Do What Matters Most.
Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra
Do What Matters Most.
Merenungkan betapa Tuhan menghargai Abraham karena Abraham itu percaya kepada Tuhan, sungguh mengagumkan.
So simple ya….
Percaya saja….. Just Believe!
Kisah Abraham saat mengungsi ke Mesir ketika kelaparan terjadi. Karena takut dibunuh, Abraham menyuruh Sara, istrinya, mengaku sebagai adiknya.
Nyaris Firaun mengambil Sara sebagai istrinya. Tetapi Tuhan menimpakan tulah yang hebat kepada Firaun, demikian juga kepada seisi istananya, karena Sara, isteri Abraham itu.
Abraham sebetulnya pengecut, tetapi dia dibenarkan karena percaya kepada Tuhan. Bahkan Tuhan yang menjagai Sara, padahal Abraham yang berbohong kepada Firaun.
Sama seperti kita, yang tidak sempurna, kerap masih melakukan hal-hal yang salah. Kisah ini sangat memberkati saya, karena ketika sudah menerima Tuhan sebagai Juruselamat pribadi, dosa mau pun kesalahan tidak dapat memisahkan kita dari kasih Tuhan.
Itu memberikan rasa aman yang sejati.
Bahkan dalam sejarah selanjutnya, berulang kali keturunan Abraham mendapat perlindungan, karena Tuhan mengingat bahwa dia adalah keturunan Abraham.
Semua keturunannya diberkati. Baik keturunan Ismail mau pun Ishak. Dijadikan bangsa yang besar, karena mereka semua keturunan Abraham. Itu alasannya. Amazing!
Ini pewahyuan yang luar biasa.
Allah kita adalah Allah yang tidak memandang muka. Tidak pilih kasih. Jika terhadap Abraham, Allah bersikap demikian maka terhadap kita juga demikian.
Tuhan mengingat keturunan saya karena ada YennyIndra yang beribadah serta mengasihi-Nya dengan sepenuh hati.
Yeaaayyyy…..
Tuhan akan mengingat anak, cucu, keturunan kita selanjutnya, karena kita!
Wow…. Pemahaman ini dahsyat banget!
Berarti yang harus kita lakukan adalah menabur benih-benih yang baik dan benar, maka buahnya akan dinikmati oleh keturunan kita hingga gilir ke tujuh bahkan selanjutnya!
Banyak diantara kita yang masih bergumul, dengan doa yang berisi berbagai kebutuhan hidup sehari-hari. Bahkan seluruh isi doanya berupa list permintaan yang tidak habis-habisnya. Khawatir kalau Tuhan kelupaan tidak menjawab kebutuhan yang ini, atau yang itu…
Lupa pada prinsip yang diajarkan Tuhan:
Allah itu pokok anggur yang benar dan kita ini ranting-rantingnya. Selama ranting itu menempel pada pokok anggur, maka dia akan terus hidup, bertumbuh dan berbuah.
Jadi yang harus kita lakukan adalah memastikan kita ini terus menempel pada pokok anggurnya.
Itulah tugas dan kewajiban kita sebagai orang percaya.
Menggali firman karena firman adalah Allah itu sendiri, serta meluangkan waktu untuk mengenal-Nya, lalu menghidupi firman-Nya serta bertindak sesuai arahan-Nya.
Itu saja…
Dengan mengikuti prinsip ini, otomatis kita akan menggenapi tujuan Tuhan dalam menciptakan kita, diberkati, sehat dan memiliki hidup yang berkualitas prima.
“Bagaimana dengan kebutuhan keuangan, kemajuan bisnis, sembuh dari penyakit, kebutuhan akan hikmat dan kepandaian, Bu Yenny?”
Tuhan adalah Allah yang amat sangat bisa dipercaya.
Dan rumusan ini sudah merupakan hukum alam kehidupan.
Asalkan si ranting terus menempel, tertanam menjadi bagian dari pohon anggur, maka ranting itu PASTI menghasilkan buah yang lebat.
Yang menjadi masalah BUKAN pohon anggurnya.
Tetapi pada rantingnya.
Mengapa kerap kuatir kebutuhan keuangan, bisnis, kesembuhan tidak terpenuhi?
Padahal yang berjanji Allah Sang Pencipta alam semesta?
Dalam hati setiap kita sadar, tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.
Allah tak mungkin ingkar janji.
Masalahnya, karena kita tidak yakin bahwa kita sudah memenuhi persyaratannya, yaitu tetap teguh menempel pada Tuhan, Sang Pokok Anggur.
Jadi terus menerus diburu rasa khawatir, kebutuhan kita tidak tercukupi.
Hayoooo…. Benar bukan?
Kita sadar koq, klo syaratnya dipenuhi, pasti hasilnya kita terima.
Banyak orang yang mau panen buahnya, tapi ogah menanam benih: menggali firman dan meluangkan waktu untuk membangun hubungan dengan-Nya.
Banyak orang yang belum betul-betul memahami karakter-Nya dan merasakan kasih-Nya…. Masih banyak yang misunderstanding, curiga dan tidak sungguh-sungguh mempercayai Allah.
Karena itu daripada sibuk gedor-gedor pintu surga, lebih tepat sasaran, Do What Matters Most!
Lakukan hal-hal yang terpenting!
Tekun menggali firman, menyediakan waktu untuk bersekutu dan mengenal Tuhan, maka apa pun yang kita butuhkan pasti Tuhan sediakan secara natural.
Semakin dalam mengenal-Nya, semakin cinta kita kepada Allah. Kasmaran dengan Allah!
Keinginan Allah menjadi keinginan kita.
Pikiran Allah menjadi pikiran kita.
Beneran sehati dengan-Nya.
Merasa dimengerti dan dikasihi tanpa syarat.
Apa yang menyebalkan, menyakitkan yang dilakukan orang lain, tidak terlalu mengganggu kita lagi.
Gak penting mikirin yang remeh-remeh.
Gak baperan… Karena sudah puas dikasihi Allah.
Hati kita damai karena janji-Nya untuk memberikan kepada kita hari depan yang penuh harapan, itu kita sudah penuhi persyaratannya.
Sebagai penutup, ingat Yusuf saat dijual menjadi budak Potifar di Mesir?
Karena Yusuf disertai Tuhan, Potifar, bossnya diberkati.
Lho budaknya disertai Tuhan saja, bossnya ikut kecipratan berkat berkelimpahan.
Apalagi kalau kita yang disertai Tuhan, bukankah keluarga, anak cucu, bisnis dan tubuh kita terlebih lagi diberkati, dengan keuangan, kesehatan, kedamaian, kehormatan, hidup yang bermakna?
Bahkan tetangga, hingga orang yang mengenal kita pun diberkati….
Pembaca Seruput Kopi Cantik pun diberkati pula, jika saya melekat kepada-Nya…
Wuihhh kerennya….
Masuk akal bukan?
Yuk… Praktik, biar hidup kita menjadi demonstrasi kebaikan Tuhan! Makin banyak orang-orang diberkati karena kita…
“Almighty God freely bestows the good things in this world in proportion to a person’s mental readiness to receive.”— Norman Vincent Peale.
“Tuhan Yang Mahakuasa secara cuma-cuma menganugerahkan hal-hal baik di dunia ini sebanding dengan kesiapan mental seseorang untuk menerimanya.”—Norman Vincent Peale.
YennyIndra
TANGKI AIR & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN