APA SIH RESEP PERNIKAHAN YANG LANGGENG???
.
Pertanyaan yang senantiasa menggelitik untuk didiskusikan. Demikian pula saat reuni dengan teman-teman sekolah, kami berbagi pengalaman. “Seorang hamba Tuhan mengajarkan, apabila seseorang jatuh cinta lalu masih merasa berdebar-debar jika bertemu, artinya dia belum layak menikah,” ujar Ros, “karena itu tandanya cinta yang masih berdasarkan emosi. Pada kenyataannya setelah menikah puluhan tahun, rasa seperti itu sudah tidak ada lagi. Namun komitmen yang membuat kita tetap bersatu. Seseorang layak memasuki pernikahan jika dia sudah benar-benar mengerti dan siap berkomitmen. Pernikahan adalah pilihan sekali seumur hidup, apa pun resikonya”
.
Obrolan kami pun makin gayeng, saat kami mendiskusikan ungkapan pendeta terkenal, Joel Osteen, yang mengungkapkan bahwa rata-rata pasangan suami istri mendapatkan keinginannya pada diri pasangannya sebesar 80% sedangkan 20% adalah sisi yang tidak disukainya. Rupanya sebagian besar teman-teman merasa bahwa angka 80% itu terlalu bagus dan idealis. Dari pembicaraan yang panjang akhirnya kami mengambil kesimpulan yang lebih realistis bahwa sesungguhnya secara umum, kami hanya mendapatkan 50% hal-hal yang kami inginkan pada diri pasangan kami.
.
Hasil diskusi menjadi menarik karena kami merupakan beberapa pasangan yang mempunyai keluarga dan pekerjaan cukup baik. Rata-rata sudah menikah di atas 20 tahun bahkan kebanyakan sudah menikah lebih dari 25 tahun. Perjalanan yang cukup panjang dalam sebuah pernikahan. Kami merintis bisnis bersama pasangan sejak awal menikah. Kebanyakan memiliki bisnis sendiri dan tidak bekerja pada orang lain. Kami terbiasa untuk bepergian dalam rangka bisnis atau liburan bersama pasangan. Orang lain akan melihat kami ke mana-mana berdua. Cukup rukun, beberapa teman menyatakan iri melihat hubungan kami. Best-friend kami ya.. pasangan kami. Tetapi sesungguhnya, kami hanya menemukan hal-hal yang kami inginkan sebanyak 50% pada diri pasangan kami. Unik bukan?
.
Pertanyaannya: mengapa kami bisa membangun rumah tangga yang baik dan bersahabat akrab dengan pasangan kami? Apa rahasianya?
Setelah melalui perbincangan yang panjang, pada akhirnya kami mengambil kesimpulan bahwa kami semua pasangan-pasangan yang sudah mengenal Tuhan dan kami berpegang teguh pada komitmen pernikahan kami. Kata ‘cerai’ tidak ada dalam kamus kehidupan kami. Apa pun yang terjadi, kami akan tetap bersama dengan pasangan kami hingga maut memisahkan. Kami yakin, satu-satunya rumus kebahagiaan adalah rumus yang sudah diberikan Tuhan. Siapa lagi yang tahu rahasia kehidupan melebihi DIA, Tuhan Sang Pencipta kehidupan itu sendiri?
Artinya, kami harus bisa menerima 50% sisi ‘buruk’ pasangan yang tidak kami sukai lalu berusaha hidup damai, nyaman dan bahagia dengan kondisi yang ada. Kami sadar bahwa kebahagiaan ditentukan oleh respon kami sendiri, dan tidak bisa menuntut pasangan menjadi ‘arjuna’ atau ‘srikandi’ sesuai keinginan kami.
.
Beberapa teman pasangannya telah meninggal. Teman kami meng’amin’kan bahwa sejelek-jeleknya pasangan, namun tetap lebih enak hidup dengan pasangan. Ada teman berbagi dalam menanggung bersama beratnya tantangan kehidupan.
Banyak kesaksian dari orang-orang yang pasangannya telah meninggal, mereka merasa menyesal mengapa dulu tidak membangun kehidupan yang lebih harmonis dengan pasangannya. Tidak sedikit yang sangat terluka karena menyadari bahwa sesungguhnya hal-hal yang menjadi sumber pertengkaran, bukanlah hal-hal krusial yang layak untuk diperjuangkan hingga merusak hubungan mereka. Bahkan sebagian besar hanyalah hal-hal sepele dan masalah gengsi tidak mau kalah. “Seandainya saja saya lebih toleran, hidup pernikahan saya akan jauh lebih bahagia….”, ujar seorang wanita dengan sendu, “Apa untungnya menang berdebat tetapi tidak bertegur sapa dengan pasangan hingga berhari-hari? Pada akhirnya, seringnya pertengkaran membuat hubungan kian jauh dan dingin. Anak-anak pun tidak betah di rumah.”
Namun sayangnya, kesadaran ini muncul setelah pasangannya tiada lagi. Anak-anak pun kehilangan keteladanan yang baik. Bagaimana cara menyelesaikan masalah dengan anggun, cara membangun hubungan yang harmonis serta respon yang bijak dalam mengatasi perbedaan dalam pernikahan. Itulah pelajaran kehidupan yang tidak diajarkan di sekolah, hanya bisa dipelajari melalui keluarga.
.
Bagaimana dengan kita yang masih memiliki pasangan? Mengapa kita tidak belajar dari pengalaman orang lain, agar kita tidak mengulangi kesalahan yang sama?
Hasil survey kecil-kecilan ini membuka mata kita bahwa ternyata kita tidak perlu ber-fatamorgana mencari pasangan ‘ideal’. Karena dengan siapa–pun kita menikah, kita akan menemukan orang lain dengan prosentase yang kurang lebih sama. Hanya saja kelebihan dan kekurangannya, di bagian yang berbeda.
Orang yang bjak mengajarkan,
dalam membangun sebuah pernikahan yang sukses,
jauh lebih penting menjadikan diri kita pasangan yang tepat ketimbang
mencari pasangan yang tepat .
Hasil survey membuktikan, dengan mendapatkan 50% hal-hal yang diinginkan pada diri pasangan, banyak pasangan lain yang bisa membangun rumah tangga yang bahagia, sukses dan baik. Berarti jika rumah tangga kita belum juga bahagia, sukses dan baik, kemungkinan kesalahan bukan pada kondisi yang kita miliki, melainkan pada kemampuan kita untuk mengolah bahan-bahan yang ada menjadi sajian yang nikmat dan menyenangkan.
Mari kita pastikan fondasi pernikahan kita berdasarkan firman Tuhan: komitmen bahwa apa yang sudah dipersatukan Tuhan, tidak boleh diceraikan manusia. Lalu kita membangun rumah tangga yang terindah semaksimal mungkin berdasarkan kasih.
.
“Karena itu,
sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya,
kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati,
kelemahlembutan dan kesabaran.
Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain,
dan ampunilah seorang akan yang lain
apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain,
sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu,
kamu perbuat jugalah demikian.
Dan di atas semuanya itu:
kenakanlah kasih,
sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.“
Tuhan memberkati.
.
Oleh: YennyIndra
Artikel ini dipersembahkan untuk: Grup Kompak Selalu.
Sungguh bersyukur memiliki sahabat-sahabat yang kompak dan peduli.
Kasih yang diungkapkan melalui tindakan nyata.
.
Photo:
www.readingaftermidnight.com – 600 × 320 – Search by image
en.paperblog.com – 396 × 471 – Search by image
knowmyworth.com – 960 × 720 – Search by image
http://www.google.com/search?q=50%25+we+love+our+spouse&client=safari&rls=en&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ei=jatbUvO_MoPtrQe0xIHYDQ&ved=0CAkQ_AUoAQ&biw=1366&bih=706&dpr=1#facrc=_&imgdii=_&imgrc=PQH85uOqgtWhmM%3A%3BN87m9_W8DUwoyM%3Bhttp%253A%252F%252Fstatic.squarespace.com%252Fstatic%252F50f596d0e4b09bfe914840e8%252Ft%252F522e42cde4b003b483a1a5d4%252F1378763469487%252Fc27979ab46c67faa1ddcd0d7ee7901a4.jpg%3Bhttp%253A%252F%252Fkellyolexa.com%252F%3B500%3B500