Ketika kekurangan pewahyuan dan tidak memahami tujuan Tuhan dalam bidang kehidupan tertentu, dengan cepat kita mulai meniru perubahan mode yang terjadi di masyarakat.
Imitasi menggantikan pewahyuan. Banyak yang kita lakukan dalam hidup, meniru orang lain karena kita tidak memiliki pewahyuan sendiri tentang tujuan Allah di bidang tersebut. Budaya nasional pun telah runtuh karena kita kehilangan pewahyuan tentang pernikahan, gereja, bagaimana membesarkan anak, serta tujuan sebagai pemerintahan. Ketika kita tidak memiliki pewahyuan tentang tujuan yang ditetapkan Tuhan, kita hanya meniru budaya di sekitar kita atau membiarkan orang lain memberi tahu kita, mana yang benar dan salah. Inilah yang selalu menyebabkan kebingungan, frustrasi serta kegagalan.
Sikap meniru dapat dilihat di gereja-gereja. Legalisme dan tradisi menjadi normal ketika tidak ada pewahyuan tentang persekutuan yang benar dengan Tuhan dan kuasa Firman-Nya. Peniruan juga terlihat, negara terburu-buru meniru sikap negara lain sehubungan dengan masalah pernikahan, aborsi dan gender.
Kehidupan dan realitas sejati harus datang dari penyataan sejati identitas Anda di dalam Kristus dan panggilan-Nya atas hidup Anda. Pewahyuan dan panggilan itu mungkin membuat Anda tidak bisa lagi meniru orang lain. Tuhan itu Sang Pencipta, bukan pengikut. Kesejahteraan masyarakat harus datang dari pewahyuan tujuan Tuhan baik dalam pernikahan, keluarga mau pun pemerintahan sipil.
Jika setiap generasi tidak pernah diajarkan dan tidak pernah benar-benar memahami prinsip-prinsip Tuhan untuk kehidupan serta kedamaian, kegelapan akan menggantikan terang, baik masyarakat mau pun gereja akan hancur.
Pengetahuan pewahyuan adalah kunci kehidupan yang bermakna. Entah berbicara tentang pernikahan, gereja, pendidikan atau pemerintahan, kita perlu memiliki pemahaman rohani tentang maksud Tuhan yang sesungguhnya di bidang tersebut. Apa maksud Tuhan untuk pernikahan? Apa tujuan Tuhan untuk seks? Apa tujuan Tuhan bagi pemerintahan sipil? Daftarnya bisa terus dan terus berlanjut. Sampai kita memiliki pewahyuan yang benar di bidang ini, jika tidak, kita akan terbawa oleh budaya saat ini dan tradisi orang lain.
“Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus.” Kolose 2:8 (TB).
[Repost ; “Revelation or Imitation?”, – Barry Bennett, Penerjemah Yenny Indra].
YennyIndra TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC MPOIN PLUS & PIPAKU PRODUK TERBAIK PEDULI KESEHATAN
Ada teman-teman level 1 Sekolah Charis yang takut lanjut ke level 2, karena di level 2 banyak tugas-tugas untuk presentasi. Konon berbicara di depan umum adalah salah satu momok terbesar bagi kebanyakan orang, termasuk saya dulu. Glossophobia, istilah kerennya.
Sebetulnya saya ingin bisa public speaking sejak dulu, itulah sebabnya berulang kali saya ikut seminar public speaking. Guru-guru saya semua top, masalahnya latihannya di mana? Mau presentasi buku saja, selain ikut seminar, masih latihan dengan guru privat. Bayangkan…
“Bu Yenny, takut gak kalau mau tampil?” Takutlah. Tapi itu dulu, sekarang sudah tidak. Ketika sudah diperlengkapi, tidak takut lagi. Apalagi yang saya sampaikan tentang Tuhan, jadi saya bergantung kepada-Nya, selebihnya urusan Tuhan. Tugas saya mempersiapkan diri dengan baik, saat tampil, biar Tuhan yang mengarahkan. It’s all about Him, not me.
Pernah bertahun-tahun lalu, saya diberi kesempatan berbicara di suatu acara di MDC Surabaya. Setelah itu saya koq takut sekali. Telpon Bu Mariani minta batal.
Beberapa hari gelisah. Kalau tidak mencoba sekarang, lalu kapan lagi? Saya memberanikan diri telpon Bu Mariani lagi, saya mau. Dan Bu Mariani memberikan kesempatan lagi. Tidak marah atau tersinggung. Padahal beliau seorang ibu gembala dari gereja besar. Pribadi yang lembut, penuh kasih dan berjiwa besar. Langka. Love you Bu Mariani Rahardjo!
GKPB MDC Surabaya berjasa besar dalam hidup saya, belajar menulis dan public speaking di sana. Tidak ada YennyIndra hari ini, jika bukan karena P. Andreas Rahardjo, B. Mariani dan leader-leader MDC Surabaya, yang memberi saya kesempatan dan panggung untuk berlatih serta memulainya. Diterima apa adanya dengan kasih dan penerimaan yang tulus. Thank you so much MDC Surabaya
***** Teringat saat pertama kali belajar menulis, bersyukur sekali diberi wadah di warta jemaat MDC Surabaya selama 5 tahun. Setelah warta jemaat dari mingguan berganti rupa jadi 3 bulanan, saya kehilangan wadah. Mulailah menulis di sosmed dan di mana saja, saat ada kesempatan. Menulis artikel travelling di surat kabar, majalah dll. Menulis beberapa buku. Dengan berjalannya waktu, makin lama belajar, trial & error, akhirnya menemukan style sendiri hingga kini.
Beberapa teman japri. “Bu Yenny, ajarin saya menulis dong… Supaya bisa menulis artikel seperti ibu.”
Setelah saya beri teori singkat, tidak lupa berpesan, yang penting latihan. Menulis sebanyak mungkin, karena jam terbang itu tidak bisa menipu. Saya paham sekali rahasia ini.
*****
Membaca dan menulis itu hobi, tetapi berbicara di depan umum, itu bukan bakat bawaan saya. Mesti belajar. Dan problem yang saya hadapi, butuh tempat untuk berlatih.
Saya pernah membaca, Warren Buffett, orang no 3 terkaya di dunia, pernah menjadi guru, karena dengan demikian, melatih kemampuannya untuk berbicara di depan umum. Siapa pun butuh jam terbang, untuk menjadi expert.
Nach Sekolah di Charis betul-betul menjawab kebutuhan saya. Belajar membuat saya memiliki bahan-bahan yang bermutu baik untuk tulisan mau pun untuk public speaking. Ketika resources ini dipraktekkan, hidup saya berubah, makin berkualitas, penuh dan utuh. Bangga masih bisa sekolah dan ilmu yang didapat tidak hanya mengubah hidup saya dan keluarga saja, tetapi bidup teman-teman juga. .
Kebetulan ciri khas tulisan saya adalah pengalaman pribadi. Ketika yang disampaikan pengalaman yang benar-benar dihidupi, pendengar mau pun pembaca bisa merasakannya bahkan mempengaruhi kehidupan mereka pula. Dan itu sungguh membahagiakan. Sadar, bahwa saya sedang menjadi sepotong puzzle dari bagian visi Tuhan yang besar.
“Di mana lagi kita bisa dapat tempat berlatih, yang ada teman-temannya selevel kita juga?” sharing saya pada teman yang ragu masuk level 2, “Di kelasku juga sebagian memang benar-benar jago public speaking, nampak jam terbangnya sudah tinggi. Tetapi tetap ada yang selevel kita. Dan sekolah kan memang tempat belajar, jadi dimaklumi sekali kalau masih belepotan. Wajar…. Kalau di luar sekolah, kita dituntut untuk tampil perfect. Gak bagus ya ga dikasih kesempatan lagi. Dicibir pula…”
Latihan presentasi 5, 10, 15 atau 30 menit, ternyata menolong sekali. Belajar melihat poin-poin mana yang betul-betul penting dan disampaikan dengan runut. Setelah terbiasa, ternyata untuk membawakan materi jauh lebih mudah. Panjang oke, pendek pun tidak masalah. Itulah gunanya sekolah.
Teringat pepatah, tidak ada belajar berenang tanpa masuk alias nyemplung, ke dalam air. Demikian pula dengan public speaking, sehebat apa pun guru mau pun teorinya, tanpa latihan dan jam terbang yang cukup, tidak bisa. Kecuali orang-orang yang memang sudah bakatnya di sana.
Teman-teman lanjut level 2, ya…. Mampu mengalahkan ketakutan dan maju, sungguh berharga. Kemenangan itu selalu menyenangkan. Wow… Ternyata saya sudah naik satu anak tangga lagi… Yeaaayyyy…
Oh ya, takut Mission Trip? Dulu saya juga. Tetapi setelah melewatinya, sangat menyenangkan. Kesempatan mempraktikkan apa yang sudah dipelajari, bahkan menjadi kenangan yang tak terlupakan. Dan menyadari setiap kita presentasi dengan keunikan dan kekhasan masing-masing. Semua bagus dan memberkati. Karena fondasi dan materi yang disampaikan memang bermutu dan bermanfaat.
Yang lebih membahagiakan lagi, anak-anak melihat, mamanya tetap sekolah lho. Jadi teladan. Mereka pun suka belajar. Update info masa kini. Sehingga mereka tidak segan bertanya atau berbagi karena mamanya nyambung klo diajak ngobrol. Kebanyakan anak-anak muda malas ngobrol dengan ortu, karena diajak ngomong apa saja gak ngerti. Gak mau belajar lagi.
“Kelamaan Tante klo suru ngajarin mama… Mulainya darimana gak ngerti”, komentar putra teman saya.
Klo saya tanya ke anak-anak, jawabnya, “Sudah cari paduan di google belum? Belajar dulu, klo beneran ga bisa baru nanya. Saya juga begitu….” Dieeeenk… Sebelum bertanya, saya belajar sendiri duluan dari google.
Atau anak yang lain, daripada repot ngajarin, dia bikinin saja 5 menit jadi. Mamanya tetap ga bisa apa-apa. Anak jadi kurang respect…
Nach lho…. Karena sekolah, saya bisa belajar dari teman-teman juga. Bergaul dengan berbagai kelompok usia. Pokoknya asyiiik… Sekolah yuk…. Biar update, makin pintar dan anak pun respect.
“The more that you read, the more things you will know. The more that you learn, the more places you’ll go.” – Dr. Seuss
“Semakin banyak Anda membaca, semakin banyak hal yang akan Anda ketahui. Semakin banyak yang Anda pelajari, semakin banyak tempat yang akan Anda kunjungi.” – Dr. Seuss.
YennyIndra TANGKI AIR & PIPA PVC MPOIN PLUS & PIPAKU PRODUK TERBAIK PEDULI KESEHATAN
Sepuluh tahun berlalu, dan lukisan itu tetap tidak lengkap. Leonardo da Vinci tidak dapat menemukan wajah yang tepat sebagai model Yudas Iskariot. Suatu ketika, Da Vinci diizinkan untuk menggeledah penjara, dan di sana dia menemukan karakter yang sempurna untuk menggambarkan pribadi orang yang mengkhianati Kristus.
Menjelang penyelesaian lukisan terkenal “The Last Supper” – Perjamuan Terakhir Yesus bersama murid-muridnya, sang model bertanya apakah dia diizinkan untuk melihat hasil lukisan da Vinci. Saat menatap lukisan itu, air mata mulai mengalir di wajahnya. Da Vinci pun bertanya, “Ada apa?” Si model menjelaskan, bahwa dialah Pietri Bandinelli, pria yang sama yang menjadi model bagi Yesus sepuluh tahun sebelumnya.
Lalu ia melanjutkan kisahnya, setelah menjadi model Yesus, mulailah ia tergoda berbuat dosa. Tidak hanya berpaling dari Tuhan, bahkan meninggalkan-Nya, sehingga kehidupannya dipenuhi dengan kejahatan, kemarahan dan kesedihan yang pada akhirnya, menyeret dia ke penjara dengan hukuman seumur hidup.
Oh…. Wajah yang sepuluh tahun sebelumnya menggambarkan wajah Tuhan Yesus Kristus yang kudus, suci serta penuh kasih, namun setelah 10 tahun tenggelam dalam dosa, wajahnya kini menggambarkan kemarahan, kelicikan serta pengkhianatan, yang membebani hidupnya, sehingga wajahnya cocok untuk model wajah Yudas Iskariot.
Ketika hati dipenuhi amarah, kebencian, kepahitan, mau tidak mau akan terpancar pada wajah dan juga perkataannya.
People are known in this same way. Out of the virtue stored in their hearts, good and upright people will produce good fruit. But out of the evil hidden in their hearts, evil ones will produce what is evil. For the overflow of what has been stored in your heart will be seen by your fruit and will be heard in your words. (Luke 6:45 TPT)
Orang-orang dikenal dengan cara yang sama. Dari kebajikan yang tersimpan di dalam hati mereka, orang yang baik dan lurus jalannya, akan menghasilkan buah yang baik. Tetapi dari kejahatan yang tersembunyi di dalam hati mereka, orang jahat akan menghasilkan apa yang jahat. Karena luapan dari apa yang tersimpan di hati, akan terlihat buahnya dan akan terdengar melalui kata-kata yang terucap. Lukas 6:45
Makes sense…. Karena itu Amsal mengingatkan, Amsal 4:23 (TB) Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.
Wajah seorang wanita muda kerap muncul di Instagram saya. Mungkin dia memang seorang model atau influencer. Dalam foto-fotonya kerap terlihat wanita cantik ini mengenakan berbagai gaun dan tas branded kelas atas. Cantik, keren dengan balutan gaun mahal dan dandanan yang sempurna. Hanya saja saya tidak melihat sukacita yang terpancar di bola matanya. Berulang kali saya memperhatikan foto-fotonya. Membuatnya kelihatan kurang hidup.
Di sisi lainnya, ada seorang wanita sepuh yang saya kenal dengan baik. Beliau mama dari pendeta saya di Surabaya, Tante Tirza Rahardjo yang berprofesi sebagai dokter gigi. Wanita hebat yang melebihi wanita-wanita lain di jamannya.
Pribadinya bijak, disukai dan dicintai banyak orang. Selalu memotivasi orang lain, positif, mandiri dan pembelajar sejati. Masih tetap membaca buku dan tulisan saya, Seruput Kopi Cantik, juga rajin dibacanya. Yeaaayyyy…. Saya merasa terhormat.
Teringat saat saya masih awal belajar menulis, setiap bertemu, Tante Tirza ingat apa yang saya tuliskan dan beliau menyelipkannya di tengah-tengah pembicaraan kami. Tante Tirza dengan halus sudah mendorong saya berani dan percaya diri untuk menulis. Padahal tulisan saya saat itu masih belepotan… . Ketika ada seseorang yang kita hormati, menghargai karya kita, itu menyalakan api semangat untuk terus maju.
Dibalik kerut-kerut wajahnya, terpancar kecantikan yang lembut menawan. Ada damai, kasih dan sukacita yang terpancar di wajahnya yang menarik banyak orang untuk mendekat kepadanya. Karena hatinya dipenuhi dengan kebenaran firman Tuhan, maka kebenaran pulalah yang senantiasa terucap dari bibirnya. Sungguh menyejukkan.
Di usianya yang sudah berkepala 9, Tante Tirza sibuk berbagi. Membeli kain, meminta penjahitnya membuatkan daster untuk dikirim ke Panti Jompo. Wow…
Saya ingin seperti beliau kelak, di masa tua saya. Tetap menjadi berkat dan penuh semangat. Pribadi hebat yang patut diteladani.
Om Naftali Rahardjo, papa dari pendeta Andreas Rahardjo, tidak kalah hebatnya. Beliau seorang dokter juga. Saat beliau terbaring sakit, menjelang kepergiannya ke rumah Bapa, yang terucap dari bibirnya:
If only Jesus is in you, everything will be Allright.
Jika ada Yesus saja di dalam kamu, semuanya akan baik-baik saja.
Wow…. Ungkapan iman dan kepercayaan hingga garis finish. Asal ada Yesus di dalam hati kita, itu sudah lebih dari cukup. Semua akan baik-baik saja.
Sebaliknya di sebuah Panti Jompo, ada seorang profesor yang menderita kerusakan memori di otaknya. Dia tidak sadar lagi apa yang dikatakannya. Apa yang terucap dari mulutnya? Sumpah serapah. Beliau tidak sadar dan tidak punya rasa malu lagi. Meski sesungguhnya profesor ini orang yang hebat dalam pandangan dunia, namun hatinya tidak takut kepada Tuhan. Dan pada masa akhir hidupnya, nampak apa yang sesungguhnya tersimpan di dalam hatinya.
