Dewasa VS Anak-anak.
Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra
Dewasa VS Anak-anak.
Selama ini saya merasa ada janji-janji Tuhan yang jauuuuh untuk diraih.
Di satu sisi paham akan janji yang seharusnya menjadi milik saya, tetapi pada kenyataannya belum bisa terealisasi.
Di mana letak kesalahannya?
Seolah ada jarak antara janji Tuhan dan realita.
Ps. Wendell Par bercerita bahwa ketika baru mengenal Tuhan, apa pun yang didoakan segera terjawab.
Tetapi dengan berjalannya waktu, tidak lagi.
Ibarat bayi yang baru lahir, menangis sedikit, orangtuanya segera menolongnya. Memberi susu, mengganti popok dll.
Tetapi saat makin besar, orangtuanya akan mengajarnya agar bertanggungjawab. Makan sendiri, buang air ke toilet, mengembalikan mainan pada tempatnya dsb.
“Kalau begitu enak jadi bayi dong”, ujar seorang teman.
Tidak juga!
Adik saya yang tertua meninggal dunia. Dia meninggalkan warisan untuk istri dan putrinya, Ivana, yang masih berumur … tahun. Meski Ivana memiliki warisan, namun dia tidak bisa menggunakan haknya.
Mengapa? Karena masih di bawah umur, alias belum dewasa.
Apa yang menjadi hak Ivana, dikelola oleh walinya, yaitu mamanya.
Demikian juga dengan kita. Sebagian janji-janji Tuhan tidak bisa kita terima karena belum dewasa rohani. Tuhan tahu kita tidak mampu mengelola dan bertanggung jawab.
Menjadi dewasa dituntut tanggung jawab yang besar, mampu mandiri, menyelesaikan masalah dan menghadapi tekanan hidup yang kadang seolah tak tertanggungkan. Berat… tetapi memiliki hak dan wewenang lebih besar, yang tidak dimiliki oleh anak yang belum dewasa.
Ingin tetap jadi bayi rohani atau dewasa rohani? Pilih mana?
You become mature when you become authority in your own life- Joseph Campbell.
Anda menjadi dewasa ketika Anda menjadi otoritas (kekuatan atau hak untuk memberi perintah, membuat keputusan, dan menegakkan kepatuhan) dalam hidup Anda sendiri- Joseph Campbell
YennyIndra
TANGKI AIR & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN