Let Go, Let God….
Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra
Let Go, Let God….
Sebuah quotes muncul di laman Facebook, dan menarik perhatian saya… Tidak familiar pula dengan penulisnya, tapi apik. Bijak.
Sometimes it’s better to just let things be. Let people go. Don’t fight for closure. Don’t ask for explanations. Don’t chase answers and don’t expect people to understand where you are coming from…. Work on yourself and your inner peace and you’ll come to realize that not reacting to every little thing that bother you, is the first ingredient to living a happy and healthy life – Rania Naim.
Terkadang lebih baik biarkan saja. Biarkan orang pergi. Jangan bersikukuh untuk menyelesaikannya. Jangan minta penjelasan. Jangan mengejar jawaban dan jangan berharap orang mengerti Anda…. Bereskan diri sendiri, bangun kedamaian dalam batin Anda, maka Anda pun akan menyadari, tidak bereaksi terhadap setiap hal kecil yang mengganggu, adalah bahan pertama untuk menikmati hidup yang sehat dan bahagia – Rania Naim.
Great!!
Perlu kedewasaan agar dapat menjalaninya.
Tiba-tiba berbagai quotes berseliweran di kepala.
Mengapa hidup tidak bahagia?
Karena manusia kerap lupa, dia bukan Tuhan.
“Don’t Play God!”, nasehat para bijak. Jangan bersikap seolah-olah Anda itu Tuhan.
“Dalam hidup segala sesuatu ada waktunya,” kata Raja Salomo, manusia paling bijak yang pernah hidup di muka bumi karena kebijakannya anugerah dari Tuhan,
“Ada waktu menabur, ada waktu menuai. Ada waktu tertawa, ada waktu menangis…”
Ketika sudah waktunya pergi, ya biarkan…
Kadang ketika menahan sesuatu yang seharusnya dilepaskan, justru menimbulkan kerusakan melampaui apa yang bisa kita bayangkan.
Lepaskan, sesuatu yang memang harus dilepaskan…
Tidak usah memaksa, apalagi saat berhubungan dengan manusia lainnya…
Mereka punya Free Will, kehendak bebas.
Hormati.
Berjalankah dua orang bersama-sama jika mereka tidak sepakat?
Merasa bersalah?
Tidak perlu!
Asalkan sudah melakukan yang terbaik yang kita tahu dan bisa, selebihnya, serahkan Tuhan.
Dia yang mencipta semua manusia.
Dia tahu apa yang terbaik.
Dia Allah yang menjawab doa.
Pasti apa yang kita lakukan tidak sempurna, tetapi saat kita menyerahkan ke dalam tangan Tuhan, Dia akan mengubahnya menjadi kebaikan bagi kita semua. Bukankah kita mengasihi Dia, terpanggil sesuai dengan rencana-Nya dan sudah mendoakannya?
Percayalah!
Apa yang kita pikir, itu masalahnya, belum tentu masalah yang sesungguhnya.
Setiap masalah punya seribu wajah. Mungkin kita hanya melihat dari satu sisi. Mengira itu salah orang lain pula.
We are taught you must blame your father, mother, your sisters, your brothers, the school, the teachers – but never blame yourself. It’s never your fault. But it’s always your fault, because if you wanted to change you’re the one who has got to change. Katharine Hepburn.
Kita diajari menyalahkan ayah, ibu, saudara perempuan, saudara laki-laki, sekolah, guru Anda – tetapi jangan pernah menyalahkan diri sendiri. Ini bukan salahmu. – Padahal pada kenyataannya, itu salah kita, karena jika ingin berubah, kitalah yang harus berubah. – Katharine Hepburn
Dieeenk….
Ambil tanggung jawab!
“Haters don’t hate us, they hate themselves. Because we are a reflection of what they wish to be.” – “Pembenci tidak membenci kita, mereka membenci diri mereka sendiri. Karena kita adalah cerminan dari apa yang mereka inginkan.” – Paul Coelho
Who knows?
Masalah punya seribu wajah.
Lalu yang mana?
Mungkin kita salah mengartikannya.
Kita bukan Allah.
Biarkan Allah yang menuntun kita menyelesaikannya.
Menurut cara dan waktu-Nya yang sempurna.
Jangan mendahului Allah. Itu yang terpenting.
Hal lain yang kerap membuat manusia menderita, karena dia berpikir, bisa mengatur hidupnya, masa depannya dsb.
Semakin lama saya hidup, semakin menyadari bahwa prinsip hidup adalah:
Ketika hidup memberimu jeruk, buatlah limun. – Zig Ziglar
Quotes yang bijaksana sekali.
Kadang, pagi hari bangun, ada berita yang tidak terduga.
Apa yang bisa kita lakukan?
Buatlah yang terbaik dari apa yang ada.
Dan nikmatilah!
Itu saja yang bisa dilakukan oleh manusia.
Jangankan mengatur, apa yang terjadi satu jam kemudian dalam hidup kita saja, kita gak tau.
Semakin berusaha mengatur segala sesuatu, memaksa hidup berjalan sesuai keinginan kita, semakin stress jadinya.
Ingat segala sesuatu yang kita miliki di dunia ini, semua adalah titipan Tuhan semata. Milik-Nya.
Buktinya?
Saat meninggal dunia, semua kita tinggalkan.
Karenanya, hati jangan terikat di sana.
Lepaskan….
Serahkan kepada Tuhan.
Manusia sejak awal penciptaan, di Taman Eden, memang di design untuk hidup bersama dan bergantung kepada Tuhan.
Bahkan sedemikian dekatnya hubungan Adam dengan Allah, hingga Adam pun mengenali bunyi langkah Allah.
Ingin bahagia? Damai? Sukacita?
Kembali kepada rancangan awal Allah.
Hiduplah sehari demi sehari.
Do your best…
Asal kita melakukan yang terbaik setiap hari, maka akumulasi kehidupan kita, menjadi terbaik pula.
Tidak perlu stress mengharapkan yang nun jauh di sana….
Nikmati hidup, syukuri apa yang kita miliki… Yang ada di depan mata.
Jalani hidup langkah demi langkah, bersama-Nya…
Dan setiap langkah merupakan suatu mujizat.
Tidak usah berpikir yang muluk-muluk…
Semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.
Fokuskan pikiran dan hati kepada – Nya…
Tuhan sudah menyediakan bagi kita masa depan yang penuh harapan.
Masa depan yang jaaauuuuhhh lebih baik daripada yang bisa kita pikirkan mau pun bayangkan:
”Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.”
Kesimpulannya, tugas kita hanyalah mengasihi Allah dan mentaati-Nya.
Berbicara, berpikir serta merasa seperti yang dikehendaki Allah dalam firman-Nya!
Inilah perenungan saya pagi ini, nasehat untuk diri saya sendiri.
Semoga bermanfaat untuk teman-teman juga.
Selamat pagi… Have a blessed day…
“Commitment to the will of God – the purpose for which we are designed – offers freedom to become the person we are meant to be.” – Charles E. Hummel
“Komitmen pada kehendak Tuhan – menggenapi rancangan hidup saat Tuhan menciptakan kita – menawarkan kebebasan untuk menjadi orang yang kita inginkan.” – Charles E. Hummel
YennyIndra
TANGKI AIR & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN