Category : Articles

Articles, Christianity

“Apakah kita hidup dari jiwa atau dari roh kita?”

“Apakah kita hidup dari jiwa atau dari roh kita?”

Kebanyakan dari kita begitu terbiasa hidup dari jiwa, sehingga ketika kita lahir baru, kita benar-benar tidak berubah. Kita tetap hidup dari jiwa, meski pun menggunakan kosakata rohani. Perasaan dan emosi terus menerus mendominasi, kemudian bertanya-tanya mengapa kita tidak melihat janji Tuhan terjadi dalam hidup kita.

Bagaimana kita tahu apakah kita hidup dari jiwa kita?

1. Kita dimotivasi oleh perasaan.
Perasaan sedih, marah, kepahitan, takut, depresi, penuh kedukaan, dll., adalah sesuatu yang normal, bahkan diharapkan.
Kita mengevaluasi hari-hari kita berdasarkan berbagai perasaan. Berdoa atau membaca Firman hanya saat kita menginginkannya. Kita mudah lelah.

2. Kehidupan doa Anda (jika Anda berdoa) dimotivasi oleh emosi.
Anda hanya berdoa karena ketakutan, kesedihan, simpati atau kesedihan. Doa didasarkan pada reaksi emosional, bukannya visi rohani.

3. Kita mengizinkan panca indra kita mengevaluasi pertumbuhan rohani dan berkat Tuhan.
Hanya mempercayai apa yang kita lihat dan rasakan. Membiarkan tubuh kita memberi tahu apakah kita sembuh atau tidak. Firman Tuhan bukanlah otoritas terakhir. Iman bergantung pada apa yang terlihat, bukan pada yang tak terlihat.

Hidup dari Roh adalah dimensi kehidupan yang berbeda.

1. Kita dimotivasi oleh Firman.
Percaya pada apa yang tertulis, melebihi apa yang kita rasakan.
Memilih bersyukur, gembira dan positif.
Mengevaluasi hari kita berdasarkan benih-benih yang telah kita taburkan kepada orang lain. Bahkan kita mempersembahkan korban pujian jika perlu. Menolak membiarkan emosi mengalihkan perhatian kita dari Kebenaran.

2. Kehidupan doa kita dimotivasi oleh visi kemenangan, janji Tuhan dan kasih.
Mengijinkan Tuhan menunjukkan kemenangan sebelum kita berdoa.
Doa artinya bekerja sama dengan kehendak Tuhan, tidak mengemis dan mengeluh, tidak takut berharap.
Memilih untuk berdiri teguh di atas kebenaran Firman dan mengabaikan laporan negatif.
Pewahyuan lebih penting daripada informasi.

3. Kita mengharapkan agar Firman Tuhanlah yang mengatur jalan hidup kita.
Mengevaluasi hidup berdasarkan visi tentang janji dan berkat Tuhan yang bekerja untuk kita. Memiliki pandangan positif berdasarkan Firman Tuhan, bukan berdasarkan emosi dan keadaan sementara.
Sadar, bahwa kita lebih dari pemenang dan hidup berkelimpahan adalah milik kita karena iman.

Hidup dari Roh tersedia untuk semua orang. Apakah kita memilihnya?

[Repost ; “Are you living from your soul or from your spirit?”, – Barry Bennett, diterjemahkan oleh Yenny Indra].

Read More
Articles, Christianity

“Apakah Kita dipimpin Oleh Tuhan?”

“Apakah Kita dipimpin Oleh Tuhan?”

Banyak orang yang mengatakan ingin dipimpin Tuhan, baik apa yang mereka katakan mau pun yang mereka lakukan.
Bagaimana kita tahu apakah kita dipimpin oleh Tuhan atau tidak?

“Ikuti kebenaran, iman, kasih, damai sejahtera, bersama-sama mereka yang memanggil Tuhan dengan hati yang murni.”
2 Timotius 2:22
Ketika melihat hal ini, saya menyadari betapa sederhananya mengetahui bahwa kita sedang berjalan mengikuti Tuhan!

Mengikuti kebenaran.
Kebenaran adalah identitas baru kita di dalam Kristus. Hindari peraturan agama yang membuat kita merasa tidak berharga. Kebenaran adalah hidup bebas dari rasa bersalah dan penghukuman, serta bebas dari rasa takut.

Mengikuti iman kita.
Iman timbul karena mendengarkan Tuhan. Apa pun yang melahirkan iman di dalam hati kita, berasal dari Tuhan yang berbicara, memberikan pewahyuan, mendorong atau memberi kita visi untuk masa depan. Ketika mengikuti iman kita, artinya kita sedang mengikuti Tuhan dan berjalan dalam penyediaan-Nya untuk hidup kita.

