Articles

Apa Arti Kekayaan Yang Sejati?

Gospel Truth’s Cakes
Yenny Indra

Apa Arti Kekayaan Yang Sejati?

Kekayaan berarti memiliki lebih dari yang kita perlukan- lebih dari yang pernah kita bayangkan akan kita miliki. Bahkan, kita memiliki sedemikian banyaknya hingga dapat memberi kepada orang lain sehingga mereka bisa memenuhi kebutuhannya – dengan demikian dunia memperhatikan kita dan menjadi penasaran tentang diri kita! Kita bisa berkata kepada dunia,
“Allah telah membuat saya makmur. Tidakkah Anda juga ingin mengenal-Nya?”
Demikian Bob Yandian mendefinisikan arti kekayaan. Dan tujuan akhir kemakmuran keuangan adalah menyebarkan Injil!

Ada 3 tahap kekayaan:
Mesir
Melambangkan orang yang tidak percaya, yaitu orang yang hidup menurut sistim dunia.
Bisa kaya materi?
Bisa. Tetapi banyak hal yang harus dikorbankan, – keluarga, pertemanan, menghalalkan segala cara demi menumpuk kekayaan materi-, dan kepuasan sukacita sejati Allah, tidak ada dalam hidupnya.

Padang Belantara Kecukupan.
Setelah Bangsa Israel melewati Laut Teberau, – melambangkan baptisan-, mereka lahir baru menjadi anak Allah.

Tahap ini menggambarkan orang-orang kristen yang masih bayi rohani. Allah memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Setiap hari mereka belajar memercayai Allah. Saat matahari terik, Allah mengirimkan awan-awan memayungi mereka. Tiang api bersinar di malam hari. Manna muncul setiap pagi.

Saat krisis, Tuhan turun tangan.
Mujizat terjadi berulang-ulang.
Tetapi keadaan mereka sekedar cukup semata.

Tanah Perjanjian.
Ini menggambarkan tempat yang berkelimpahan susu dan madunya. Di sini mereka hidup lebih dari cukup bahkan kaya raya. Panen mereka seratus kali lipat,- angka 100 yang menggambarkan kesempurnaan, terbaik dan tidak pernah berhenti.

Tetapi ada syaratnya: menjadi dewasa rohani!

Sebelum memasuki tanah Kanaan, mereka harus menghadapi Tembok Yerikho yang luar biasa tebalnya. Konon tebal tembok itu bisa untuk 5-6 kereta kuda bertanding.
Secara akal pikiran manusia, mustahil untuk ditembus.

Bangsa Israel berkemah di Gilgal.
Gilgal artinya lingkaran, yang melambangkan kesetiaan dan tidak terbatasnya firman Tuhan.
Di Gilgal Yosua membangun menara peringatan, agar Bangsa Israel senantiasa mengingat pertolongan Tuhan di masa lalu.
Dan mengadakan sunat, lambang membuang kedagingan serta ketidakpercayaan di hati mereka. Lalu mulai hidup dalam roh.

Setiap hari Yosua membawa bangsanya mengelilingi tembok Yerikho dengan berdiam diri.
Mereka harus belajar face the problem, menghadapi masalah. Bertanggungjawab, menguatkan imannya, mengalahkan ketidakpercayaannya, menghadapi musuh, serta membuktikan bahwa bersama Tuhan, tidak ada yang mustahil.

Akhirnya pada hari ke 7 mereka mengikuti arahan Yosua, berseru setelah mengelilingi tembok ke 7 kalinya, dan tembok itu runtuh secara supernatural.

Yang menarik, sesungguhnya sejak 40 tahun lalu, bangsa-bangsa yang menghuni Kanaan sudah ketakutan terhadap Allah Israel.
Tetapi saat Musa mengirimkan 12 pengintai, 10 diantaranya ketakutan melihat tubuh raksasa penduduk di sana. Mereka melihat dirinya seperti belalang.
Hanya Yosua dan Kaleb yang memandang sesuai perspektif Allah.

Di tanah Kanaan tidak ada lagi manna, payung awan & tiang api. Mereka harus bekerja tetapi hasilnya supernatural, berkelimpahan. Mereka hidup dalam berkat, bukan lagi mengandalkan mujizat yang muncul saat krisis. Inilah cara hidup orang-orang yang dewasa rohani.

Di Kanaan, kita hendaknya senantiasa mengucap syukur dan mentaati 2 perintah Tuhan:

Hidup kita menjadi persembahan yang hidup, berkenan dan sempurna bagi Tuhan.

Hidup dalam roh dan bukan dalam daging lagi.
Kedagingan sudah disunat.
Setiap hari wajib memperbaharui pikiran kita sesuai dengan cara pikir Allah dalam firman-Nya.
Menjalani hidup sesuai cara Tuhan, God’s Way.
Tuhan yang memimpin, mengarahkan dan menjadi pusat kehidupan kita.
Kita mengikuti dan bergantung sepenuhnya kepada-Nya, langkah demi langkah.
Dan setiap langkah merupakan suatu mujizat.

Mengembalikan Persembahan Persepuluhan.

Persembahan ini melambangkan karunia Allah sepanjang hidup kita dan merupakan benih yang ditabur.
Benih akan berbuah sesuai jenisnya. Kalau tidak menabur, tentu tidak ada tuaian.

Ketika Yerikho dikalahkan, seluruh jarahan untuk Tuhan. Ini melambangkan perpuluhan. Kota-kota selanjutnya yang dikalahkan, jarahan boleh mereka nikmati.

Uang atau mamon adalah sistim dunia. Tetapi jika kita mempersembahkan perpuluhan, itu menjadi kudus di mata Tuhan.
Ketika perpuluhan dipersembahkan, tingkap-tingkap langit dibukakan. Berkat yang berkelimpahan mengalir deras tanpa henti-hentinya dalam kehidupan kita.
Itu cara mainnya.

Bahkan Tuhan menantang untuk,
Membawa seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan UJILAH AKU, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan. Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu, firman TUHAN semesta alam. Maka segala bangsa akan menyebut kamu berbahagia, sebab kamu ini akan menjadi negeri kesukaan, firman TUHAN semesta alam.” Maleakhi 3:10-12 (TB)

Di Sekolah Charis kami diajarkan untuk memberikan perpuluhan di gereja lokal. Tempat kita makan, ya kita bayar di sana.
“Jangan makan di KFC tapi bayarnya di Mc.D.”

Sebagian teman menolak perpuluhan karena itu perintah di Perjanjian Lama. Dan ada yang tidak ‘sreg’ – tidak sejahtera dengan cara pengelolaannya.

Andrew Wommack menjelaskan perbedaan Perjanjian Lama (PL) dan Perjanjian Baru (PB), di PL jika tidak memberikan perpuluhan akan dikutuk, seperti di Maleakhi 3. Di PB, kita memberikan perpuluhan atau tidak, tidak dikutuk.
Tetapi jika kita tidak memberikan perpuluhan dan persembahan, artinya kita tidak menabur. Tentu saja tidak menuai.
Dan janji berkat di PL karena kita memberikan perpuluhan, tetap berlaku.

Bob Yandian mengajarkan, saat perpuluhan diberikan kepada imam manusia, kita menyerahkan diri kepada Imam Besar kita.
Imam manusia yang menerima uang kita, tetapi Tuhan menerima sikap hati kita.

Tujuan Tuhan menjadikan kita makmur adalah untuk menjadi saluran dalam menyebarkan Injil – Kabar Baik bagi dunia.
Saya belajar dari seorang sahabat, yang berdoa berpuasa bertanya dulu kepada Tuhan, ke mana perpuluhan harus disalurkan?
Bijak sekali!
Itu milik Tuhan, bukan punya kita. Jangan mencuri milik Tuhan…
Biarlah Kabar Baik bisa disebarluaskan menjadi pertolongan dan penghiburan bagi banyak orang-orang yang membutuhkannya.

Tidak ada hidup yang melebihi baiknya hidup mengikuti cara Tuhan God’s Way.
Bagaimana pendapat Anda?

Be careful not to say, “My own ability and skill have gotten me this wealth.” You must remember the Lord your God, for he is the one who gives ability to get wealth; if you do this he will confirm his covenant that he made by oath to your ancestors, even as he has to this day.

Maka janganlah kaukatakan dalam hatimu: Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini. Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini.

YennyIndra
TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN

Klik:
https://mpoin.com/

gospeltruth’scakes

yennyindra

InspirasiTuhan #MotivasiKebaikan

mengenalTuhan #FirmanTuhan

Yenny Indra Visit Website
Traveller, Family Growth Inspirator, Seruput Kopi Cantik YennyIndra, Co Founder of PIPAKU & MPOIN FB: Pipaku Mpoin www.mpoin.com FB: Yenny Indra www.yennyindra.com Email: yennyindra09@gmail.com
Related Posts
“Berjalan dengan Iman.”
Karunia Firman-Nya VS Ketidakpercayaan
“Apakah INJIL Itu?”