“Pohon Pengetahuan yang Baik dan Jahat”
Sistem kepercayaan yang muncul dari Pohon Pengetahuan tentang yang Baik dan yang Jahat telah membentuk kehidupan selama ribuan tahun.
Dalam kepercayaan ini, Tuhan tidak lagi menjadi sumber kasih, sukacita, kedamaian, dan penyediaan. Dalam pikiran orang-orang yang sudah jatuh dalam dosa, Tuhan adalah hakim yang misterius dan pemarah. Dia bukan lagi sebagai sang pemberi kehidupan, tetapi menjadi pencabut nyawa. Dia harus disalahkan atas penderitaan manusia, dan segala sesuatu yang terjadi di dunia.
Pendekatan untuk memahami mengenai Allah, ditemukan dan dibungkus dalam Hukum-hukum Musa.
Hukum itulah puncak dari pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Itu merupakan perjanjian yang mengatur perilaku manusia, yang sesungguhnya tidak pernah dimaksudkan menjadi cara bagaimana Allah berhubungan dengan manusia. Karena manusia memilih terpisah secara rohani dari Tuhan, mereka tidak dapat mengenal Dia sebagai Sang Pemberi Kehidupan. Pewahyuan itu hilang. Sekarang Tuhan menjadi hakim yang misterius. Bukan karena Tuhan telah berubah. Tuhan tetap memberi hal-hal yang baik dan itu tidak pernah berubah. Tetapi justru manusia yang telah berubah, sehingga mengharuskan Allah mengubah cara-Nya dalam berhubungan dengan mereka.
Bahkan dalam sistem kepercayaan Kristen, kita berpegang teguh pada visi bahwa Tuhan adalah hakim yang misterius dan suka mengendalikan, memberkati dan mengutuk sesuai keinginan-Nya.
Pohon Pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, merupakan sumber di mana perasaan suka, tidak suka, pendapat, kritik, kecemasan, kekhawatiran, kepahitan, perselisihan dan berbagai emosi manusia lainnya. Yang membingungkan, pohon itu memiliki pengetahuan tentang apa yang “baik” tetapi juga tentang apa yang “jahat”.
Banyak orang yang mencoba hidup dari pengetahuan tentang yang baik, namun itu pun tidak membawa kehidupan.
Kita mencoba menggantikan kejahatan di dunia (misalnya penyakit) dengan pengetahuan tentang kebaikan (obat-obatan), tetapi itu tidak pernah cukup.
Kita mencoba menggantikan kemiskinan dengan uang, tetapi itu pun tidak pernah cukup.
Kita mencoba menggantikan kesalahan dengan agama, tetapi itu juga tidak pernah cukup.
Dan ketika kita bosan dengan upaya ini, lalu mengangkat tangan dan menyalahkan Tuhan.
“Tuhan yang mengatur.”
“Ya Tuhan!”
“Segala hal terjadi karena suatu alasan.”
“Tuhan membiarkan virus membunuh tanpa pandang bulu.”
Itulah saatnya beberapa orang beralih ke Alkitab dan mencari ayat-ayat penghakiman dan murka untuk mendukung visi mereka tentang Allah.
Rasa bersalah dan ketidaktahuanlah yang membawa kita ke tempat ini. Kita perlu menyalahkan seseorang, dan Tuhan adalah sasaran yang baik untuk memulai. Lagipula, bukankah Dia yang mengirim tulah di masa lalu? Bukankah Dia menempatkan Ayub di ‘neraka’?
Ketika kita makan dari pohon yang salah, kita pun sampai pada kesimpulan yang salah.
Besok kita akan melihat pohon yang lain, Pohon Kehidupan. Inilah saatnya memahami Kehidupan.
[Repost ; “The Tree of the Knowledge of Good and Evil”, – Barry Bennett, diterjemahkan oleh Yenny Indra, design oleh Denny Christian].