SAMPAH
.
Setiap hari kita membuang sampah dari dapur, kamar mandi, kantor dll., mungkin bukan kita sendiri yang melakukannya tetapi sadar atau tidak, sampah merupakan bagian dari kehidupan kita. Jika sampah dibiarkan menumpuk, maka ruangan menjadi kotor, berbau busuk, tidak sehat dan akibatnya debu serta penyakit berdatangan.
.
Ada juga sampah lain yang kehadirannya sering tidak kita sadari yaitu sampah informasi : kata-kata negatif, perlakuan yang salah serta hal-hal buruk lainnya yang selalu mampir dalam kehidupan kita tanpa diundang. Jika kita tidak berhati-hati maka sampah ini akan membusuk dan menimbulkan penyakit mental dan rohani dalam kehidupan kita.
.
Tidak seorangpun mengijinkan sampah bertumpuk di mejanya,
Tetapi banyak yang mengijinkan sampah bertumpuk di pikirannya
dan menikmatinya.
Fulton John Sheen
.
Banyak telenovela, sinetron, film maupun buku-buku yang isinya tidak positif, berbelit-belit bahkan penuh intrik yang sesungguhnya jarang kita temui dalam kehidupan yang nyata. Cerita-cerita semacam ini dikemas dengan sedemikian menarik, membuat emosi dan perasaan kita naik turun, dimainkan oleh aktor yang tampan dan aktris yang cantik sehingga membelenggu kita untuk menontonnya. Melalui media hiburan seperti ini, nilai-nilai negatif ditanamkan. Perselingkuhan, perebutan harta, balas dendam, kebencian dll-maka tidaklah heran, jika kemudian hidup kita semakin hari semakin kacau, rumah tangga berantakan dan hidup kita tidak bahagia. Kita berpikir dan menyelesaikan masalah ala sinetron.
.
Sadarkah kita bahwa apa yang kita masukkan dalam pikiran kita akan menyatu menjadi bagian diri kita? Kita harus selalu membentengi diri dari sampah informasi secara sadar setiap hari. ‘Mata adalah pelita untuk tubuh. Kalau matamu jernih, seluruh tubuhmu terang-benderang. Tetapi kalau matamu kabur, seluruh badanmu menjadi gelap gulita,’ demikian ungkapan orang yang bijak.
.
.
Seorang wanita yang bercerita bahwa dia memasuki perkawinan dimana dia tidak pernah tahu apa yang diharapkan darinya. Terus menerus dia merasa gagal, karena selalu mencoba memenuhi harapan yang tidak dipahaminya sementara diapun penuh harapan yang tidak realistik terhadap pasangannya. Harapan yang didapat dari gambaran film, lingkungan sekitar tentang apa itu kesuksesan, kebahagiaan dan keluarga seharusnya. Tanpa tahu apa prinsip-prinsip yang harus dipertimbangkan untuk mengambil keputusan, dia senantiasa berusaha menyenangkan orangtua, mertua, saudara maupun pasangannya. Hidupnya dihabiskan untuk mengejar standar kesuksesan dunia, dan ketika akhirnya dia tiba disana ternyata hanya kehampaan yang diperoleh. Akhirnya sampai pada suatu titik, dia merasa sangat lelah! Hidup dengan topeng dan menjadi orang lain.
.
Akhirnya dia kembali kepada Tuhan. Belajar mencari nilai-nilai hidup yang sesungguhnya dan belajar menjadi dirinya sendiri. Dia belajar bahwa kebahagiaan bukanlah masa lalu atau masa yang akan datang. Jika dia ingin bahagia maka dia sendiri yang harus menciptakannya, hari ini bahkan saat ini. Dia mulai belajar untuk mensyukuri apa pun yang dimilikinya saat ini. Suaminya bukanlah pria sempurna tetapi dia baik dan bertanggung jawab. Ketika wanita ini fokus pada hal-hal baik yang dimilikinya, semakin banyak hal-hal baik yang hadir dalam kehidupannya. Semakin banyak pula ucapan syukur meluncur dari mulutnya.
.
Pernikahan bahagia tidak terjadi dengan sendirinya. Mereka harus mengusahakannya. Ada kalanya mereka merasa kehilangan ‘perasaan’ cinta namun mereka memilih untuk mempertahankan rasa hormat dan saling menghargai. Mereka menjaga ucapan masing-masing agar tidak saling menyakiti. Maka ketika masa suram lewat, mereka dapat membangun kembali perasaan cinta. Hanya ketika berjuang untuk sesuatu yang sungguh-sungguh mereka yakini- sesuatu yang Tuhan tanamkan di hati dan untuk itulah pernikahan diciptakan-maka mereka bisa bertahan melewati berbagai badai kehidupan dan mengalami kepuasan sejati. Menikah sekali untuk selamanya karena pernikahan adalah komitmen seumur hidup.
.
Tuhan pun memulihkan hubungan pernikahan setelah mereka belajar menerima satu sama lain dengan landasan kebenaran Allah. Sungguh menyenangkan dapat berbicara dengan seseorang dan berkata,”Ini yang kau harapkan dariku, ini yang kuharapkan darimu. Mari kita pertemukan harapan kita dan melakukannya bersama Tuhan. Kita landasi hidup dan harapan kita dengan prinsip-prinsip yang abadi,” ujar sang wanita. Jika harapan-harapan sudah diperjelas sejak awal, nilai-nilai serta visi diselaraskan maka kualitas kehidupan pernikahan pun mudah untuk ditingkatkan.
.
Belajar dari kisah di atas, marilah kita mengisi pikiran dengan prinsip-prinsip kebenaran: hal-hal yang bernilai, mulia, yang patut dipuji, yaitu hal-hal yang benar, yang terhormat, yang adil, murni, manis, dan baik. Ketika kita berjalan pada jalur yang benar, dengan sendirinya kehidupan akan berjalan dengan semestinya dan kebahagiaan pun tercipta secara alami. Selamat mencoba!
.
OLEH: Yenny Indra
Photo: http://mindadventure.com/2010/09/the-only-two-things-you-need-to-overcome-negative-influences/