Mengikuti Kasih.
Kasih berusaha memberkati, melayani dan memberi kepada orang lain. Tuhan adalah kasih dan karakter Tuhan yang sesungguhnya ingin mengasihi orang lain melalui kita. Hati yang dingin terhadap orang lain, tidak bisa dipimpin oleh Tuhan.

Mengikuti damai sejahtera.
Lindungi diri kita dari apa pun yang akan mencuri kedamaian dari dalam hati kita atau apa pun yang mencoba menabur ketakutan ke dalam hidup kita. Berharaplah hanya kepada Tuhan yang menjaga kita dalam kedamaian sempurna, karena pikiran kita tetap fokus kepada-Nya.

Keempat kebenaran sederhana ini dapat membuat kita terus berada dalam kehendak Tuhan sepanjang hidup kita. Pintu-pintu akan terbuka, perkenanan Tuhan akan menyertai kita dan berkat-berkat pun akan mengejar kita.

[Repost ; “Are you led by God?”, – Barry Bennett, diterjemahkan oleh Yenny Indra].

Read More
Articles, Christianity

“Kesembuhan Ilahi.”

“Kesembuhan Ilahi.”

Kesembuhan bisa datang dalam berbagai bentuk.
Tubuh kita bekerja secara alami menyembuhkan dirinya dari luka, penyakit, dan infeksi. Proses ini dapat ditingkatkan berkali-kali lipat dengan bantuan medis.

Perubahan pola makan atau gaya hidup, memungkinkan penyembuhan terjadi. Kita sering menderita karena kelalaian atau kebodohan kita sendiri, disebabkan cara kita merawat diri sendiri dan apa yang kita makan.

Kesembuhan ilahi tidak lebih dari kuasa Allah yang mengalir melalui tubuh fisik kita untuk memulihkan apa yang tidak teratur. Dengan demikian, kesembuhan ilahi hanya berhubungan dengan kuasa Allah.

Bagaimana hal ini bisa terjadi?

Kita menemukan banyak contoh kesembuhan ilahi dalam pelayanan Yesus, dan dalam kitab Kisah Para Rasul. Kita juga menemukan karunia kesembuhan yang disebutkan dalam 1 Korintus 12, dan penumpangan tangan serta doa iman yang disebutkan dalam Yakobus 5.
Saya tidak akan meluangkan waktu dalam posting ini untuk membuktikan bahwa Allah menginginkan kita hidup sehat.

Yaitu tentang Yesus dari Nazaret: bagaimana Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia.
Kisah Para Rasul 10:38 (TB)

Pelayanan kesembuhan Yesus adalah demonstrasi kekuatan Allah. Kuasa yang sama dicurahkan pada gereja di hari Pentakosta. Kekuatan yang sama tersedia untuk gereja saat ini. Itu adalah kuasa yang mengikuti pemberitaan Injil.

Mereka pun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya.
Markus 16:20 (TB)

Bagaimana kuasa Allah dilepaskan?

Jadi bagaimana sekarang, apakah Ia yang menganugerahkan Roh kepada kamu dengan berlimpah-limpah dan yang melakukan mujizat di antara kamu, berbuat demikian karena kamu melakukan hukum Taurat atau karena kamu percaya kepada pemberitaan Injil?
Galatia 3:5 (TB)

Kuasa Tuhan dilepaskan melalui khotbah dan mendengarkan Firman Tuhan. Seperti yang diketahui banyak orang, kesembuhan ilahi dapat terjadi di tengah-tengah kebaktian, atau selama pesan Injil disampaikan, atau melalui doa yang dipenuhi iman dari anggota Tubuh Kristus (saudara seiman) lainnya. Dalam setiap kasus, Firman sedang disampaikan, diterima, dipercayai dan dilepaskan ke dalam tubuh orang yang menderita.

Jadi, bagaimana dengan mereka yang tampaknya tidak menerima kesembuhan ilahi?
Satu-satunya jawaban, adalah belum terjalinnya hubungan dengan kuasa Allah. Mujizat adalah berfungsinya pendengaran dan iman (Gal. 3:5).

“Mendengar” adalah kata kuncinya.
Kita harus belajar untuk mendengarkan Tuhan dan mendengarkan Injil. Iman timbul dari pendengaran. Kuasanya sudah tersedia. Kita mungkin membutuhkan seseorang untuk mendengarkan bagi kita, jika kita sendiri belum mampu, tetapi semua hal mungkin dilakukan bagi mereka yang percaya.

[Repost ; “Divine Healing”, – Barry Bennett, diterjemahkan oleh Yenny Indra].