Dari berbagai contoh di atas, menjadi pembelajaran bagi setiap kita. Harta karun apa yang kita simpan di dalam hati kita, itulah yang akan terpancar baik melalui wajah, sikap mau pun kata-kata, baik secara sadar mau pun secara tidak sadar. Pilihan ada di tangan kita.
Anda pilih yang mana?
“Blessed are the pure in heart, for they shall see God.”
“Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.”
YennyIndra TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC MPOIN PLUS & PIPAKU PRODUK TERBAIK PEDULI KESEHATAN
Meski sudah diajar bahwa kasih Allah tak bersyarat, kerapkali kita hanya menyerapnya di kepala. Ketika kita berbuat dosa, bersalah, tidak jarang kecenderungan kita merasa tidak layak, takut untuk datang kepada Tuhan. Apakah Tuhan mau menolongku? Kerap kita menjauhkan diri dari-Nya.
Persis seperti Adam dan Hawa ketika makan buah pengetahuan baik dan jahat, mereka langsung menyembunyikan diri, melihat dirinya telanjang. Itu sudah menjadi kecenderungan manusia.
Sungguh menyenangkan mendengar bagaimana Joel Osteen menjelaskan kasih Tuhan yang tak bersyarat. Joel bercerita, jika Jonathan, putranya, sedang bergelantungan di dahan pohon, sambil berteriak-teriak, “Dad, tolong saya….”
Joel menjelaskan, tentunya dia tidak akan berkata, “Tunggu Jonathan, saya cek dulu apakah kamu sudah mengerjakan PR mu?”
“Victoria, apakah Jonathan sudah membersihkan kamarnya?,” tanya Joel pada Victoria, istrinya.
Tentunya tidak demikian. Joel akan segera menolong Jonathan, tidak peduli apakah Jonathan sudah mengerjakan PR atau belum; apakah sudah membersihkan kamarnya atau belum. Intinya, sebagai ayah, tentunya Joel akan menolong putranya tanpa syarat karena dia mengasihinya.
Apalagi Allah kita, Dia mengasihi kita tanpa syarat. Allah jauh lebih baik dari Joel Osteen dan kita semua. Kalau ayah dunia saja sebaik itu, apalagi Allah kita yang Maha Pengasih.
Sungguh sangat mengherankan ketika sebagian orang percaya bahwa malapetaka dan penyakit terjadi karena Allah ingin mendidik kita.
Jika ada anak saya yang sakit, saya akan mengusahakan apa saja demi kesembuhannya. Membayar mahal pun rela, asalkan anak saya bisa sembuh seperti sediakala. Bahkan saya rela untuk menggantikannya, asalkan anak saya sehat kembali. Kalau saya, manusia biasa saja rela berbuat demikian, apa ya mungkin Allah yang Maha Pengasih dan kasih-Nya tak bersyarat sampai mengijinkan anak-anak-Nya sakit?
“Bu Yenny, kan sakit untuk mendidik manusia supaya bertobat dari dosanya…”, protes seorang teman.
“Tuhan mendidik kita dengan mengajar kita melalui firman-firman-Nya. Itu cara yang benar untuk mendidik. Bukan dengan sakit penyakit. Itu tipuan si musuh.”
Tuhan sudah memberikan rambu-rambu: *Pencuri datang untuk mencuri, membunuh dan membinasakan. Tuhan datang supaya kita memiliki hidup, dan memilikinya di dalam kelimpahan. *
Prinsipnya sederhana: Yang baik berasal dari Tuhan, yang jahat, mencuri, membunuh dan membinasakan dari si musuh.
“Tapi saya dapat pelajaran dari sakit saya, Bu Yenny…”, protes seseorang.
Seperti ketika seorang anak sudah dinasehati, naik motor jangan ngebut. Tapi nekad tetap ngebut. Akhirnya jatuhlah dia dari motor.
Waktu ayahnya mengetahui hal itu, segera menolong dan membawanya ke rumah sakit. Ayahnya berkata, “Makanya nurut kalau dinasehati orangtua. Jadikan ini pengalaman, supaya di masa depan bijak mengendarai motor dan berhati-hati.”
Apakah sang anak jatuh dari motor karena ayahnya yang ingin memberikan pelajaran kepadanya? Tentu saja tidak! Anak itu jatuh karena kelalaiannya: ngebut saat mengendarai motor. Tetapi sang ayah memanfaatkan kesempatan itu, untuk mendidik dan mengajari anaknya, agar belajar dari pengalamannya, menjadi lebih bijak, hati-hati dan penuh perhitungan.
