Apa Rahasia Memperoleh Rhema (Suara Tuhan Yang Hidup)?
Gospel Truth’s Cakes
Yenny Indra
Apa Rahasia Memperoleh Rhema (Suara Tuhan Yang Hidup)?
Sejak th 2005 hingga 2018, setiap tahun saya selalu Lunas baca Alkitab tahunan.
Kalau ada yang lubang, ga baca, besoknya didobel. Bahkan pernah 3 hari gak baca, langsung hari ke empat baca 16 pasal sekaligus.
Keren ya?
Pertanyaannya:
Apa saya paham?
Tidak!
Saya hanya dikejar rasa bersalah, merasa berhutang kalau belum baca 4 pasal setiap hari.
Kualitas hidup saya hanya berubah sedikit sekali. Mungkin sekedar pengetahuan di kepala lebih banyak…
Saya bingung ketika P. Irwan, direktur Sekolah Charis menekankan, yang penting justru pewahyuan (rhema) saat baca firman. 1 Ayat direnungkan sungguh-sungguh lebih baik daripada baca 4 pasal tapi gak dapat sesuatu.
Bagaimana caranya? Saya coba, gak ngerti-ngerti juga.
Nothing happened.
Saya bukan orang yang peka.
Saat ingin sembuh dari hipertiroid, saya tanya Yuliadi yang pernah lumpuh karena penyakit GBS, dan Caecillia, yang dulu sakit Lupus,
“Kamu dapat rhema dari Tuhan waktu mau terima kesembuhan?.”
“Ya…,” jawab mereka.
Padahal saya merasa gak dapat rhema, jadi saya menunggu-nunggu terus. Sampai akhirnya P. Suhono menantang saya berhenti minum obat, ternyata saya sudah sembuh total hingga kini.
Sari dan Priscilla, teman sekelas di Charis, juga kerap bercerita,
“Tuhan bilang begini…”
Atau “Saya melihat….”
Saya merasa tidak sehebat teman-teman lain.
Saya gak melihat mau pun mendengar apa-apa…
Bayangkan!
Saya belajar taat. Setia melakukan apa yang saya bisa. Pokoknya baca firman dengan sungguh-sungguh.
Setiap kali saya berdoa,
“Tuhan tolong agar saya mengerti kehendak-Mu, pikiranku diisi pikiran-Mu, perasaanku diisi perasaan-Mu dan kata-kata yang keluar dari mulutku adalah kata-kata-Mu. Tuhan kalau mau memberitahu sesuatu, yang jelas ya… Saya beneran gak peka. Takut gak ngerti. Kelewatan nanti.”
Dalam hidup, ada masalah-masalah serupa yang terjadi berulang.
Kemarin terjadi lagi masalah yang pernah saya alami, mirip.
Tiba-tiba sadar.
Respon saya sekarang berbeda.
Dulu begitu galau, emosi dan ingin menumpahkan segala beban… Ngotot supaya cepat selesai.
Sekarang jauh lebih tenang.
Entah mengapa ada pengertian yang membuat respon saya berbeda, “memang yang terjadi tidak sesuai harapan, tetapi akhir dari rancangan Tuhan itu, damai sejahtera, bukan rancangan kecelakaan. Percayalah! Tuhan pegang kendali untuk kebaikan.”
Dan yang saya perhatikan, banyak kejadian-kejadian tiba-tiba saya ngerti saja apa yang harus dilakukan. Paham keputusan mana yang harus diambil. Damai sejahtera yang melampaui segala akal, menyelimuti pikiran dan hati. Hidup makin jelas rambu-rambunya, sehingga jauh lebih simple.
Lebih dewasa dan tenang menerima keadaan.. Saat hidup menyodorkan jeruk, ya sudah, saya bikin limun… Seperti ajaran Zig Ziglar.
Lebih nrimo, gak ngoyo…
Yuliadi post di grup WA sekolah:
(Willing heart make hearing ear. Ps. Keith Moore)
Baca Alkitab, ke gereja, mendengarkan kotbah itu bagus. Tapi jika kita melakukannya hanya karena kewajiban, hanya karena kebiasaan, maka tidak banyak hikmat dan pewahyuan yg akan kita terima karena sesungguhnya telinga kita tidak sungguh-sungguh mendengar.
Karena Hati yang berminatlah, yang membuat telinga mendengar…
Mazmur 1:1-2
Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang KESUKAANNYA ialah Taurat TUHAN, dan yang MERENUNGKAN Taurat itu siang dan malam.
TUHAN tidak pernah memaksa, kitalah yang harus memutuskan, apakah kita SUKA atau tidak suka, MINAT atau tidak minat.
Saya paham rahasianya.
Sekarang saya membaca firman tidak sebanyak dulu, tetapi saya melakukannya dengan PENUH MINAT, dengan sikap hati INGIN MENDENGAR serta MENGENAL TUHAN.
Saya juga BERUSAHA semaksimal mungkin untuk MENTAATINYA.
Hubungan saya dengan Tuhan menjadi sesuatu yang hidup.
Lucunya, – mungkin karena memang bawaan saya tidak peka -, jarang sekali ada firman yang saat dibaca tiba-tiba seolah-olah melompat hidup, seperti yang diceritakan di buku-buku. Tetapi saat saya membutuhkan sesuatu, selalu ada firman yang muncul di kepala…
Apa pun yang terjadi, saya mendiskusikannya dengan Tuhan. Saya baru menyadari, ternyata pikiran saya senantiasa terhubung dengan Tuhan. Itulah yang dimaksudkan oleh Rasul Paulus: berdoalah senantiasa.
Firman Tuhan menjadi kesukaan hati saya, bukan kewajiban.
Bahkan saat genting-gentingnya masalah yang dihadapi, berulang kali Roh Kudus mengingatkan, hingga dalam mimpi dan keadaan setengah tidur,
‘Yang pikirannya tertuju kepada Tuhan, Kau jagai dengan damai sejahtera yang sempurna karena kepadaMu-lah dia percaya.’
Hidup pun jauh lebih enteng dan membahagiakan….
Mau?
Praktik yuk….
Troubles are often the tools by which God fashions us for better things.- Henry Ward Beecher.
Masalah sering kali merupakan alat yang dengannya Tuhan membentuk kita untuk hal-hal yang lebih baik.- Henry Ward Beecher.
YennyIndra
TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN
Klik:
https://mpoin.com/