Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra

Bom Nagasaki, Jejak Romantis Glover Hill Hingga Onsen Di Gunung Shimabara, Kyushu Island.

Bom Nagasaki: Tragedi yang Mengubah Dunia

Pada 9 Agustus 1945, dunia menyaksikan salah satu tragedi terbesar dalam sejarah manusia. Kota Nagasaki, Jepang, menjadi target bom atom kedua yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat selama Perang Dunia II, hanya tiga hari setelah Hiroshima.

Bom, yang diberi nama “Fat Man,” dijatuhkan dari pesawat pengebom B-29 bernama Bockscar. Awalnya, target utamanya adalah kota Kokura. Namun, karena awan tebal menghalangi pandangan, misi dialihkan ke Nagasaki.

Ledakan tersebut setara dengan kekuatan 21 kiloton TNT, menghancurkan sebagian besar kota dan menewaskan lebih dari 70.000 orang. Sebagian besar korban adalah warga sipil. Efek radiasi menyebabkan penderitaan berkepanjangan bagi banyak yang selamat.

Ironisnya, Nagasaki bukanlah target utama dalam perang ini. Kota tersebut dikenal sebagai pusat komunitas Kristen di Jepang, yang menjadi saksi iman yang tangguh meskipun menghadapi kehancuran. Salah satu gereja terbesar, Katedral Urakami, hancur dalam sekejap mata.

Namun, tragedi ini membawa pesan mendalam. Bom Nagasaki menjadi momen refleksi bagi dunia, menunjukkan betapa dahsyatnya akibat perang. Beberapa hari kemudian, Jepang menyerah tanpa syarat, mengakhiri Perang Dunia II.

Hari ini, Nagasaki berdiri sebagai simbol perdamaian dan pengingat akan bahaya senjata nuklir. Kota ini terus menginspirasi dunia untuk menghargai hidup dan mencari solusi damai dalam menghadapi konflik. Kisah Nagasaki mengingatkan kita akan pentingnya belajar dari sejarah demi masa depan yang lebih baik.

Hati trenyuh melihat korban-korban rakyat sipil yang berjatuhan, dengan benda-benda pribadi: kalung, rosario dan berbagai benda pribadi lain yang dipajang di sana.

********
Selanjutnya, kami menuju Glover Hill: Jejak Romantis dan Kemajuan di Nagasaki.
Terletak di bukit yang sejuk dengan pelabuhan di bawahnya. Jalan menanjak … ah… cukup melelahkan. Tepat dibawah Mansion Glover Hill ada gereja kecil yang manis.

Glover Hill di Nagasaki adalah bukti sejarah luar biasa yang memadukan budaya Barat dan Jepang. Di sini berdiri Glover Mansion, rumah megah yang dibangun pada 1863 oleh Thomas Blake Glover, pedagang Skotlandia yang berperan penting dalam modernisasi Jepang.

Tiba di Jepang setelah pelabuhan Nagasaki dibuka, Glover memulai usahanya dengan berdagang teh hijau. Namun, ia segera menjadi pelopor perubahan besar, membawa lokomotif uap pertama ke Jepang, mengembangkan tambang batu bara, pembuatan kapal, dan mendirikan Kirin Brewery Company.

Namun, cerita Glover Hill tidak hanya tentang kemajuan teknologi. Menurut legenda, Glover menikah dengan seorang wanita Jepang bernama Tsuru, melawan tabu pada masa itu. Kisah cinta mereka dipercaya menginspirasi opera Madama Butterfly karya Giacomo Puccini, yang menggambarkan pahit manis cinta lintas budaya.

Glover Mansion memadukan arsitektur Barat dengan sentuhan Jepang, lengkap dengan taman yang menawarkan pemandangan spektakuler Teluk Nagasaki. Bersama dengan rumah-rumah tokoh penting lain seperti Frederick Ringer dan William Alt, tempat ini kini menjadi bagian dari Glover Garden, tujuan wisata yang membawa pengunjung ke masa lalu yang penuh romansa dan inovasi.

Hari ini, Glover Hill bukan sekadar situs sejarah atau sekedar sebuah taman. Ia adalah simbol perpaduan budaya dan semangat kemajuan yang tak lekang oleh waktu, sekaligus tempat terbaik di Nagasaki untuk menikmati matahari terbenam yang memukau.
Menariknya, sebagian sudah dilengkapi dengan escalator, memudahkan pengunjung menikmati keindahan perpaduan antara taman yang cantik, pelabuhan yang megah dan antiknya villa bangsawan yang terawat apik.

Seperti di desa-desa lainnya, toko kue dan souvenir berderet menggoda para turis mencicipi aneka penganan tradisional, berbelanja di tengah semilirnya angin sepoi-sepoi dan tebaran bunga-bunga indah di berbagai sudut desa…

Kami pun menuju Kyushu Island dan menginap Shimabara Seaside Hotel, di tepi pantai Shimabara lengkap dengan Onsennya.

Wisata bukan sekedar berfoto ria, tetapi menikmati kuliner setempat. Selama berhari-hari kami menikmati berbagai makanan khas yang disajikan buffet dan malam ini fine dinning ala Jepang… cantik, enak dan beraneka ragam.
Dan tidak lupa foto seragam dengan Yukata… bukti sedang di Jepang… hahahaha….

5 Tahun lalu Kosayu 76 ke Hokaido berseragam Yukata, demikian juga kali ini di Kyushu.

“When the power of love overcomes the love of power, the world will know peace,” – Jimmy Hendrix.

“Ketika kekuatan cinta mengatasi cinta akan kekuasaan, dunia akan mengalami kedamaian,” – Jimmy Hendrix.

YennyIndra
TANGKI AIR *ANTI VIRUS* & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
THE REPUBLIC OF SVARGA
SWEET O’ TREAT
AESTICA INDONESIA – AESTICA ID
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN


#seruputkopicantik
#yennyindra
#InspirasiTuhan #MotivasiKebaikan
#mengenalTuhan #FirmanTuhan

Read More
1 2 3 14