Apa yang membedakan kita dari binatang? Kata-kata! Kata-kata adalah ekspresi jiwa manusia. Semua manusia adalah makhluk spiritual yang dapat bernalar, memilih, dan mengucapkan kata-kata yang dapat membunuh atau menghidupkan.
Kekuatan kata-kata adalah kekuatan yang luar biasa. Kata-kata adalah kekuatan paling kuat di alam semesta. Tuhan menciptakan semua yang ada dengan kata-kata. Segala sesuatu disatukan oleh firman kuasa-Nya. Dia telah memberi kita kekuatan kata-kata untuk memerintah dalam hidup.
Kehidupan dibentuk dan dibentuk oleh kata-kata. Banyak dari kita telah terluka oleh kata-kata. Kita telah menyakiti orang lain dengan kata-kata. Kata-kata mempengaruhi materi, tetapi juga mempengaruhi emosi dan perasaan.
Saya percaya bahwa banyak penyakit yang ‘diinduksi oleh kata-kata.’ Puluhan tahun berbicara negatif, ketakutan, kepahitan, kebencian, dll, dapat menumpuk dan bermanifestasi sebagai sakit atau penyakit.
Kata-kata mempengaruhi kehidupan kita, baik itu diucapkan oleh kita mau pun kepada kita. Orang tua melakukan kerusakan besar pada anak-anak mereka dengan mengucapkan kata-kata negatif kepada mereka atau di hadapan mereka.
Perang dimulai dengan kata-kata. Pernikahan dimulai dengan kata-kata. Perceraian dimulai pula dengan kata-kata. Penglihatan besar dan iman diungkapkan dengan kata-kata, seperti juga ketakutan, keraguan dan ketidakpercayaan.
Kata-kata dapat menjadi kekuatan hidup-Nya yang membebaskan Anda, menyembuhkan Anda dan memberi Anda sumber daya untuk memenuhi tujuan hidup Anda. Bagaimana Anda bisa menggunakan kata-kata untuk kebaikan?
Anda dapat menjalani kehidupan yang berkelimpahan (kata-kata Anda). (Amsal 18:20).
Anda dapat menghasilkan hal-hal yang baik (di masa depan Anda). (Matius 12:35).
Anda bisa sepakat dengan orang lain dan melipatgandakan kekuatan iman. (Matius 18:19).
Anda dapat memerintah hambatan dalam hidup Anda untuk pergi, dan mereka harus mematuhinya. (Markus 11:23).
Anda dapat berbicara kepada Tuhan dengan iman. (Markus 11:24).
Anda dapat memberkati orang lain. (Ibrani 7:7).
Anda dapat melayani orang lain dan kata-kata yang Anda sampaikan adalah firman Tuhan! (1 Tesalonika 2:13).
[Repost ; “Are You Speaking Death?”, – Barry Bennett, diterjemahkan oleh Yenny Indra].
YennyIndra TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC MPOIN PLUS & PIPAKU PRODUK TERBAIK PEDULI KESEHATAN
“Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.” Lukas 2:13-14 (TB).
Bagaimana para malaikat bisa memberitakan ‘kabar baik’ dan perdamaian di bumi?
Dunia masih berada dalam kegelapan, kuasa dosa dan di bawah kuasa iblis. Masih ada perang, kelaparan, bencana mau pun penderitaan. Orang-orang Yahudi masih terhilang di bawah hukum Taurat, sementara orang-orang Non Yahudi hidup tanpa Tuhan mau pun harapan.
Tuhan menjadi bayi. Dia harus dilahirkan sebagai bayi, yang perlu pertolongan, tak berdaya dan harus bergantung pada orang lain. Dialah Anak Manusia. Dihadapkan pada bahaya dunia, dicari oleh iblis dan ditandai untuk dibunuh.
Ketika para malaikat bernyanyi, Herodes belum mengirim pasukannya untuk mencari dan membunuh Dia. Keluarga Yusuf dan Maria, belum melarikan diri ke Mesir, melewati perjalanan yang panjang dan penuh berbahaya. Dia masih belum bertumbuh pula, baik dalam kebijaksanaan mau pun perawakan tubuhnya. Dia masih belum menjadi tukang kayu.
Dia belum dipenuhi Roh Kudus. Belum mengalahkan godaan iblis. Belum menyembuhkan satu orang pun atau mengusir satu iblis pun. Dia belum ditolak oleh orang-orang di kampung halamannya sendiri.
Dia belum disiksa di Taman dan keringat bercucuran darah pun belum mengalir. Belum dikhianati oleh Yudas serta mengalami pengadilan ilegal, dipukuli serta diejek. Dia belum disalibkan. Belum dijadikan dosa serta dijadikan kutuk. Belum menderita dengan bilur-bilur yang menyembuhkan penyakit kita. Dia masih harus mengalami ditinggalkan oleh Tuhan, mati, dan turun ke kedalaman bumi. Menaklukkan kubur, bangkit kembali dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa, dalam posisi menang.
Ketika para malaikat bernyanyi, belum ada sesuatu yang terjadi. Seorang bayi telah lahir. Tetapi mereka menyatakan firman Allah itu sendiri: “Damai di bumi, niat baik terhadap manusia.”
Bagaimana?
“Allah, …. yang menjadikan dengan firman-Nya apa yang tidak ada menjadi ada.” Roma 4:17 (TB).
Allah memiliki iman dalam Firman-Nya. Firman itu menjadi daging, dan iman Allah menyatakan akhir dari permulaan: “Damai sejahtera di bumi, kehendak Allah yang baik bagi manusia.”
Kedamaian datang sebagai benih, dan ketika diyakini dan diterima di hati manusia, ada kedamaian dengan Tuhan dan kedamaian di dalam diri kita sendiri. Inilah hadiah Tuhan untuk dunia.
[Repost ; “The Faith of Christmas”, – Barry Bennett, diterjemahkan oleh Yenny Indra].
YennyIndra TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC MPOIN PLUS & PIPAKU PRODUK TERBAIK PEDULI KESEHATAN
“Yenny, aku mau tanya tentang seputar kesehatan dan kuasa kesembuhan yang sudah ada dalam diri kita. Apakah mempunyai asuransi kesehatan itu sesuai dengan kehendak Tuhan?,” tanya seorang teman.
“Saya punya asuransi kesehatan, bahkan saya ambil yang besar. Mumpung saya masih bisa, supaya tidak membebani anak-anak kelak. Asuransi ibarat payung. Sedia payung sebelum hujan. Kalau sudah sakit, mau cari asuransi sudah gak bisa.”
Guru-guru Charis di US, di negara maju, semua dicover asuransi. Apakah artinya tidak beriman? Tidak juga.
Tuhan mengajar kita agar mempersiapkan diri, baik pada masa baik mau pun buruk. Tindakan membeli asuransi itu sendiri tidak menunjukkan kurangnya kepercayaan kepada Tuhan; sebaliknya, ini menunjukkan perencanaan yang tepat. Tuhan ingin kita menafkahi keluarga kita dan memastikan keluarga kita terpelihara. Asuransi menjawab kebutuhan itu.
Greg Mohr, guru saya bercerita, pada tahun 1975, John Osteen, hamba Tuhan terkenal dunia, sakit jantung dan harus dioperasi. Saat dirawat rumah sakit menunggu jadwal operasinya, john mendengar Tuhan berkata, “Pulanglah. Tidak perlu operasi. Aku akan menyembuhkanmu.” Maka John Osteen pun taat. Dan dia sembuh secara supernatural.
Pada tahun 1986, jantung John Osteen bermasalah lagi. Kembali John Osteen ke rumah sakit. Dan kali ini, John Osteen mendengar Tuhan menyuruhnya operasi. Maka dia pun operasi dan sembuh.
Banyak orang berkomentar, “John Osteen tidak beriman. Dia operasi… Oh… “
Mereka terkejut dan kecewa. Seolah dunia bergoncang. Padahal Iman timbul karena pendengaran, pendengaran akan perkataan Tuhan. John Osten mendengar dan taat pada apa yang Tuhan katakan. John Osteen beriman.
Ada orang yang menganggap kalau minum obat, ke dokter, operasi berarti tidak beriman. Itu salah! Dokter adalah alat Tuhan untuk menyembuhkan kita juga. Tuhan bisa menyembuhkan melalui cara supernatural mau pun yang natural.
Nach John Osteen saat membutuhkan tindakan medis, karena semua sudah dicover asuransi, maka tidak mengganggu keuangan keluarga. Inilah yang disebut orang yang bijak, mempersiapkan diri baik pada masa baik mau pun buruk, sesuai ajaran Tuhan.
Barry bennett bercerita, saat di Guatemala beliau sakit lever. Badannya sudah kuning semua. Obat dokter tidak membantu. Saat sedang menggali firman, ada firman yang seolah-olah hidup, janji Tuhan bahwa dia sudah sembuh. Meski saat itu secara fisik semuanya masih sama, tetapi Barry yakin dia sudah sembuh. Itulah yang terjadi.
Pernah pula Barry Bennett bermasalah dengan matanya. Dan itu mengganggu saat dia harus mengajar. Meski sudah berulang kali Barry bertanya kepada Tuhan, tetapi dia tidak mendapatkan jawaban. Apa yang Barry lakukan? Dia operasi menuruti saran dokter. Sembuh.
Yang terakhir, Barry terkena kanker. Meski dokter bilang tidak ada harapan, namun Barry mendengar suara kecil di dalam hatinya, bahwa dia akan sembuh. Barry tetap mengikuti prosedur dokter. Dioperasi, dan dichemo terapi. Meski dokter bilang kemungkinan kecil bisa sembuh, terbukti Barry sembuh. Mixed natural dan supernatural.
Yang natural di rumah sakit, tentu butuh biaya. Tetapi karena dicover asuransi, tidak mengganggu keuangan keluarga.
Raja Salomo mengajarkan, belajarlah kepada semut, bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan makanannya di musim panas.
Semut saja begitu bijak, menabung, menyimpan makanan untuk persediaan di musim panas, tentunya kita manusia, makhluk tertinggi yang diciptakan Tuhan haruslah lebih bijak lagi. Cerdik seperti ular tetapi tulus seperti merpati.
Setuju?
When you are going in God’s direction, then you need to know that everything you are going through is preparing you to receive what God wants for you – Coach Kaki.
Ketika Anda berjalan ke arah Tuhan, maka Anda perlu tahu bahwa semua yang Anda alami sedang mempersiapkan Anda untuk menerima apa yang Tuhan inginkan untuk Anda – Coach Kaki.
YennyIndra TANGKI AIR & PIPA PVC MPOIN PLUS & PIPAKU PRODUK TERBAIK PEDULI KESEHATAN
Acara “Thurman Scrivner on Sid Roth” sungguh memukau.
Pada suatu hari ada polisi yang mencari Thurman, memberitahu bahwa istrinya, Betty, dan putrinya, Amanda, dan cucunya Kathleen yang berusia 3 tahun, beserta seorang temannya, terlibat kecelakaan. Mobil yang dikendarai dengan kecepatan 75 miles/hr, sekitar 120km/jam menabrak truk dan hancur. Istri serta putrinya meninggal dunia. Cucu dan teman cucunya dalam keadaan kristis. Wajahnya hancur, matanya terlepas dari saluran otaknya.
Dalam keadaan demikian, Thurman tetap tenang dan percaya bahwa cucu serta teman cucunya akan tetap hidup dan sembuh total. Padahal entah berapa banyak tulang-tulang patah baik di wajah mau pun kakinya. Mobil yang dikendarai hancur tak berbentuk. (lihat foto)
Dokter mengatakan kalau pun selamat, mereka akan jadi makhluk seperti ‘sayur’ alias tidak berguna dan tidak bisa berbuat apa-apa.
Tetapi Thurman tetap yakin, percaya dan beriman.
“Apakah kamu mendengar suara Tuhan yang mengatakan cucumu akan sembuh?” tanya Sid Roth.
“Tidak. Tetapi saya punya Alkitab yang merupakan suara Tuhan” jawab Thurman.
Dieeenk….. Saya sungguh terpesona.
Bagi Thurman Firman Tuhanlah realitas yang sesungguhnya, bukan fakta secara kasat mata. Seburuk apa pun kondisi cucunya, Thurman yakin cucunya akan sembuh, dapat melihat, berjalan lagi dan normal sempurna.
Apa yang dilakukan Thurman? Selama 10 jam beliau mendeklarasikan firman Tuhan. Secara bertahap cucunya sembuh. Tanpa operasi, wajah yang hancur, mata yang lepas dari sambungan otak dan kaki yang patah, semuanya utuh kembali. Tanpa cacat sedikit pun. (lihat foto)
Ketika sharing tentang hal ini dengan B. Henny, Marlina, Dacy, Merry dan B. Ribka, tiba-tiba kami sadar…. Betapa seringnya saat membaca Alkitab kami sibuk menunggu rhema: firman Tuhan yang dihidupkan. Tidak selalu rhema itu muncul tetapi sesungguhnya Firman Tuhan itu ya Suara Tuhan yang tertulis. Thurman TIDAK menanti mendapatkan rhema, tetapi berpegang pada firman Tuhan yang tertulis.
Ini menempelak kami…. Dan kami sadar, kami tidak perlu menantikan sensasi atau perasaan saat berhubungan dengan Tuhan.
Banyak orang yang menantikan sensasi hadirat Tuhan dengan meneteskan airmata atau merasa bulu kuduk berdiri atau sensasi lainnya. Semua bisa saja terjadi, tetapi Iman Bukanlah Perasaan.
Suatu ketika Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja.
Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka, dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu. Maka nampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus.
Kata Petrus kepada Yesus: “Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.” Ia berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan. Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia.”
Dan sekonyong-konyong waktu mereka memandang sekeliling mereka, mereka tidak melihat seorang pun lagi bersama mereka, kecuali Yesus seorang diri. Markus 9:2-8 (TB)
Untuk membuktikan bahwa pengalaman mereka di gunung bukan sekedar dongeng, Petrus mengatakan,
“Kami menyaksikan, bagaimana Ia (Yesus) menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa, ketika datang kepada-Nya suara dari Yang Mahamulia, yang mengatakan: “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” Suara itu kami dengar datang dari sorga, ketika kami bersama-sama dengan Dia di atas gunung yang kudus. Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu. Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri.” 2 Petrus 1:17-20 (TB)
” Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi,” kata Petrus. *Berarti meski pun mendapatkan penglihatan yang spektakuler, disertai suara yang terdengar dari surga, yang dilakukan Petrus adalah melihat kembali ke Kitab Suci untuk memastikan semua itu selaras dengan nubuatan para nabi.
Kesimpulannya, Petrus menghargai Firman lebih tinggi daripada penglihatan dan suara yang diterimanya bersama Yohanes dan Yakobus saat melihat transfigurasi Yesus bersama dengan Musa dan Elia.
Pelajarannya, berpeganglah pada Firman Tuhan karena Firman itu adalah Allah. Jangan mengejar perasaan, penglihatan atau nubuatan. Kalau pun kita menerimanya, harus dipastikan ulang, selaraskah dengan Firman? Firman itu otoritas yang tertinggi. Firman yang dapat menghapus keraguan.
“Yesus sendiri ketika dicobai oleh setan, berkata, “Ada tertulis….” dan bukan “Bapa berkata…”, demikian Bu Henny mengingatkan. Yesus berpegang pada Firman, bukan suara yang didengar.
Bersyukur sekali hidup saya dikelilingi oleh teman-teman yang betul-betul memprioritaskan Tuhan. Konon biasa ibu-ibu kalau berkumpul, sibuk cerita gossip, shopping atau cerita tentang anak. Tetapi uniknya, teman-teman sambil cerita ngalor- ngidul, setiap topik dikaitkan dengan firman Tuhan dan bagaimana menghidupinya. Inilah yang memicu pemahaman kian mendalam.
Yuliadi, sohib saya, yang mengirimkan link Thurman Scrivner on Sid Roth. Bukan link artis atau tik tok yang sedang trend. Iman pun kian bertambah kuat dengan banyaknya resources rohani yang bagus dan teman-teman yang sungguh-sungguh cinta Tuhan.
Ketika kita memikirkan hal-hal Ilahi, kita menjadi seperti Dia. Firman yang ditanam di dalam kita, – bukan google atau gossip – yang akan menyelamatkan kita. Penting diingat, apa yang kita pikirkan, endingnya menjadi perkataan & perbuatan kita.
Inilah kekayaan yang tak ternilai harganya. Hidup dipenuhi damai sejahtera dan sukacita dari Allah. Dengan siapa kita bergaul, menentukan masa depan kita, juga ending kita di mana?
Pertanyaannya: Siapa teman-teman Anda?
In the beginning was the Word, and the Word was with God, and the Word was fully God.
Pada mulanya adalah Firman, dan Firman itu bersama-sama dengan Allah, dan Firman itu sepenuhnya adalah Allah.
YennyIndra TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC MPOIN PLUS & PIPAKU PRODUK TERBAIK PEDULI KESEHATAN
Setiap orang bisa membeli buku bagus, tetapi tidak semua orang suka membaca. Ada yang punya buku, suka membaca, tetapi tidak ada waktu untuk membacanya. Nach… Saya suka membaca dan punya waktu juga membacanya, jadi saya ingin menulis berkat yang saya dapatkan dari buku bagus yang sedang saya baca dalam Seruput Kopi Cantik. Setuju?
Saat ini saya sedang belajar dari buku *”The Perfect You” – Dr. Caroline Leaf, untuk Menemukan Potensi Dari Identitas Kita.*
Konon Albert Einstein pernah berkata, “Saya ingin mengenal pikiran-pikiran Allah, selebihnya hanyalah detil.”
Einstein menyadari pikiran Allah merupakan bagian yang tidak terpisahkan untuk memahami siapa diri kita yang sempurna. Sebab *di dalam Dialah kita hidup, bergerak dan ada*. Setiap kita diciptakan Allah secara unik, satu-satunya, limited edition dan peran kita tak tergantikan.
Allah mendesain masing- masing kita memiliki diri kita yang sempurna, yang merupakan cerminan Allah, di mana dari situ muncul identitas dan tujuan kita sebagai penatalaksana ciptaan dan kemuliaan-Nya.
Kalau ingin mencari jati diri kita yang sejati, haruslah kembali kepada sang pencipta kita.
****** Einstein suatu kali berkata, Allah tidak berjudi ketika menciptakan alam semesta. Sebagai fisikawan klasik, Einstein percaya bahwa alam semesta diatur dengan hukum-hukum tertentu yang menentukan segala hal terjadi. Einstein tidak menyukai konsep alam semesta yang terbuka dan kehendak bebas. Itulah sebabnya, penganut faham ini menganggap apa pun yang terjadi di dunia ini adalah kehendak Allah atau seijin Allah.
Tentu saja faham ini bertentangan dengan perkataan Tuhan sendiri: *Pencuri (si musuh) datang untuk mencuri membunuh dan membinasakan. Tetapi Tuhan datang supaya kita mempunyai hidup, dan mempunyainya di dalam segala kelimpahan.*
Penyakit, malapetaka yang bisa merugikan, membunuh dan membinasakan, tentu bukan dari Tuhan.
Dengan Fisika Kuantum, terbukti, mungkin sekali Allah memang berjudi. Dengan kasih dan anugerah-Nya, Allah tidak memaksa kita untuk mengasihi dan melayani-Nya. Allah mendesain kita menjadi cerdas, yang merupakan cerminan dari gambar diri-Nya yang mulia, memiliki kebebasan memilih dalam menjalani hidup kita. Allah mengambil resiko memberi kita Free Will, kehendak bebas.
“Kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu.” kata Tuhan.
Filsuf Keith Ward berkata, “Kalau Allah ingin manusia hidup bebas, tidak didikte, mampu membuat pilihannya sendiri, maka Allah harus berjudi ketika menciptakan alam semesta agar kebebasan bisa diwujudkan.”
Kasih memang mengandung resiko. Dan Allah mengambil resiko itu. Menciptakan manusia yang memiliki kehendak bebas, bukan boneka atau robot yang diprogram untuk mentaatinya. Kebebasan yang diberikan-Nya, merupakan demonstrasi keinginan-Nya untuk membangun hubungan yang intim dengan manusia. Manusia memilih mengasihi dan mentaati dengan kehendak bebasnya, bukan karena dipaksa.
******
Manusia diciptakan serupa dan segambar dengan – Nya, memiliki kuasa seperti diri-Nya. As He is, so are we in this world. Sama seperti Dia, demikian kita di dunia ini. Wow…..
Apa arti diri kita yang sempurna? Diri kita yang sempurna adalah cerminan Allah di mana dari situ muncul identitas dan tujuan kita sebagai penatalaksana ciptaan dan kemuliaan-Nya.
Diri kita yang sempurna adalah cara kita yang unik dalam berpikir, cara kita yang unik dan spesifik untuk merasa dan cara kita yang unik serta spesifik dalam memilih.
Ketika berpikir, itu mempengaruhi intelektual, emosi dan kehendak. Pemikiran-pemikiran itu menentukan perkataan dan tindakan kita yang unik, memanifestasikan diri kita yang sempurna serta pandangan hidup kita yang spesifik. Itulah kesejatian diri kita.
Kebebasan kreatif yang kita miliki dalam kesejatian diri kita, adalah realitas yang sungguh-sungguh bukan illusi. Dengan kesejatian diri, kita membangun pikiran-pikiran kita menjadi realitas, menjadi nyata.
Pernahkah memperhatikan, apa yang kita takutkan, justru itu yang terjadi? Kita mencipta atau menarik apa yang kita pikirkan. Setiap pikiran kita mempengaruhi orang lain dan sebaliknya. Segala sesuatu diciptakan di dalam dan melalui Allah, maka ciptaan Tuhan saling terkait.
John Bell dengan Teori Bell yang dirumuskannya di Geneva pada tahun 1964, mengatakan: Ada Quantum Entanglement yang tidak bisa dipisahkan antara setiap bagian dengan bagian lainnya. Tidak peduli seberapa jauhnya jarak dan waktu, semua partikel saling terhubung, mempengaruhi satu sama lain: Relasi Itu Terjadi Melampaui Ruang & Waktu.
Yess…. Artinya kita bisa mempengaruhi hingga ke belahan dunia lain, melampaui ruang dan waktu, dengan pikiran kita.
Pelajarannya:
Perhatikan apa yang kita pikirkan. Karena suka atau tidak, pikiran itu mencipta apa yang kita pikirkan. Entah itu pikiran yang baik, mau pun yang buruk. As He is so are we in this world.
Tidak semua pikiran itu pikiran kita sendiri. Ada 3 macam pikiran di kepala kita: 1. Pikiran Allah, ketika merenungkan firman dan mendengarkan-Nya. Saat hati dipenuhi iman, anugerah Allah lancar mengalir. Anugerah adalah apa pun yang kita butuhkan, yang telah Tuhan sediakan. 2. Pikiran si musuh, ketika kita membuka celah atau membiarkan pikiran kosong, si musuh menggoda kita dengan pikiran jahatnya. Atau justru meneror, menakut-nakuti. Ketika takut, anugerah Allah terhambat mengalir. 3. Pikiran kita sendiri.
Dengan cara cerdas mengamati pikiran-pikiran kita dan memilih pikiran yang benar, kita tengah menciptakan kesuksesan, kebahagiaan dan kesehatan bagi diri kita sendiri.
Siap memikirkan kebenaran? Yuk….
For as he thinks within himself, so is he.
Karena seperti apa yang dipikirkan seseorang di dalam dirinya, demikian dia.
YennyIndra TANGKI AIR & PIPA PVC MPOIN PLUS & PIPAKU PRODUK TERBAIK PEDULI KESEHATAN