Mengapa Tuhan Membiarkan Kecelakaan Terjadi?
Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra
Mengapa Tuhan Membiarkan Kecelakaan Terjadi?
Pertanyaan yang beberapa kali dilontarkan dan saya pun tidak tahu jawabannya.
“Padahal kami sekeluarga sudah berdoa, agar saudara kami bisa diselamatkan, tetapi tetap meninggal,” ujar seorang sahabat dengan sedih, “Di mana Tuhan saat kecelakaan itu terjadi? Mengapa Dia membiarkannya? Tuhan kan Mahakuasa, mampu meluputkan apa saja.”
Sampai saya Sekolah di Charis dan guru saya, Greg Mohr menjelaskannya.
Karena Adam memilih memberontak terhadap Allah di Taman Eden, sehingga kuasa atas dunia yang diberikan Allah kepada Adam, sekarang diserahkan Adam kepada si iblis. Dunia jatuh dalam dosa, dibawah kuasa jahat si iblis. Malapetaka dan berbagai kejadian buruk adalah strategi iblis untuk mencuri, membunuh dan membinasakan manusia.
Greg menegaskan bahwa Allah senantiasa berbicara dan membimbing kita. Permasalahannya, apakah kita mau mendengarkan Dia?
Ketika kita tidak pernah atau jarang bergaul dengan seseorang, maka kita tidak mengenali suara-Nya. Terdengar asing di telinga.
Inilah permasalahan utama, mengapa manusia tidak tanggap terhadap ‘alarm bahaya’ dari Tuhan.
“Jika hewan saja dapat mengikuti insting mereka dan bergerak ke tempat yang lebih tinggi sebelum terjadinya tsunami, tidakkah lebih lagi orang-orang yang dipenuhi Roh Tuhan memperoleh perlindungan dari tsunami keuangan, kesehatan, hubungan dan tsunami-tsunami lain dalam hidup mereka?” cuplikan pelajaran Greg Mohr,
“Banyak orang yang bekerja di Menara Kembar tidak berada di tempat pada tanggal 11 September sebab ada “sesuatu” mencegah mereka menjalankan jadwal normal mereka.”
Fakta yang mengejutkan, ketika terjadi peristiwa 9/11 di WTC, hanya 1/3 orang yang hadir di tempat kerjanya.
2/3 sisanya, dengan berbagai alasan tidak hadir.
Ada yang mobilnya bermasalah, merasa tidak enak badan dan banyak yang bersaksi seolah-olah ada dorongan untuk tidak berangkat ke tempat kerja.
Sedangkan salah satu pesawat yang diterbangkan untuk menabrak menara WTC, hanya terisi 13 orang. Seberapa sering sebuah pesawat diterbangkan hanya sesedikit itu penumpangnya?
Kebetulan?
Sesungguhnya tidak. Itu dorongan Tuhan yang mengingatkan, agar para penumpang dan para korban yang selamat, terhindar dari masalah. Tergantung kita: peka atau tidak? taat atau tidak?
Suatu pagi Greg merasa hatinya berbeban berat. Maka dia memberitahu anak-anaknya, tidak berangkat ke sekolah. Lalu Greg dan Janice, istrinya, berdoa dalam roh sekitar 45 menit – 1 jam. Hingga hatinya merasa lega.
Segera Greg memanggil anak-anaknya untuk berangkat ke sekolah.
Anak-anak pun protes, mengira bisa membolos sekolah hari itu.
Dalam perjalanan ke sekolah, mereka melalui toll dan ternyata ada kecelakaan beruntun 20 mobil berderet di sana.
Seandainya pagi tadi Greg mengabaikan peringatan Tuhan, maka mobilnya akan berada di antara mobil-mobil yang kecelakaan. Karena jam kejadiannya, bertepatan dengan jam biasanya Greg mengantarkan anak-anak ke sekolah.
Greg Mohr mengajarkan, jangan mengabaikan tanda-tanda yang diberikan Tuhan.
Menjelang Michelle akan kembali ke Amerika pertengahan Januari lalu, sebelum ke airport, kami mampir membeli misua seafood kuah.
Take away karena waktunya mepet. Kebetulan mama bilang ingin misua kuah.
Resto ini favorit kami. Beberapa waktu sebelumnya, kami menjamu teman makan di sana, tamu kami memuji misua kuah susunya sangat enak. Tidak kalah dengan Singapore.
Ketika order take away 2 mangkuk, sang penjual bertanya,
“Kuah susu atau kuah bening?”
Saya sempat ragu-ragu, mama suka yang mana ya? Ada dorongan kuah bening saja. Teringat pujian tamu kami, maka saya memilih kuah susu semua.
Habis check in, Michelle makan dulu sebelum masuk ke ruang tunggu. Suka sekali dengan kuah susunya, apalagi seafoodnya lengkap dari kerang, udang, ikan, bakso ikan, cumi dll. Mantap!
Tiba di rumah misua pun disajikan.
Mama protes.
“Ini kuah santan?”
“Bukan Ma, kuah susu… Enak sekali. Ayoo coba dimakan.”
Tapi mama hanya mau makan seafoodnya saja, sambil terus menerus protes,
“Biasanya misua itu kuahnya bening, pakai kaldu ayam…” ?
Saya review ulang, saat order sebetulnya sudah terbersit dalam hati, punya mama kuah bening saja.
Tetapi logika dan pikiran ini mengingatkan, yang dipuji-puji kuah susu lho, jadilah pilih kuah susu.
Saya pun belajar. Kerapkali sesungguhnya secara naluri kita sudah tahu… Tetapi tidak taat dan lebih memilih mempercayai nalar.
Ternyata itulah ‘suara’ bimbingan Tuhan.
Mendengarkan itu kuncinya!
“Barangsiapa bertelinga, hendaklah ia mendengar,” kata Tuhan.
Saya pun memutuskan untuk belajar lebih dekat dengan-Nya dan melatih diri untuk mendengarkan, lebih peka serta lebih taat.
Bagaimana dengan Anda?
God is speaking ALL the time, but how many of us aren’t listening because it doesn’t sound the way we want it to.
Tuhan SELALU berbicara SEPANJANG WAKTU, tetapi banyak dari kita yang tidak mendengarkan, karena suara-Nya tidak seperti yang kita inginkan.
YennyIndra
TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN