Category : Self Motivation

Articles, Relationship, Self Motivation

Kemakmuran & Kesejahteraan Sejati

Gospel Truth’s Cakes
Yenny Indra

Kemakmuran & Kesejahteraan Sejati

Apa itu kemakmuran?
Bagi orang barat, kemakmuran biasanya berarti kekayaan materi, tetapi banyak orang yang memiliki kekayaan materi berlimpah-limpah, namun sangat miskin dalam kualitas kehidupan mau pun hubungan mereka.
Di gereja banyak yang tersinggung dengan topik kemakmuran karena dianggap sebagai keserakahan yang dirohanikan.

Apakah ada hal lain yang lebih penting dalam hal ini dan pendekatan yang seimbang terhadap kemakmuran sejati?

Uang hanyalah salah satu perpanjangan hati dan cermin hati seseorang.

Sekedar berfokus pada uang tanpa memperhatikan aspek-aspek kemakmuran lainnya merupakan sebuah kesalahan.
Kemakmuran itu bersifat spiritual, mental, emosional, fisik, relasional, dan material. Kemakmuran materi yang saya miliki, merupakan perpanjangan dari kemakmuran saya di setiap aspek kehidupan saya.

Hhhmm…. Orang lain mungkin mempunyai kekayaan materi yang jauh lebih banyak daripada saya, namun kemakmuran saya menjangkau setiap aspek kehidupan saya.
Jika saya berjalan di dalam kemakmuran yang tersimpan di dalam roh, pikiran, tubuh, hubungan mau pun emosi saya, maka sumber daya saya diberkati oleh Tuhan dan dapat dilipatgandakan dalam pekerjaan Tuhan. Jika saya mereduksi kemakmuran hanya sekedar pada persoalan uang semata, padahal jiwa, pikiran, emosi, dll di dalam diri saya tidak sejahtera, maka kelimpahan di dalam keuangan saya, menjadi tidak sebegitu bernilai.

Yesus memberi kita kunci Kerajaan. Kunci-kunci tersebut mencakup janji-janji-Nya, yang melaluinya kita dapat mengambil bagian dalam sifat-Nya dan terhindar dari kerusakan yang ada di dunia. Kerusakan itu mencakup penyakit dan kekurangan.

Sungguh bodoh jika mengabaikan kunci Kerajaan Allah: memberi dan menerima, menabur dan menuai serta janji-janji iman yang akan mewujudkan jiwa sejahtera.

Kebodohan yang sama pula, jika menggunakan ‘pemberian’ sekedar sebagai metode agar menjadi kaya namun tidak mengalami kemakmuran di bidang lain dalam kehidupan kita.

Memberi bukanlah formula agar menjadi kaya dan diberkati. Kemakmuran bukanlah angka di rekening bank. Semakin sejahtera dalam roh, pikiran, emosi, hubungan mau pun tubuh kita, semakin besar kemakmuran itu akan melepaskan anugerah pada sumber daya kita. Apa pun yang kita butuhkan, tersedia tepat pada waktunya. Bahkan hal-hal yang tidak bisa dibeli dengan uang. Kebaikan, keberuntungan, dipertemukan dengan orang-orang baik…. kebetulan-kebetulan baik yang senantiasa mengejar kita.
Wow….
Singkatnya, kebajikan dan kemurahan-Nya belaka yang senantiasa mengikuti kita, di sepanjang umur kehidupan kita, dan kita akan tinggal dalam rumah Tuhan sepanjang masa.

2 Korintus 9:8 (TB) Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.

Sumber: Barry Bennett.

*****
“When a man can’t find a deep sense of meaning, they distract themselves with pleasure.” – Victor Frankl.

“Ketika seorang tidak dapat menemukan makna kehidupan yang mendalam dan berharga, maka mereka mengalihkan perhatiannya dengan kesenangan.” – Victor Frankl.

Mengapa seseorang mengejar uang & harta mati-matian, memuja ‘kekayaan’ habis-habisan?
Karena mereka tidak memiliki tujuan hidup yang mendalam dan benar-benar berharga, – tujuan hidup yang diberikan Allah sejak seseorang masih dalam kandungan ibunya.
Tujuan hidup dari Tuhan yang tak tergantikan.
Akibatnya mereka mengalihkan perhatiannya pada kesenangan. Mengejar kesenangan dunia yang sia-sia.
Dan kesenangan itu membutuhkan biaya besar, perlu uang banyak.

Dengan memiliki banyak aset dan harta, mereka merasa ‘berkuasa’….dipuja dan diperlakukan spesial.
Jargon yang terkenal di dunia, “apa sich yang ga bisa dibeli dengan uang”?
Padahal banyak sekali yang tidak bisa dibeli dengan uang: kesehatan, damai sejahtera, sukacita dsb.

Seperti kata Barry Bennett, Kemakmuran itu bersifat spiritual, mental, emosional, fisik, relasional, dan material.
Hanya bisa dicapai ketika kita memiliki hubungan intim dengan Tuhan dan menjalani hidup sesuai cara-Nya – God’s Way….

Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima…., demikian kata firman Tuhan. Seseorang bahagia ketika dia bisa berbagi, bukannya saat menjadi jagoan atau manusia yang paling atau ‘ter’ dalam segalanya.
Hidup yang berguna bagi sesama, yang menjadikan kehidupan bermakna serta memberi kepuasan sejati.

Mereka tersandung, karena mereka tidak taat kepada firman Allah 1 Petrus 2: 8.
Ingin makmur dan sejahtera?
Taati firman-Nya!

Mau? Yuk….

Life is not primarily a quest for pleasure, as Freud believed, or a quest for power, as Alfred Adler taught, but a quest for meaning – Victor Frankl.

Hidup pada dasarnya bukanlah pencarian kesenangan, seperti yang diyakini Freud, atau pencarian kekuasaan, seperti yang diajarkan Alfred Adler, tetapi pencarian makna – Victor Frankl.

YennyIndra
TANGKI AIR *ANTI VIRUS* & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN

#gospeltruth’scakes
#yennyindra
#InspirasiTuhan #MotivasiKebaikan
#mengenalTuhan #FirmanTuhan

Read More
Articles, Relationship, Self Motivation

Sukses Ala Dunia VS Ala Kerajaan Allah

Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra

Sukses Ala Dunia VS Ala Kerajaan Allah

Terlalu sering kita membungkus keberhargaan diri kita, atau menaruh nilai pada diri kita, berdasarkan pada apa yang kita lakukan. Deretan gelar menjadi ukurannya. Atau seberapa banyak uang dan aset yang dihasilkan, atau seberapa populernya diri kita di sosmed dan masyarakat….
Oleh karena itu, saat mengikuti berbagai seminar, kerap diajarkan tentang Personal Branding.
Bagaimana cara ‘menjual diri’ dengan berbagai strateginya, menjadi salah satu teknik penting yang diajarkan untuk meraih kesuksesan.
Inilah cara sukses menurut dunia.

Agama senantiasa mengajarkan, kita harus melakukan berbagai kewajiban, barulah kita layak datang kepada Allah, melayani dan melakukan berbagai hal untuk-Nya.
Akibatnya, kita merasa tidak pernah cukup baik, tidak cukup layak untuk mendekat kepada-Nya.
Kurang mengasihi, kurang memberi, kurang berdoa….dll.
Yang tersisa adalah berbagai kewajiban, sederet peraturan, bukan lagi hubungan pribadi dengan Allah yang dinamis dan menyenangkan.

Sebaliknya, ketika Sekolah Charis, kami belajar hal yang sangat berbeda. Mike & Carrie Picket mengulasnya dengan sangat sederhana, namun Mak Jleb….mengena di hati dan nemberikan cara pandang yang berbeda.

Kita berharga karena Allah mengasihi kita tanpa syarat. Dan bagian kita hanyalah menerima-Nya dengan iman serta membiarkan Tuhan memimpin kehidupan kita.
Ternyata, dengan melakukan hal ini, berserah kepada-Nya, berjalan bersama-Nya langkah demi langkah, mengikuti tuntunan-Nya, kita justru dapat mengerjakan hal-hal besar yang tidak terpikirkan. Pencapaiannya seukuran Allah dan bukan seukuran kita, karena kita menjadikan diri kita bejana yang mengalirkan Dia.

Inilah yang dikatakan bahwa kita memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan.
Mengenal Allah artinya kita mengalami Hidup Kekal, di bumi seperti di surga.
Semakin kita membangun hubungan yang intim dengan Allah, semakin kita sadar bahwa kita ini menjadi kesukaan-Nya.

John Piper mengatakan:
Allah paling dimuliakan ketika kita merasa sangat puas di dalam Dia.

God is most glorified when you are most satisfied in Him.

Bagaimana cara kita dituntun-Nya?
Dengan membaca serta menghidupi firman-Nya. Karena Firman Allah adalah Allah sendiri.
Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.
Segala kehendak serta jalan-jalan-Nya, dinyatakan melalui firman-Nya.

Semakin banyak firman yang tersimpan di dalam hati, semakin fokus kita kepada Allah dan firman-Nya, lalu mempraktikkannya dalam kehidupan kita, maka secara otomatis, semakin hari, kita akan semakin menyerupai Allah.
Perkataan kita yang meluncur dari mulut adalah firman-Nya, yang kita pikirkan juga selaras dengan kehendak-Nya, dengan sendirinya, tanpa perlu bersusah payah segala aspek kehidupan kita diberkati. Dan semua berada di tempat yang seharusnya. Everything fall into place.

Kesukaan kita sama dengan kesukaan-Nya, cara kita memandang dunia dan orang lain, cara kita berespon, cara kita bertindak menjadi selaras dengan cara-Nya.
Maka makes sense sekali,
As He is so are we in this world – sama seperti Allah, kita ada di dunia ini.

Orang-orang di sekeliling kita, merasakan kasih, hikmat/wisdom Allah, mengalir melalui kita. Kita berbeda dengan orang kebanyakan. Demonstrasi kebaikan Allah terpancar melalui hidup kita, maka kita menjadi Terang Dunia.

“Gak mungkin bisa seperti itu, kecuali karena Tuhan menyertainya… Betapa dahsyatnya Allah kita!”
Nama Tuhan dipermuliakan.
Orang-orang melihat Allah melalui kita, dan mereka ingin mengenal Allah lebih dalam lagi karena kita.

Dengan membangun hubungan pribadi yang intim dengan Tuhan, tanpa melakukan dan mengatakan apa pun, hidup kita sudah berdampak. Jika perlu saja, gunakan kata-kata.
Oleh karena itu, Fransiskus Asisi berkata, Gunakan segala cara untuk mengabarkan Kabar Baik, jika perlu, gunakan kata-kata.

Kita bagaikan magnet. Hal-hal baik, berkat, wisdom- hikmat yang membuat kita lebih bijak daripada orang lain, berada di tempat yang tepat, pada saat yang tepat, menjadi orang yang tepat, – akan tertarik menempel kepada kita secara alami.
Allah ada di dalam roh kita. Otomatis semua yang baik, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang manis dan sedap didengar, itulah yang kita pikirkan dan tertarik kepada kita.
Like attracts Like.
Segala sesuatu tertarik pada hal-hal yang serupa dengan dirinya.

Hhhmmmm…. kehidupan di bumi seperti di surga menjadi makes sense bukan?
Dan itu bukan karena hebatnya kita, melainkan karena kita mengijinkan Allah berkarya dengan leluasa dalam kehidupan kita.

Allah itu sopan dan tidak pernah memaksa. Seberapa besar kita memberikan diri kita kepada-Nya, sebesar itu pulalah Dia akan beroperasi dalam kehidupan kita.
Ada orang yang memberikan dirinya hanya 10% kepada Allah, maka Allah pun beroperasi dalam kehidupan kita hanya 10%..
Semakin besar kita menyerahkan diri kepada-Nya, semakin leluasa Allah beroperasi dalam kehidupan kita, sehingga kehidupan kita pun semakin menakjubkan.

Barangsiapa yang mengikatkan diri dengan Dia, menjadi satu roh di dalam Dia.
Saat kita memasuki ruangan, ‘terang’ pun datang ke dalam ruangan itu. Orang-orang merasakan kehadiran Allah melalui kita. Ada kehidupan dan perubahan yang mengalir melalui kita karena kita ini dutanya Allah….
It’s all about God, not us..
Semua tentang Allah dan bukan kita….
Wow…. menarik bukan?
Mau? Mari kita menjadi bejana-Nya yang efektif….

The voice of God is clear and comprehenible to the ears of a Humble Heart.

Suara Tuhan jelas dan dapat dimengerti oleh Telinga dari orang yang Rendah Hati.

YennyIndra
TANGKI AIR *ANTI VIRUS* & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN

#SeruputKopiCantik
#yennyindra
#InspirasiTuhan #MotivasiKebaikan
#mengenalTuhan

Read More
Articles, Relationship, Self Motivation

Endorsement Dalam Kehidupan Sehari-Hari.

 

Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra

Endorsement Dalam Kehidupan Sehari-Hari.

Apa artinya?
Endorsement dalam dunia perbukuan berarti komentar atau testimoni peneguh akan kualitas isi buku dan kepada si penulisnya sekaligus.
Endorsement bisa berasal dari pendapat pakar, komentar penulis buku, pendapat tokoh-tokoh yang relevan, atau komentar dari public figure.
Fungsi utama endorsement adalah untuk mengangkat branding penulis dan karyanya. Endorsement pada umumnya mengandung unsur promosi. (www.kompasiana.com).

Tidak hanya di bidang kepenulisan, tetapi di dunia kita sehari-hari pun kita membutuhkan endorsement dari teman-teman kita.

Saat hendak membeli sesuatu yang kita tidak tahu, misalnya, kita butuh referensi dari teman kita, mana tempat yang paling oke, merk apa yang bagus dan lebih menyenangkan lagi jika bisa diperkenalkan dengan pemiliknya. Gak usah repot, langsung diberi harga bagus karena si pemilik kenal baik dengan teman kita. Dan dijamin gak mungkin diberi barang yang palsu, meski kita baru mengenal si pemilik, karena dia sungkan dengan teman kita.
Ini praktik umum dalam dunia kita sehari-hari.

Kerap kita lupa bahwa it’s a small world.
Waktu bertemu dengan teman baru, bahkan di luar negeri, ternyata teman baru ini mengenal teman atau kerabat kita di Indonesia…
Artinya, Nama baik kita sangatlah Penting.

Tidak heran Raja Salomo mengatakan,
Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas.

Sekian puluh tahun lalu saat masih merintis bisnis, kami ingin buka cabang di sebuah kota di Jateng. Sewa gudang dulu, tentunya.
Ketika sang pemilik gudang tahu bahwa saya anak dari papa saya, dan beliau mengenal papa saya yang pernah jadi kepala sekolah sebelum buka toko, langsung saya dapat priviledge.

“Sudah kita orang sendiri… masuk dulu saja gapapa. Ke notarisnya belakangan saja,” ujarnya sambil menyerahkan kunci gudangnya.
Kami menempati gudangnya sekitar 2 minggu baru ke notaris. Gak usah DP, bayarnya belakangan karena papa saya.

Sebaliknya ada teman baru yang saya kenal di Jakarta.
“Oooo kenal Ani gak? Itu lho pemilik perusahaan bla bla bla….” , demikian teman baru ini bercerita dengan bangga.

Nach waktu saya berjumpa dengan Ani, gantian saya bertanya,
“An, kenal si….. ( nama teman baru ini)?”
“Walah yen….. koq bisa kenal sama dia tho? Hati-hati lho….. (meluncurlah kisah yang kurang elok)”

Nach lho!
Saat mengenal orang baik, kita bisa diangkat, mendapat priviledge, kemudahan karena mengenalnya.
Sebaliknya, ketika mengenal orang yang kurang baik, justru bikin jalan kita jadi gak mudah.
Kerap tanpa sadar kita disamakan dengan teman kita itu.

Karena itu, jadilah orang yang bisa dipercaya, diandalkan, bertanggung jawab. Jadilah orang bisa membawa teman-teman mau pun keluarga kita naik dan bukan turun.
Singkatnya:
Jadilah orang baik, itu kekayaan yang tak ternilai harganya.

*****
Klo sudah terlanjur namanya jelek bagaimana?
Ya perbaiki. Jadilah pribadi yang berbeda, sesuai yang diajarkan Tuhan, sehingga Nama Tuhan Dipermuliakan… kita mengaku orang yang percaya Tuhan, bukan? Berikan buktinya, bukan sekedar status belaka.

Trust must be earned not given. Kepercayaan itu diraih dan dibuktikan dulu. Gak otomatis.

Tanyakan pada diri sendiri:
Nach ketika mengenal kita, orang lain jadi lebih respek kepada Tuhan karena kita, atau justru kebalikannya, jadi gak ingin kenal Tuhan?

“Ci, dari dulu kami diajari supaya kasi space untuk orang lain bersalah…”, ujar B. Nini.
Gubrraaakkkk….
“Praktiknya bagaimana?”, Batin saya.

Sejak kecil saya diajari, gak usah dekat-dekat dengan orang yang bermasalah, gak tahu terima kasih, suka memanfaatkan, curang dsb.
Ringkasnyanya: jauhi orang yang bo ceng li (bocengli itu artinya tidak wajar/tidak pantas/tidak patut. Bisa juga dibilang kurang ajar atau lancang. – https://id.quora.com.)
Why?
Mengurangi ribuan pertempuran yang tidak perlu. Jangan cari perkara dan bikin repot diri sendiri.

Sampai saya sekolah, belajar untuk bergaul dengan siapa saja dan menerima siapa saja, karena Tuhan mengasihi semua orang.
Ternyata seburuk apa pun seseorang, jika dia masih bersedia mendengarkan kebenaran firman Tuhan, orang itu bisa berubah.

Seperti lagu Amazing Grace yang ditulis oleh John Newton, mantan budak yang hidupnya rusak tetapi bertobat menjadi pelayan Tuhan :
Amazing grace how sweet the sound
That saved a wretch like me
I once was lost, but now I’m found
Was blind but now I see….

Anugerah yang luar biasa betapa merdunya suaranya
Itu menyelamatkan orang malang sepertiku
Dulu aku tersesat, tapi sekarang aku ditemukan
Tadinya buta tapi sekarang aku bisa melihat

Dan salah satu bukti kasih, kita bersedia menerima dan mengasihi ketika orang itu sedang dalam proses berubah.
Demikian juga dengan setiap kita, yang sedang dalam proses berubah menjadi serupa dengan-Nya… hanya saja ‘dosa’ kita berbeda, bukan dosa yang dianggap fatal oleh masyarakat umum.

Ada orang-orang yang menurut kita tidak tahu berterima kasih, ternyata karena memang tidak pernah diajari, jadi gak tau. Ada berbagai latar belakang yang membuat mereka demikian.
Sejujurnya, saya masih belajar bagaimana bisa bijak menyikapinya? Masih dalam proses pula.

*****
Pagi ini B. Silvy bercerita sedang liburan bersama karyawannya sebanyak 3 bus, dan 3 kloter… begitu banyak karyawannya.

