Sepeda dan Tuhan. Apa Korelasinya?
Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra
Sepeda dan Tuhan. Apa Korelasinya?
Sudah puluhan tahun saya tidak pernah naik sepeda. Nah gara-gara ikut liburan ke Tanjung Lesung dengan P. Anton Thedy dan Bu Rita Tx Travel nich, salah satu acaranya bersepeda ria dari resort ke pantai. Jadilah kami ramai-ramai mengendarai sepeda. Asyiiik juga ternyata… Biar pun tegang juga, kelamaan gak naik sepeda.
Nach pulang dari Tanjung Lesung, P. Indra jadi ingin beli sepeda.
Kami belum lama menempati rumah di BSD. Dan banyak penghuni yang suka berolahraga, salah satunya: bersepeda. Terutama di Botanical Garden yang luasnya 10 hektar. Meski baru jadi sebagian, sudah cantik dan nyaman sekali untuk berolahraga.
Terutama di sekeliling kolam dengan bunga teratai berwarna-warni….
Tidak lupa, foto dulu ah ….
Jadilah kami ikutan beli sepeda….
Yeaaay dapat sepeda baru.
Ssst… Sepedanya pakai battery jadi gak cape…
Ingat komentar Sari, sahabat disekolah, pepatah yang terkenal, godaan manusia itu Harta, Tahta dan Wanita…
Sekarang ganti:
Harta, Tahta dan Sepeda….
Pemikiran ini muncul pertama kali saat kami tengah bersepeda ramai-ramai di Tanjung Lesung. Lalu terulang lagi kemarin sore ketika saya tengah bersepeda berdua dengan P. Indra.
Ketika sedang mengayuh sepeda, Tuhan berkata dalam hati,
“Yenny, sadar gak sebetulnya kamu itu hidup sendirian, biar pun kelihatannya sedang beramai-ramai dengan orang lain. Hanya Aku satu-satunya yang selalu bersamamu.’
Saya terkejut. Kemarin sore Tuhan mengingatkan kembali hal ini.
Saya pun merenung.
Memang sich kelihatannya saya bersepeda berdua dengan P. Indra, tetapi masing-masing mengendarai sepedanya sendiri.
Apalagi saat bersepeda di jalan raya… Saya suka ngeri kalau menyeberang di jalan raya. Banyak mobil dan motor berseliweran.
Meski P. Indra selalu memandu di depan saya, tetap ada jeda antara sepeda saya dan sepeda P. Indra.
Artinya, resikonya juga sendiri-sendiri.
Siapa yang selalu bersama saya?
Tuhan.
Dia ada di dalam roh saya, tidak pernah meninggalkan saya.
Janji-Nya,
“Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau.”
Ketika meninggal nanti, kebanyakan orang juga sendirian. Pasangan, teman, keluarga juga akan berpisah.
Hanya bersama Tuhan, roh kita menuju ke kekekalan.
Pemahaman ini menyadarkan, bahwa seharusnya kita sungguh-sungguh serius dalam membangun hubungan dengan Tuhan.
Kita wajib mengenal-Nya dengan karib dan memahami Pribadi yang akan selalu berada bersama kita, tidak hanya di dunia bahkan sampai di kekekalan nantinya.
Pemahaman yang benar tentang karakter Tuhan dan kehendak-Nya pula yang akan menentukan kualitas hidup kita.
Seberapa baik kita mengenal-Nya, akan menentukan kita dapat mengandalkan-Nya atau tidak?
Takut itu tercipta karena kita merasa apa yang menakutkan kita, seolah lebih besar daripada Tuhan.
Dikarenakan kita tidak benar-benar mengenal-Nya secara pribadi.
Pikiran di kepala tahu, Tuhan Mahabesar tetapi jika tidak punya pengalaman pribadi bersama-Nya, hati mudah goyah.
Benarkah janji-Nya bisa dipercaya?
Iman sejati dalam hati tercipta karena mengenal dan memperoleh bukti dari pengalaman bersama-Nya selama ini. Sehingga kita bisa Rest alias beristirahat dan berserah.
Semakin kita mengenal karakter Allah yang sesungguhnya, semakin kita yakin bahwa rancangan-Nya yang terbaik untuk kita, kasih-Nya tanpa syarat dan He is The best!
Kita mengenal-Nya bukan hanya di kepala, namun tertanam dalam hati.
Tidak ada kesalahpahaman, komunikasi dengan-Nya lancar dan hidup jauh lebih aman, nyaman dan tenteram.
“Umatku binasa karena tidak mengenal Allah,” kata Tuhan.
Mari kenali Dia sepenuh hati dengan menggali dan merenungkan firman-Nya karena Allah = Firman-Nya.
*We arenn’t created to go with the flow- Aaron Purdue.*
*Kita tidak diciptakan untuk mengikuti arus- Aaron Purdue.*
YennyIndra
TANGKI AIR *ANTI VIRUS* & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN