Mengapa beberapa orang mendengar Injil, menanggapi dengan begitu positif, sementara yang lain mengabaikan pesan kasih karunia, dan yang lainnya lagi menjadi marah dan agresif terhadapnya?
“Tetapi mereka tidak mau mendengarkan dan tidak mau memberi perhatian, melainkan mereka mengikuti rancangan-rancangan dan kedegilan hatinya yang jahat, dan mereka memperlihatkan belakangnya dan bukan mukanya.” Yeremia 7:24 (TB).
Hati adalah faktor penentunya. Hati beberapa orang menolak hal-hal dari Tuhan dan tidak ingin berhubungan dengan Tuhan. Yesus menyatakan bahwa beberapa orang lebih menyukai kegelapan daripada terang karena perbuatan mereka jahat. “Karena setiap orang yang melakukan kejahatan membenci terang.” (Yohanes 3:19-20).
Penulis Amsal menyatakan, ”Tipu daya ada di dalam hati orang yang merencanakan kejahatan.” Amsal 12:20 (TB).
Mengapa hati seseorang seperti ini? Hati yang tertipu akan menghalangi pengungkapan kasih dan anugerah Tuhan. Mari kita membaca pewahyuan Paulus tentang masalah ini.
“Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih. Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap.” Roma 1:20-21 (TB).
Semua orang tanpa alasan. Gelapnya hati mereka terjadi akibat langsung dari tidak memuliakan Tuhan, tidak bersyukur dan menjadi sia-sia dalam berpikir. Seperti yang Yesus katakan, beberapa orang membenci terang.
Saya tidak akan berpura-pura mengerti mengapa hati beberapa orang menolak pengetahuan tentang Tuhan. Namun, banyak orang di dunia ini yang mencari Tuhan. Mereka mungkin tidak mengenal Yesus atau memiliki pengetahuan yang benar tentang Allah. Mereka mungkin percaya takhayul atau terkunci dalam agama, tetapi ada sesuatu di dalam diri mereka yang mengakui Tuhan. Dengan cara mereka sendiri yang terbatas, mereka memuliakan Dia sebagai Tuhan.
Ketika mereka yang memiliki hati yang rendah hati terhadap Tuhan yang tidak mereka kenal mendengar Injil, apa yang terjadi?
“Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah kepada Allah. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus.” Kisah Para Rasul 16:14 (TB).
Hati Lydia terbuka bagi Tuhan. Dia tidak mengenal-Nya tetapi dia menyembah dengan caranya sendiri. Ketika hati yang mencari mendengar Injil, Tuhan membuka hati itu untuk menerima kebenaran.
Mari kita berdoa untuk hati mereka yang tampaknya keras terhadap Tuhan. Saya pernah menjadi salah satu dari orang-orang itu. Tidak ada seorang pun yang berada di luar jangkauan kasih-Nya. Jawabannya ada di hati.
[Repost ; “What is in your heart?”, – Barry Bennett, diterjemahkan oleh Yenny Indra]
YennyIndra TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC MPOIN PLUS & PIPAKU PRODUK TERBAIK PEDULI KESEHATAN
“Dont forget who you are”. Jangan lupa siapa dirimu.
Itu betul.
Tapi juga “dont forget who you are not”- jangan lupa juga siapa yang bukan dirimu.
Who you are not ?
1. You are not other. Dirimu adalah dirimu. Dirimu bukan orang lain. Dirimu bukan perbuatanmu. Jadi jangan semuanya kamu bebankan pada dirimu.
Orang yang lupa bahwa dirinya adalah dirinya, akan membebankan semua kepada dirinya. Jika ada yang komplain tentang pekerjaannya atau hasil karyanya, dia anggep itu personal , dia anggep dirinya yang bermasalah. Dia anggep orang lain tidak menyukai dirinya. Jika ada orang berkomentar tentang karyawannya atau temannya, dia anggep orang itu ngatain dirinya.
2. You are not God. Ada 2 kelompok extreme dalam hal perduli org lain dan sekitar.
Extreme kiri tidak mau perduli apa pun, tidak mau menolong orang lain sama sekali, tidak perduli sama sekali kondisi orang lain dan lingkungan.
Extreme kanan over tanggung jawab. Semuanya di timpakan kedirinya. Bahagia tidaknya semua org di sekitarnya di bebankan kepada dirinya.
Orang ini lupa bahwa dia bukan Tuhan. Orang ini selalu mau membuat semuanya sempurna , kondisi rumahnya sempurna. Orang ini juga bergantung pada kesempurnaan kinerjanya untuk menjaga semuanya baik. Orang ini akan sering sekali memantau cctv rumahnya untuk melihat kondisi anak-anaknya. Jika ada orang di sekitarnya yang tidak tertolong, orang ini merasa itu karena kesalahan dan kegagalannya. Orang ini memikul beban yg tidak seharusnya dia pikul.
Selama melayani orang-orang selama 30 tahun, saya mendapati, orang-orang yg mengalami masalah kelenjar tiroid dan penyakit chronn adalah orang-orang yang terjebak dalam hal ini. Mereka lupa mereka itu bukan orang lain, mereka lupa mereka itu bukan perbuatan atau karya mereka, mereka lupa mereka itu bukan Tuhan.
Setiap manusia punya kehendak bebas, jadi tidak selalu hal buruk yg terjadi pada orang-orang di sekitar kita itu adalah akibat kesalahan dan kegagalan kita.
Dr. Henry Wright
Sekarang saya paham mengapa hipertiroid saya sembuh. Saya SADAR, saya BUKAN TUHAN. 🙂 Pemahaman ini mengubah kehidupan saya 180 derajad.
Seorang sahabat yang tahu saya sedang menghadapi masalah, dia ingin membantu mediasi. Tetapi saya mencegahnya, “Nanti dulu. Saya tunggu arahan Tuhan. Butuh waktu tepat untuk menyampaikannya. Salah timing, bisa kacau-balau.” Sadar, saya bukan Tuhan!
Teman lain menawarkan investasi, dijamin untung. “Masuk sedikit dulu gapapa. Hitung-hitung bantu teman, untuk jaga hubungan…” Saya minta waktu untuk mempertimbangkan dan berdoa dulu. Sadar ini duit punya Tuhan, saya harus mempertanggungjawabkan kelak.
Terlebih lagi pelajaran saat ini “Conflict Resolution” oleh Carrie Picket, menekankan dalam segala sesuatu berespon sesuai kehendak Tuhan, bukan menuruti pikiran kita sendiri. Jadi ketika menghadapi pergumulan, diajar untuk membawanya kepada Tuhan terlebih dahulu. Respon dan keputusan yang diambil berdasarkan hikmat yang diperoleh karena hasil hubungan dengan Tuhan.
“Ingat kamu BUKAN Tuhan,” bisik hati saya mengingatkan, “Jangan sok pintar dan sok ngatur.” 🙂
Ketika cara saya meresponi masalah dan kehidupan berubah, ternyata tiroid saya normal kembali. Dan bonusnya pula HBA1C yang dulunya di ambang batas prediabetes, sekarang normal. Yeaaay….
Rupanya, ini cara hidup yang Tuhan inginkan, sehingga tubuh menjadi sehat. Pikiran tenang, Rest In The Lord, tubuh pun sehat.
Bagaimana dengan Anda?
It is health that is real wealth and not pieces of gold and silver.- Mahatma Gandhi.
Kesehatanlah yang merupakan kekayaan sejati dan bukan kepingan emas dan perak.-Mahatma Gandhi.
YennyIndra TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC MPOIN PLUS & PIPAKU PRODUK TERBAIK PEDULI KESEHATAN
Apa Rahasia Agar Terhindar Dari Angin Ribut Dan Badai Kehidupan?
Mengapa kita kerap menganggap Tuhan misterius dan kesulitan untuk memahami kehendak-Nya? Karena kita bersiteguh dengan nalar ala kita sendiri.
Itu tidak terjadi sekarang saja, tetapi sejak Yesus masih ada di muka bumi.
Tuhan Yesus memerintahkan murid-murid-Nya ke seberang. Saat itu Yesus dengan nyenyaknya tidur di buritan kapal.
Menurut nalar kita, selama kita bersama Yesus, tentunya semuanya berjalan mulus. Sama seperti kita, sudah berdoa, baca firman, beribadah maka seharusnya hidup lancar bak di jalan toll. Tetapi kenyataannya tidak demikian!
Badai dan angin ribut menerpa. Bahkan air sampai masuk ke dalam kapal. Sungguh membuat galau, cemas dan takut. Dan Yesus tetap tertidur nyenyak! Seolah tidak peduli… Huh…
Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?” Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: “Diam! Tenanglah!” Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Lalu Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” Markus 4:38-40 (TB)
Murid-murid terpukau… Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: “Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?” Markus 4:41 (TB)
Yang tidak disadari murid-murid, sebelum Yesus menghardik angin dan badai, sesungguhnya mujizat SUDAH terjadi. Meski air masuk ke dalam kapal, namun kapal itu tidak tenggelam.
Mujizat senantiasa menyertai saat ada Yesus di dalam kapal kehidupan kita! Yesus tinggal di dalam roh kita.
Kerapkali kita seperti murid-murid, membiarkan Yesus hanya berada di buritan ‘kapal kehidupan’ kita. Pikiran, keputusan, pertimbangan yang kita pedulikan hanyalah sesuai kepandaian dan kecerdasan kita sendiri. Ketika angin ribut dan badai menerpa, barulah kita sibuk berdoa, menggedor-gedor pintu surga dan meminta mujizat pertolongan-Nya. Tuhan baik! Dia selalu siap menolong kita dengan menghardik angin & badai. Dalam sekejap semuanya tenang…
Yang Tuhan mau, kita menempatkan-Nya menjadi nakhoda kapal kita. Ijinkan Dia yang memimpin serta mengarahkan kapal kehidupan kita. Dengan cara ini kita akan menghindarkan berbagai badai dan angin ribut yang tidak perlu Yesus tahu mana jalan yang terbaik, tercepat dan teraman bagi kita.
Pertanyaannya: Bersediakah kita menyerahkan kendali hidup kita ke dalam tangan-Nya?
Having God in your boat, it doesn’t mean that you’ll not face any storms. It means no storm can sink your boat. Walk in faith, you’ll never walk alone.
Memiliki Tuhan dalam perahu, itu tidak berarti bahwa kita tidak akan menghadapi badai apa pun. Namun artinya, tidak ada badai yang dapat menenggelamkan perahu kita. Berjalanlah dengan iman, kita tidak pernah berjalan sendiri.
YennyIndra TANGKI AIR *ANTI VIRUS* & PIPA PVC MPOIN PLUS & PIPAKU PRODUK TERBAIK PEDULI KESEHATAN
Sosmed, majalah, televisi, film dan berbagai media lainnya menampilkan dan ‘membujuk agar pemnontonnya mengikuti life style yang ditampilkannya. Ukuran kesuksesan, kebahagiaan, kecantikan dan berbagai ukuran lainnya, dipengaruhinya. Akibatnya, kita terjebak ingin seperti tokoh-tokoh yang ditampilkan di sana. Dan orang-orang melalui segala cara berusaha memenuhi kriteria tersebut.
Apakah dengan hidup glamour seperti yang ditampilkan bintang-bintang Hollywood membuat kita berbahagia? Belum tentu! Buktinya tidak sedikit bintang top yang terkenal, kaya, seolah memiliki segalanya, memilih bunuh diri. Merasa hidupnya tidak berarti.
Tidak ada kebahagiaan sejati diluar Sang Pencipta. Karena Sang Pencipta yang tahu tujuan-Nya saat merancang dan mencipta kita. Dan kepuasan serta kebahagiaan sejati diraih, ketika kita menggenapi rancangan Sang Pencipta.
Tuhan menggambarkan manusia sebagai tanah liat. Tanah liat itu tidak berharga, bahkan diinjak-injak orang. Tetapi saat Sang Penjunan mengambil tanah liat, lalu membentuknya menjadi mangkuk, piring, gelas, guci dan aneka kerajinan lainnya, menjadi mahal, bernilai seni yang tinggi serta berguna. Ditambah-Nya ukiran cantik, didandani-Nya dengan lukisan yang indah.
Wow… Sekarang tanah liat yang tidak berharga, sudah berubah menjadi pajangan dan peralatan mahal yang ada di rumah-rumah mewah, istana raja dan di almari hias yang dibanggakan orang. Dibawa dari berbagai negeri sebagai cinderamata…
Proses pembuatannya tidak mudah. Saat dibentuk, lalu rusak. Dibentuk ulang… Terserah Sang Penjunan. Sebelum akhirnya dibakar, dipanaskan dengan api bersuhu tinggi, agar menjadi wadah yang berguna.
Demikian pula dengan hidup kita. Masalah, persoalan, tantangan, semua kita alami untuk memproses diri kita menjadi pribadi yang makin menyerupai Dia. Tanpa diproses, kita bagaikan tanah liat yang tidak bisa dimanfaatkan dan tidak berguna.
Tanah liat tidak bisa memprotes Sang Penjunan… “Aku gak mau dijadikan mangkuk. Aku mau jadi gelas saja.. jauh lebih enak “ Tidak! Tanah liat hanya mengikuti kehendak Sang Penjunan, hendak dibentuk menjadi apa saja.
Memahami hal ini, seyogyanya kita tidak sibuk membandingkan diri dengan orang lain. Tetapi datang kepada Sang Pencipta, menanyakan apa tugas kita? Bagaimana cara menjalani dan menggenapi tujuan hidup yang ditetapkan-Nya?
Mangkuk tidak akan puas jika dipergunakan sebagai gelas. Bisa sich… Tetapi dia sadar, bukan itu tujuan dia diciptakan.
Ingin hidup puas, sukses, dan membahagiakan? Genapi rancangan Tuhan.
Apa sich yang membuat kita menderita? Ingin mengatur segala sesuatu! Suami harus begini. Anak harus begitu…. Staf mestinya seperti ini… Bahkan yang berada diluar wewenang kita pun diatur. Itu yang membuat hidup jadi ruwet penuh penderitaan.
Apa yang Tuhan mau? Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.
Maunya Tuhan malam sebelum tidur, serahkan semua permasalahan kepada-Nya. Sampaikan dengan jujur apa yang kita inginkan dan tanya yang kita tidak tahu.
Bangun pagi datang kepada-Nya, minta hikmat dan tuntunan-Nya apa yang harus dikatakan, dipikirkan dan dilakukan hari ini.
Sepanjang hari fokus minta bimbingan-Nya. Berdoa dalam hati sebelum berbicara dan mengambil keputusan. Amati apa yang hidup sodorkan kepada kita hari ini? Siapa orang kita temui tanpa sengaja? Tidak ada kebetulan dalam hidup ini. Minta bimbingan Tuhan, apa yang dikehendaki-Nya? Taatilah!
Ingat, kita bukan Tuhan. Jadi ketika kita sungguh-sungguh menjadikan Allah itu Tuhan kita yang sejati, hidup jadi jauh lebih enteng.
Tanah liat tidak pernah protes pada Sang Penjunan. Kita seharusnya juga tidak. Tuhan Sang Guide, kita mengikuti arahan-Nya langkah demi langkah. Dan setiap langkah merupakan suatu mujizat.
Memahami prinsip-prinsip rohani dengan jelas dan mentaatinya, membuat segala sesuatu berada di tempat yang seharusnya. Semua indah pada waktunya…
Mau? Praktik yuk…
God you are the potter. I am the clay. Make me and mold me into who you designed me to be. I’m available. I’m ready to walk in my destiny.
Tuhan kaulah Sang Penjunan. Aku adalah tanah liat. Jadikan saya dan bentuk saya menjadi siapa yang Engkau rancangkan. Saya siap. Saya bersedia untuk berjalan memenuhitakdir saya.