Nach saat di bus mereka nyanyi-nyanyi, lalu ada yang mengedarkan topinya untuk minta ‘saweran’, uang serelanya untuk yang menyanyi. Tetapi sepi gak ada yang memberi.
Lalu B. Silvy berinisiatif menggantikannya, topi itu diedarkan oleh B. Silvy…. Langsung saja hampir semua orang merogoh koceknya memberi saweran….
Ada yang 100 ribu, 50 ribu sd 2 ribu.
Kesimpulannya, sesungguhnya segala sesuatu tergantung orang yang mengedarkannya.

Siapa diri kita, berbicara lebih keras & berdampak daripada apa yang kita katakan & lakukan.

Dengan cara yang serupa, saat mengajar, sebelum orang menerima atau menolak pengajaran kita, tergantung siapa yang mengajar bukan?
Jika kita respek, hormat dan percaya pada sang guru, dengan hati terbuka, segera kita menerimanya.
Sebaliknya, jika yang mengajar orang yang integritasnya dipertanyakan, kita pun enggan mendengarkan apa yang diajarkannya.

Monica menambahi,
“Saat kita mendengar kesaksian atau pengajaran seseorang, selain menerima kesaksian atau pengajarannya, sesungguhnya kita juga menerima transfer spiritnya: semangat, gairah, integritas, karakternya juga….. sedikit banyak akan beralih kepada kita….”

Menarik sekali kesaksian B. Silvy, beliau seorang dokter juga, bagaimana rumah sakitnya, Rumah Sakit Ibu dan Anak Limijati: bisa berkembang sedemikian besarnya karena ada Tuhan yang dipermuliakan di sana. Suster-suster yang pernah pindah ke tempat lain lalu kembali lagi, merasakan betapa berbedanya… Itu karena Tuhan.

Yang lebih unik lagi Rumah Sakit itu dipimpin oleh Prof. dr. Suganda T. Sp. A. Beliau seorang muslim yang taat, lembut, sabar, kebapakan dan sehati. Tentu bekerjasama dengan dr. Edwin Kurniawan, Sp.OG, putra B. Silvy tercinta, yang sangat ahli membantu pasangan yang ingin memiliki momongan.
Bersama-sama melayani & menampilkan Allah melalui kehidupan, sesama mau pun rumah sakit mereka, dengan kasih.
Hhmm… kita meneladani mereka yuk….

Who you are speaks so loudly I can’t hear what you’re saying. – Ralph Waldo Emerson.

Siapa diri Anda, berbicara begitu keras sehingga saya tidak dapat mendengar apa yang Anda katakan. -Ralph Waldo Emerson.

YennyIndra
TANGKI AIR *ANTI VIRUS* & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN

#SeruputKopiCantik
#yennyindra
#InspirasiTuhan #MotivasiKebaikan
#mengenalTuhan

Read More
Articles, Christianity, Relationship, Self Motivation

Sikap Kita Mungkin Menjadi Masalahnya…

Gospel Truth’s Cakes
Yenny Indra

Sikap Kita Mungkin Menjadi Masalahnya…

Saya telah bertekad untuk berhenti mengeluh. Saya menolak menyerah pada sikap buruk. Saya memilih bersyukur dan berharap pada kebaikan Tuhan. Ketika Bangsa Israel dibebaskan dari Mesir, mereka dengan cepat menjadi bosan dengan campur tangan Tuhan yang menyelamatkan mereka dan memilih mengeluh.

Mazmur 106:21, 24-25 (TB) “Mereka melupakan Allah yang telah menyelamatkan mereka, yang telah melakukan hal-hal yang besar di Mesir: Mereka menolak negeri yang indah itu, tidak percaya kepada firman-Nya. Mereka menggerutu di kemahnya dan tidak mendengarkan suara TUHAN.