Demikian juga dengan Allah kita, penyakit yang bisa membunuh dan membinasakan berasal dari si musuh, tetapi Allah menggunakan kesempatan ini untuk mendidik kita agar mengambil pelajaran dari pengalaman ini, sehingga menjadi pribadi yang lebih bijak.
Allah sudah memberi kita otoritas dan kuasa untuk menghancurkan si musuh. Ini kesempatan bagi kita untuk mempraktekkannya, menggunakan otoritas untuk mengalahkan musuh. Tuhan mendidik kita makin bertanggung jawab.
“Apa bedanya sich bu kalau saya menganggap sakit itu kehendak Tuhan, dengan tidak?
Jika kita salah persepsi menganggap sakit itu kehendak Tuhan, maka kita cenderung pasrah… Tidak melawan. Kan ini kehendak Tuhan, masa dilawan? Padahal sesungguhnya itu tipuan si musuh.
Tetapi jika kita sadar sepenuh hati bahwa sakit ini akibat ulah si musuh, iblis, kita akan melawan dengan penuh semangat, menggunakan segala perlengkapan senjata Allah dan otoritas yang diberikan-Nya untuk menghancurkan musuh.
Persepsi harus benar, agar kita dapat mengambil keputusan serta tindakan yang benar pula. Perception precedes reality…. Persepsi yang benar mendahului realitas.
Dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan membebaskan kamu, kata Tuhan.
Pegang kebenaran, maka kita akan berjalan di jalan yang membawa kita menuju tujuan yang ditetapkan Tuhan dalam menciptakan kita.
God’s unconditional love is a very difficult concept for people to accept because, in the world, there’s always payment for everything we receive. It’s just how things work here. But God is not like people! — Joyce Meyer
Kasih Tuhan yang tanpa syarat adalah konsep yang sangat sulit diterima manusia karena, di dunia, selalu ada pembayaran untuk semua yang kita terima. Begitulah cara kerja di sini. Tapi Tuhan tidak seperti manusia! — Joyce Meyer.
YennyIndra TANGKI AIR & PIPA PVC MPOIN PLUS & PIPAKU PRODUK TERBAIK PEDULI KESEHATAN
“Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita:” Roma 12:6 (TB).
Penting bagi kita dapat mengenali ekspresi anugerah Tuhan yang berlainan, yang dimiliki oleh setiap kita.
“Sebagaimana setiap orang telah menerima anugerah, demikian juga setiap kita melayani satu sama lain, sebagai penatalayan yang baik dari berbagai anugerah Allah. Jika ada orang yang berbicara, biarlah dia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah; jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah.” 1 Petrus 4:10-11 (TB).
Normal bagi mereka yang diberkati di suatu bidang, mengharapkan semangat dan komitmen yang sama di bidang itu dari orang-orang di sekitar mereka. Seorang Penginjil mengharapkan setiap orang seharusnya menjadi penginjil seperti mereka. Administrator, mereka yang bersemangat di bidang politik, di bidang pelayanan anak-anak, di bidang misi, dll. Mereka semua percaya, area anugerah yang mereka miliki, seharusnya normal dimiliki semua orang.
Saya telah memperhatikan dalam kehidupan saya sendiri, betapa meningkatnya frustrasi, ketika saya mencoba berjalan dalam anugerah dan tujuan hidup orang lain. Meski pun saya dapat mendukung dan menyetujui hasrat khusus Anda, saya mungkin tidak selalu dapat berpartisipasi sebanyak yang Anda inginkan. Saya tidak mengharapkan semua orang di sekitar saya menjadi guru Firman pula.
Saat kita bertumbuh dalam menemukan apa karunia dan anugerah yang Tuhan berikan kepada kita, mari tunjukkanlah anugerah kepada mereka yang memiliki panggilan dan hasrat yang berbeda. Semua orang tidak akan seperti Anda, dan mungkin itu hal yang terbaik.
[Repost ; “Differing Gifts”, – Barry Bennett, Penerjemah Yenny Indra].
YennyIndra TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC MPOIN PLUS & PIPAKU PRODUK TERBAIK PEDULI KESEHATAN