YennyIndra TANGKI AIR *ANTI VIRUS* & PIPA PVC MPOIN PLUS & PIPAKU PRODUK TERBAIK PEDULI KESEHATAN
Kekayaan berarti memiliki lebih dari yang kita perlukan- lebih dari yang pernah kita bayangkan akan kita miliki. Bahkan, kita memiliki sedemikian banyaknya hingga dapat memberi kepada orang lain sehingga mereka bisa memenuhi kebutuhannya – dengan demikian dunia memperhatikan kita dan menjadi penasaran tentang diri kita! Kita bisa berkata kepada dunia, “Allah telah membuat saya makmur. Tidakkah Anda juga ingin mengenal-Nya?” Demikian Bob Yandian mendefinisikan arti kekayaan. Dan tujuan akhir kemakmuran keuangan adalah menyebarkan Injil!
Ada 3 tahap kekayaan: • Mesir Melambangkan orang yang tidak percaya, yaitu orang yang hidup menurut sistim dunia. Bisa kaya materi? Bisa. Tetapi banyak hal yang harus dikorbankan, – keluarga, pertemanan, menghalalkan segala cara demi menumpuk kekayaan materi-, dan kepuasan sukacita sejati Allah, tidak ada dalam hidupnya.
• Padang Belantara Kecukupan. Setelah Bangsa Israel melewati Laut Teberau, – melambangkan baptisan-, mereka lahir baru menjadi anak Allah.
Tahap ini menggambarkan orang-orang kristen yang masih bayi rohani. Allah memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Setiap hari mereka belajar memercayai Allah. Saat matahari terik, Allah mengirimkan awan-awan memayungi mereka. Tiang api bersinar di malam hari. Manna muncul setiap pagi.
Saat krisis, Tuhan turun tangan. Mujizat terjadi berulang-ulang. Tetapi keadaan mereka sekedar cukup semata.
• Tanah Perjanjian. Ini menggambarkan tempat yang berkelimpahan susu dan madunya. Di sini mereka hidup lebih dari cukup bahkan kaya raya. Panen mereka seratus kali lipat,- angka 100 yang menggambarkan kesempurnaan, terbaik dan tidak pernah berhenti.
Tetapi ada syaratnya: menjadi dewasa rohani!
Sebelum memasuki tanah Kanaan, mereka harus menghadapi Tembok Yerikho yang luar biasa tebalnya. Konon tebal tembok itu bisa untuk 5-6 kereta kuda bertanding. Secara akal pikiran manusia, mustahil untuk ditembus.
Bangsa Israel berkemah di Gilgal. Gilgal artinya lingkaran, yang melambangkan kesetiaan dan tidak terbatasnya firman Tuhan. Di Gilgal Yosua membangun menara peringatan, agar Bangsa Israel senantiasa mengingat pertolongan Tuhan di masa lalu. Dan mengadakan sunat, lambang membuang kedagingan serta ketidakpercayaan di hati mereka. Lalu mulai hidup dalam roh.
Setiap hari Yosua membawa bangsanya mengelilingi tembok Yerikho dengan berdiam diri. Mereka harus belajar face the problem, menghadapi masalah. Bertanggungjawab, menguatkan imannya, mengalahkan ketidakpercayaannya, menghadapi musuh, serta membuktikan bahwa bersama Tuhan, tidak ada yang mustahil.
Akhirnya pada hari ke 7 mereka mengikuti arahan Yosua, berseru setelah mengelilingi tembok ke 7 kalinya, dan tembok itu runtuh secara supernatural.
Yang menarik, sesungguhnya sejak 40 tahun lalu, bangsa-bangsa yang menghuni Kanaan sudah ketakutan terhadap Allah Israel. Tetapi saat Musa mengirimkan 12 pengintai, 10 diantaranya ketakutan melihat tubuh raksasa penduduk di sana. Mereka melihat dirinya seperti belalang. Hanya Yosua dan Kaleb yang memandang sesuai perspektif Allah.
Di tanah Kanaan tidak ada lagi manna, payung awan & tiang api. Mereka harus bekerja tetapi hasilnya supernatural, berkelimpahan. Mereka hidup dalam berkat, bukan lagi mengandalkan mujizat yang muncul saat krisis. Inilah cara hidup orang-orang yang dewasa rohani.
Di Kanaan, kita hendaknya senantiasa mengucap syukur dan mentaati 2 perintah Tuhan:
• Hidup kita menjadi persembahan yang hidup, berkenan dan sempurna bagi Tuhan.
Hidup dalam roh dan bukan dalam daging lagi. Kedagingan sudah disunat. Setiap hari wajib memperbaharui pikiran kita sesuai dengan cara pikir Allah dalam firman-Nya. Menjalani hidup sesuai cara Tuhan, God’s Way. Tuhan yang memimpin, mengarahkan dan menjadi pusat kehidupan kita. Kita mengikuti dan bergantung sepenuhnya kepada-Nya, langkah demi langkah. Dan setiap langkah merupakan suatu mujizat.
• Mengembalikan Persembahan Persepuluhan.
Persembahan ini melambangkan karunia Allah sepanjang hidup kita dan merupakan benih yang ditabur. Benih akan berbuah sesuai jenisnya. Kalau tidak menabur, tentu tidak ada tuaian.
Ketika Yerikho dikalahkan, seluruh jarahan untuk Tuhan. Ini melambangkan perpuluhan. Kota-kota selanjutnya yang dikalahkan, jarahan boleh mereka nikmati.
Uang atau mamon adalah sistim dunia. Tetapi jika kita mempersembahkan perpuluhan, itu menjadi kudus di mata Tuhan. Ketika perpuluhan dipersembahkan, tingkap-tingkap langit dibukakan. Berkat yang berkelimpahan mengalir deras tanpa henti-hentinya dalam kehidupan kita. Itu cara mainnya.
Bahkan Tuhan menantang untuk, “Membawa seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan UJILAH AKU, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan. Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu, firman TUHAN semesta alam. Maka segala bangsa akan menyebut kamu berbahagia, sebab kamu ini akan menjadi negeri kesukaan, firman TUHAN semesta alam.” Maleakhi 3:10-12 (TB)
Di Sekolah Charis kami diajarkan untuk memberikan perpuluhan di gereja lokal. Tempat kita makan, ya kita bayar di sana. “Jangan makan di KFC tapi bayarnya di Mc.D.”
Sebagian teman menolak perpuluhan karena itu perintah di Perjanjian Lama. Dan ada yang tidak ‘sreg’ – tidak sejahtera dengan cara pengelolaannya.
Andrew Wommack menjelaskan perbedaan Perjanjian Lama (PL) dan Perjanjian Baru (PB), di PL jika tidak memberikan perpuluhan akan dikutuk, seperti di Maleakhi 3. Di PB, kita memberikan perpuluhan atau tidak, tidak dikutuk. Tetapi jika kita tidak memberikan perpuluhan dan persembahan, artinya kita tidak menabur. Tentu saja tidak menuai. Dan janji berkat di PL karena kita memberikan perpuluhan, tetap berlaku.
Bob Yandian mengajarkan, saat perpuluhan diberikan kepada imam manusia, kita menyerahkan diri kepada Imam Besar kita. Imam manusia yang menerima uang kita, tetapi Tuhan menerima sikap hati kita.
Tujuan Tuhan menjadikan kita makmur adalah untuk menjadi saluran dalam menyebarkan Injil – Kabar Baik bagi dunia. Saya belajar dari seorang sahabat, yang berdoa berpuasa bertanya dulu kepada Tuhan, ke mana perpuluhan harus disalurkan? Bijak sekali! Itu milik Tuhan, bukan punya kita. Jangan mencuri milik Tuhan… Biarlah Kabar Baik bisa disebarluaskan menjadi pertolongan dan penghiburan bagi banyak orang-orang yang membutuhkannya.
Tidak ada hidup yang melebihi baiknya hidup mengikuti cara Tuhan God’s Way. Bagaimana pendapat Anda?
Be careful not to say, “My own ability and skill have gotten me this wealth.” You must remember the Lord your God, for he is the one who gives ability to get wealth; if you do this he will confirm his covenant that he made by oath to your ancestors, even as he has to this day.
Maka janganlah kaukatakan dalam hatimu: Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini. Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini.
YennyIndra TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC MPOIN PLUS & PIPAKU PRODUK TERBAIK PEDULI KESEHATAN