Inilah pola yang terlalu sering kita lihat dalam tubuh Kristus. Keadaan yang menantang menjadi “tuan”, dan hati dipenuhi dengan kepahitan dan kebencian. Ada yang melupakan Tuhan. “Tanah yang menyenangkan” berisi keselamatan, pengampunan dan ciptaan baru diremehkan. Beberapa orang memilih tidak mempercayai Firman-Nya. Kebanyakan mengeluh dan hanya sedikit yang mendengar suara-Nya.

Ada sikap yang lazim dalam contoh-contoh ini.
Ini adalah sikap “mengapa Tuhan tidak melakukan sesuatu?”, atau, “seandainya saja kita tahu betapa buruknya hal itu”. Dalam kedua kasus tersebut, “orang beriman” telah membiarkan hatinya tersinggung dan secara sadar mau pun tidak sadar, menjauh dari Tuhan. Sikap tidak bersyukur yang dibarengi dengan keluhan menjadi formula semakin sakit hati dan merasa kehilangan.

Ketika saya mengenali beberapa masalah ini dalam hidup saya, menyadarkan diri sendiri bahwa sayalah satu-satunya yang dapat mengubah keadaan. Saya yang harus bertanggungjawab. Saya tidak bisa bergantung kepada orang lain atau keadaan. Sayalah yang harus memilih takhta kasih karunia (Ibr. 4:16). Saya harus memilih mempercayai Firman-Nya dan percaya pada kasih-Nya. Saya harus “melihat” diri saya bebas dari emosi negatif serta dipenuhi oleh Roh Kudus.

Saya mulai memilih kegembiraan, damai sejahtera, kesabaran, kasih, dan iman. Saya memutuskan bahwa saya akan memiliki sikap yang baik, apa pun yang terjadi.

Kegembiraan merupakan sebuah pilihan.
Perdamaian sebuah pilihan juga.
Percaya pada kebaikan Tuhan adalah sebuah pilihan!
Saya bisa menjalani hidup dalam kepahitan dan menjadi korban situasi, atau memilih bersyukur, memuji Tuhan, dan berjalan dalam kasih karunia-Nya.
Pilihan ada di tangan kita sendiri!

Butuh beberapa waktu untuk bertumbuh, tapi hidup saya jauh berbeda sekarang. Saya tidak lagi mengalami hari-hari buruk.
Bagaimana bisa?
Tuhan tinggal di dalamku!
Semua janji-Nya adalah “ya dan amin”!
Anda juga bisa menentukan pilihannya.
Satu-satunya hal yang mungkin menghentikan Anda adalah sikap Anda.

Sumber: Barry Bennett.

*******
“For years I was saved and thought I knew God, but I was wearing a mask that hid the mess I was inside….” Dustin said.

Selama bertahun-tahun saya diselamatkan dan mengira saya mengenal Tuhan, namun saya mengenakan topeng yang menyembunyikan kekacauan yang ada di dalam diri saya….” Kata Dustin di FB Charis Bible College.
“Ketika saya dibaptis dengan Roh Kudus, saya terpesona. Sekarang saya memiliki jalur komunikasi langsung dengan Tuhan! Saya merasakan dorongan yang kuat dalam hati saya untuk mulai membaca Alkitab. Saya menikmatinya….

Melalui hubungan dengan Roh Kudus dan berbahasa roh, Firman muncul begitu saja menjadi ‘hidup’ dan saya mulai melihat Kasih Tuhan pada saya, tepat di depan mata saya, dengan cara yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Saya menjadi pria yang berbeda hari ini. Kuasa Roh Kudus nyata – saya telah diubah dari dalam ke luar, dan sekarang saya menjalani hidup saya seperti itu!”

Terbukti dengan memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan dan Roh Kudus, hidup kita berubah, keinginan, kesukaan kita pun berubah. Dulunya baca Firman karena kewajiban atau karena ‘takut tidak diberkati’, sekarang rindu untuk mengenal-Nya, rindu untuk mentaati-Nya dan rindu menjadi makin serupa dengan-Nya.
Inilah bukti seseorang benar-benar berjumpa dengan Tuhan secara pribadi, mengalami encounter…

Bagaimana dengan kita?
Apakah kita juga memiliki kerinduan yang serupa?