Read More
Articles, Christianity

“Apakah Anda Seorang Marta atau Maria?”

“Apakah Anda Seorang Marta atau Maria?”

Sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: “Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.”

Lukas 10:40 (TB)

Hanya ada tiga contoh dalam Kitab Suci yang memberi kita informasi tentang Marta. Dari catatan ini, kita dapat melihat bahwa Marta memiliki seorang saudara laki-laki bernama Lazarus, yang dibangkitkan Yesus dari kematian, dan seorang saudara perempuan bernama Maria.

Marta salah menempatkan prioritasnya pada kesempatan ini dan dikoreksi oleh Yesus. Kemudian, pada jamuan makan untuk Yesus di rumah Simon si penderita kusta, sekali lagi Martha melayani, sementara Maria, saudara perempuannya menyembah Yesus dengan mengurapi kaki-Nya dengan parfum mahal.

Marta adalah orang pertama yang lari dan menemui Yesus ketika Dia datang ke rumah mereka setelah kematian Lazarus. Pada saat inilah Marta berkata bahwa dia tahu Yesus dapat mencegah Lazarus dari kematian dan, bahkan kemudian, dia menyatakan tahu Dia dapat membangkitkan Lazarus dari kematian. Marta membuat pengakuan iman dalam keilahian Yesus sekuat Petrus, yang menerima berkat dari Yesus.

Marta tidak salah dalam melayani Yesus dan murid-murid-Nya. Wanita lain melayani Yesus dengan cara ini tanpa dikoreksi. Melayani adalah hal yang baik, tetapi Marta telah meletakkannya di urutan yang salah. Masalahnya adalah prioritas — bukan apa yang dia lakukan.

Merupakan suatu kehormatan besar dapat menerima Yesus di rumahnya dan dapat mendengar kata-kata pribadi-Nya kepada seisi rumahnya. Marta seharusnya memberikan prioritas yang sama seperti yang dilakukan Maria.

Sama seperti Marta, banyak orang saat ini disibukkan dengan berbagai hal yang membuat mereka tidak dapat mendengarkan perkataan Yesus. Memang mudah untuk mengenali dan berpaling dari hal-hal yang jelas merupakan dosa, tetapi bahkan dalam hal-hal baik yang melibatkan kita pun harus diprioritaskan, agar tidak ada yang menggantikan pencarian kita terhadap Kerajaan Allah sebagai yang utama.

[Repost ; “Are You a Martha or a Mary?”, – Andrew Wommack , diterjemahkan oleh Yenny Indra].

Read More
Articles, Christianity

“Iman yang Hidup.”

“Iman yang Hidup.”

Iman merupakan sifat Roh Allah, yang dihasilkan oleh pengaruh Firman dan Roh di dalam hati yang siap untuk menerima.
Keadaan iman kita dapat berubah secara dramatis dari hari ke hari, tergantung pada bagaimana hati kita berhubungan dengan Firman dan Roh Allah.
Karena dengan hati orang percaya Roma 10:10 (TB)
Hidup dengan iman adalah hidup dengan Firman Tuhan yang hidup di hati kita dalam setiap keadaan.

Karena alasan itulah Yesus menasihati bahwa
“Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.”
Matius 4:4 (TB)

Kata-kata yang keluar dari mulut Allah (Firman) dan menemukan tanah yang baik di hati kita, menghasilkan iman yang tinggal di dalam kita. Kebenaran Allah di dalam diri kita dimulai dan dilanjutkan dengan iman, sebagaimana halnya kesehatan, sukacita, kedamaian, kemakmuran, dan visi untuk masa depan.

Paulus berdoa agar orang-orang kudus yang percaya, memiliki pewahyuan Allah yang lebih besar. Senantiasa tersedia lebih banyak hal-hal untuk didengar, dilihat, dan dipercaya.
” …. Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar.
Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus,
dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya.”
Efesus 1:15-19 (TB)

Bagaimana pandangan dalam pemahaman kita?
Saya tidak percaya ini berbicara tentang kemampuan mental kita, tetapi lebih kepada kemampuan rohani kita. Paulus berdoa agar orang-orang kudus “mendengarkan” Allah atau “melihat” hal-hal dalam Kerajaan Allah yang kita jalani dengan iman.

Iman bukanlah peristiwa stagnan sekali pakai yang menandai kelahiran baru kita.
Iman bukanlah sekedar kepercayaan atau doktrin.
Iman bukanlah masalah mental.
Iman itu sesuatu yang rohani.

Pertahankan terus iman kita agar tetap hidup tersambung pada Sumbernya!

[Repost ; “Living Faith”, – Barry Bennett, diterjemahkan oleh Yenny Indra].

Read More
1 225 226 227 228 229 264