“Jenis Kasih Tuhan dalam Pernikahan.”
Gospel Truth’s Cakes
Yenny Indra
“Jenis Kasih Tuhan dalam Pernikahan.”
Sangat sedikit hal-hal di dunia saat ini, yang dulu pernah menjadi bagian dari rencana Allah yang sempurna bagi umat manusia. Sistem pemerintahan yang rumit, dengan semua pengawasan dan keseimbangan serta hukumnya, tidak akan diperlukan jika bukan karena korupsi yang dihasilkan oleh dosa. Sistem moneter, dengan semua pembelian dan penjualan, tidak akan diperlukan di dunia tanpa dosa, dimana setiap orang memperlakukan orang lain seperti mereka ingin diperlakukan. Dan berbagai hal lainnya yang dianggap institusi dalam masyarakat kita saat ini, sesungguhnya tidak pernah dimaksudkan oleh Tuhan. Ini semua diadakan hanya sebagai cara untuk mencoba mengatasi dan mengendalikan penyimpangan yang masuk ke dunia melalui dosa.
Tetapi ada satu hal yang Tuhan tetapkan ketika manusia masih dalam kondisi tidak berdosa dan mengatakan bahwa tidak baik bagi manusia untuk seorang diri saja adalah pernikahan.
Kejadian 2:18 (TB). TUHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.”
Seorang pria sempurna yang tidak memiliki tekanan atau masalah, seperti yang kita ketahui hari ini pun, masih belum lengkap tanpa pasangan. Dan bukan Adam yang mendekati Tuhan sehubungan dengan situasi ini dan meminta pendamping. Adam tidak tahu apa yang dia lewatkan! Tuhanlah yang berinisiatif memulai semuanya, karena Pernikahan adalah rencana-Nya yang sempurna.
Semua ini menekankan betapa Pernikahan seharusnya menempati prioritas tinggi dalam kehidupan kita. Namun, biasanya Pernikahan tidak menempati posisi sepenting itu.
Bahkan orang Kristen saat ini, hanya melakukan sangat sedikit usaha dalam Pernikahannya, oleh karena itu, kita hanya mendapatkan sangat sedikit manfaat pula dalam Pernikahan. Kita telah memiliki visi, apa saja berkat yang Tuhan maksudkan untuk Pernikahan, namun semua itu menjadi kurang diminati, akibat banyaknya contoh Pernikahan yang menyedihkan, yang terjadi di sekitar kita hari-hari ini.
2 Korintus 10:12 (TB) mengatakan: “Memang kami tidak berani menggolongkan diri kepada atau membandingkan diri dengan orang-orang tertentu yang memujikan diri sendiri. Mereka mengukur dirinya dengan ukuran mereka sendiri dan membandingkan dirinya dengan diri mereka sendiri. Alangkah bodohnya mereka!”
Inilah yang telah terjadi selama bertahun-tahun. Kebanyakan pasangan tidak tahu apa yang Tuhan maksudkan dengan Pernikahan, jadi mereka menerima hubungan di bawah standar yang sama, yang mereka lihat telah dialami orang lain. Mereka berpikir konflik hanyalah bagian normal Pernikahan; dan pasangan yang hanya hidup berdampingan tanpa pertempuran lahiriah, dianggap sebagai pasangan yang ideal, meski pun pasangan itu mungkin mengalami perang dingin yang berkecamuk. Bagaimana pun, semua orang mengalami masalah dengan Pernikahan mereka hari ini.
Yah, saya dengan senang hati mengumumkan bahwa tidak semua orang mengalami masalah dengan Pernikahan mereka pada hari ini! Tuhan bergerak dengan kuat di area ini, dan terlepas dari apa yang dialami oleh pasangan lain di seluruh dunia, orang Kristen dapat memiliki yang terbaik dari Tuhan di dalam rumah tangga mereka. Tuhan menetapkan Pernikahan, jadi Dia pasti tahu bagaimana membuatnya bekerja dengan benar. Satu-satunya alasan dua dari tiga Pernikahan di Amerika berakhir dengan perceraian adalah karena orang-orang yang terlibat di dalamnya, tidak mengikuti petunjuk yang Tuhan berikan tentang Pernikahan. Sesederhana itu. Solusinya tidak mudah, tetapi sesederhana itu.
Apa yang Tuhan katakan tentang pernikahan?
Dari Efesus 5:22-23 (TB). “Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh; kita mendapatkan cukup banyak petunjuk.”
Artikel ini tidak memberikan ruang yang cukup bagi kita untuk membahas semua hal yang disampaikan kitab suci ini tentang Pernikahan, tetapi tentu saja satu prinsip yang terjalin di antara semuanya adalah kasih: jenis kasih Tuhan.
Penting bagi kita untuk menyadari bahwa — lembaga Pernikahan Tuhan hanya akan bekerja dengan jenis kasihnya Tuhan.–
Dalam menasihati ratusan pasangan, saya telah menemukan bahwa banyak orang Kristen, bahkan mereka yang telah dibaptis oleh Roh Kudus, masih melayani satu sama lain dengan kasih duniawi yang sama seperti sebelum mereka menjadi orang Kristen. Dalam banyak kasus, awalnya mereka mulai menerapkan kasih Tuhan kepada saudara dan saudari seiman di dalam tubuh Kristus dan mengembangkan sikap “terbeban bagi yang terhilang”, namun sulit menerapkan cara yang serupa, dalam hubungan dengan pasangan mereka. Jenis kasih Tuhan ini juga harus diterapkan dalam Pernikahan kita.
Salah satu perbedaan yang paling mencolok bagi saya antara kasih dunia dan jenis kasih Tuhan adalah, kita dapat mengajar diri kita sendiri untuk beroperasi di dalam kasih Tuhan.
Titus 2:4, mengatakan bahwa wanita yang lebih tua harus mengajar wanita yang lebih muda “untuk mengasihi suami mereka, untuk mengasihi anak-anak mereka.”
Kasih duniawi sepenuhnya dimotivasi oleh emosi atau indera, tetapi kasih Tuhan datang dari hati, meski perasaan pasti terpengaruh, mereka tidak memotivasi atau menghalangi kasih Tuhan.
Cinta duniawi digambarkan oleh seorang anak laki-laki telanjang, kecil, gemuk yang berkeliling menembaki orang-orang dengan panah untuk menyebabkan mereka “jatuh” cinta atau “mabuk” karena cinta. Itu sama sekali bukan cinta sejati.
Kasih Tuhan tetap sama kemarin, hari ini, dan selamanya. Begitulah Tuhan (Ibrani 13:8) dan Tuhan adalah kasih (1 Yohanes 4:8). Orang yang mengasihi satu menit, kemudian suasana hatinya berubah dan mereka bertindak sebaliknya pada menit berikutnya, sama sekali tidak beroperasi dalam kasih Tuhan. Mungkin saja kita ingin bereaksi dengan kemarahan, tetapi kita bisa memilih untuk bertindak dalam kasih.
Banyak orang bingung tentang hal ini dan berpikir, saya tidak bisa bertindak mengasihi mereka, jika saya tidak merasakannya. Oh, kita bisa!
Firman Tuhan memberitahu kita untuk mengasihi bahkan pada musuh kita (Maius. 5:44). Ini sebuah perintah.
Dia tidak mengatakan, untuk melakukannya jika kita menginginkannya. Jika kita memilih melakukan apa yang Tuhan perintahkan, perasaan kita akan mengikuti.
Kita dapat mengajar diri kita sendiri untuk mengasihi dengan jenis kasihnya Tuhan.
Seseorang yang benar-benar lahir baru, ingin melakukan apa yang Tuhan katakan walau pun dia tidak selalu merasa ingin melakukannya. Perasaan kita telah dirusak oleh kehidupan lama, sebelum kita datang kepada Kristus. Sekarang kita berada didalam Kristus, kita memiliki janji-Nya bahwa roh kita telah diubahkan secara total (2 Korintus. 5:17) dan menjadi seperti Dia.
Galatia 5:22 mengatakan, kasih adalah bagian dari buah Roh. Ini secara khusus berbicara tentang Roh Kudus; manusia baru kita lahir dari Roh, jadi sungguh benarlah kasih Tuhan telah dicurahkan ke dalam roh kita juga. Kita memang memiliki kasih Tuhan dalam diri manusia baru kita. Namun, perasaan kita tidak secara otomatis berubah. Perasaan kita akan terus bertindak, sebagaimana kita diajar untuk bertindak, hingga kita menaklukkannya dan membawanya di bawah kendali manusia roh kita. Tidaklah munafik untuk bertindak dalam kasih, meski kita tidak merasakannya. Justru sungguh munafik untuk bertindak berdasarkan apa yang kita rasakan, alih-alih bertindak sesuai dengan siapa kita sebenarnya di dalam Kristus Yesus.
—Jenis kasih Tuhan adalah pilihan yang kita ambil, berdasarkan apa yang Tuhan katakan, dan kemudian bertindak dengan iman sampai menjadi kenyataan dalam roh, jiwa, dan tubuh kita.—
Jika kita dapat menerima kebenaran dasar tentang kasih Tuhan ini, maka kita dapat mulai konsisten dalam mengasihi pasangan kita, —karena kasih kita didasari pada pilihan yang telah kita putuskan, bukannya berdasarkan apa yang mereka lakukan.—
Inilah akar penyebab dari hampir semua perselisihan di dalam pernikahan. Semuanya baik-baik saja sampai salah satu pasangan melakukan kesalahan pada yang lain, dan terjadilah pertengkaran.
Tidakkah kita senang, karena Tuhan tidak memperlakukan kita seperti itu?
Roma 5:8 mengatakan, “Allah menyatakan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.” Puji Tuhan!
—Kasih Tuhan tidak didasarkan pada apa yang telah kita lakukan untuk-Nya atau apa yang pantas kita terima, tetapi pada pilihan-Nya untuk mengasihi kita. Itulah yang terjadi secara lengkap!—
Kita tidak melakukan apa pun untuk mendapatkan kasih Tuhan. Dia yang memilih untuk memberikannya. Kita dapat memilih untuk menerima kasih semacam itu dan kemudian memberikannya kepada orang lain dengan cara yang sama.
Cara lain untuk mengatakannya, bahwa kasih Tuhan tidak bersyarat. Yesus tidak menunggu sampai kita layak atau telah bertobat sebelum Dia menyerahkan diri-Nya untuk menebus dosa-dosa kita. Dia memberikan diri-Nya bagi kita ketika kita masih berdosa dan hidup dalam pemberontakan melawan Dia (Roma 5:8). Kasih yang sama diperluas hingga menjangkau Hitler, sama seperti kasihnya kepada kita. Perbedaannya terletak pada penerimaan atau penolakan kita terhadapnya, bukan pada tawaran kasih-Nya. Kasih Tuhan tidak bersyarat.
Kita harus menerapkan kasih Tuhan yang tak bersyarat ini dalam Pernikahan kita. Jika tinggal bersama seseorang dalam jangka waktu yang lama, kita akan menemukan kesalahan mereka. Jika kasih kita bersyarat, maka kita akan mulai memberi mereka apa yang pantas mereka dapatkan, yaitu masalah. Dan kita pun yakin, ketika melakukan kesalahan, kita akan menuai apa yang telah kita tabur.
Saya dulu bekerja di ruangan gelap di studio fotografi. Kami bercanda tentang wanita-wanita ini yang akan datang untuk melihat bukti dalam foto mereka, lalu melontarkan komentar tentang betapa buruknya foto mereka. Mereka akan berkata, “Gambar ini tidak menggambarkan saya yang sesungguhnya!” Jawaban kami adalah, “Nyonya, Anda tidak membutuhkan penghakiman, Anda membutuhkan belas kasihan.”
Begitu juga di dalam pernikahan.
Pasangan kita, yang melihat kita dalam keadaan terburuk, harus memberi kita belas kasihan, bukan penghakiman. Kegagalan di bidang inilah akar dari sebagian besar masalah pernikahan. Banyak pasangan benar-benar menggunakan kasih yang bersyarat sebagai senjata untuk menekan dan memotivasi pasangan mereka untuk melakukan sesuatu.
Itu akan menghancurkan Pernikahan.
Jika alasan yang membuat pasangan kita tetap bertahan adalah ketakutan karena kita meledak marah jika mereka mengacau, maka kita menyiksanya.
Itulah yang dikatakan 1 Yohanes 4:18, “Ketakutan mendatangkan siksaan.”
Kita mungkin melihat beberapa hasil melalui metode itu, tetapi itu adalah fakta, bahwa kita sedang membangun kebencian serta penolakan di dalamnya, dan cepat atau lambat, itu akan meledak.
Kasih Tuhan tidak bersyarat.
[Repost : “God’s Kind of Love in Marriage”, – Andrew Wommack, diterjemahkan oleh Yenny Indra].
YennyIndra
TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN
Klik:
https://mpoin.com/