An encounter with God marks you. And makes you hungry for more of Him – Jenn Johnson.

Perjumpaan Anda dengan Tuhan menunjukkan perubahan yang kasat mata. Dan membuat Anda semakin haus akan Dia – Jenn Johnson.

YennyIndra
TANGKI AIR *ANTI VIRUS* & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN

#gospeltruth’scakes
#yennyindra
#InspirasiTuhan #MotivasiKebaikan
#mengenalTuhan #FirmanTuhan

 

Read More
Articles, Relationship, Self Motivation

Bila Tidak Ada Visi……

Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra

Bila Tidak Ada Visi……

“Suamiku bilang, kita ini menghabiskan waktu menunggu kematian…. ,” ujar Ani.
Oh….
Padahal Ani dan Budi, suaminya, pasangan yang sukses menurut ukuran dunia. Mereka memutuskan untuk pensiun dan hidup dari menyewakan aset-asetnya yang tersebar di berbagai kota di Pulau Jawa. Rukonya di Jakarta saja ratusan jumlahnya. Lebih dari cukup untuk hidup mewah. Tidak heran pasangan ini kerap mentraktir teman-temannya liburan atau sekedar makan.

“Bosan… sepi klo ga ada teman,” ujar Ani, “Anak-anak sudah punya keluarga dan kesibukan masing-masing. Bersama mereka juga gak mudah… makanannya saja gak cocok. Cucuku suka keju dan makanan bule. Suamiku gak doyan.”

Where there is no vision, the people perish: but he that keepeth the law, happy is he. – Bila tidak ada visi, binasalah rakyat, tetapi siapa menaati hukum (Tuhan), berbahagialah dia, demikian ungkapan terkenal Raja Salomo.

Ketika hidup ini tidak memiliki tujuan, hidup jadi membosankan. Meski punya tujuan, jika fokusnya hanya memikirkan diri sendiri, tidak bahagia juga.

Raja Salomo berujar memikirkan diri sendiri, keluarga dan kelompoknya saja, bagaikan si lintah.
Si lintah mempunyai dua anak perempuan: “Untukku!” dan “Untukku!” Ada tiga hal yang tak akan kenyang, ada empat hal yang tak pernah berkata: “Cukup!”
Semakin memikirkan diri sendiri, bak minum air laut, makin haus dan makin haus lagi.

Kebahagiaan diperoleh ketika kita memberi diri kepada orang lain. Terlebih berkat memberi daripada menerima.
Itulah sebabnya Tuhan mengajar kita, Diberkati Untuk Memberkati Orang Lain. Itulah Kunci Kepuasan Hidup.

Itulah sebabnya Bob Bufford menegaskan, tidak ada pensiun dalam kehidupan orang yang percaya kepada Tuhan. Saat anak-anak sudah mandiri, itulah saatnya kita memasuki sesi ke dua kehidupan, di mana fokus kita adalah menjalani hidup untuk membangun warisan abadi bagi generasi mendatang. Membangun hidup yang berdampak dan meninggalkan jejak yang mempermuliakan Nama Tuhan, menjadi teladan serta tetap dikenang saat kita sudah tidak ada di dunia ini lagi.

Visi membangun sesuatu yang kekal inilah yang membuat hidup kita senantiasa bersemangat, bergairah dan bersukacita melihat buah-buah pelayanan kita yang mengubah hidup banyak orang menjadi lebih baik dan lebih dekat dengan Tuhan.
Tidak peduli apa agamanya, karena di surga kelak tidak akan ada label atau kotak-kotak lagi, yang terpenting: apakah kita memiliki hubungan pribadi dengan Allah dan mengenal-Nya dengan intim?

Saat tidak memiliki Visi Allah, mudah sekali terjadi perpecahan.
Lupa bahwa setiap kita diciptakan Tuhan unik, limited edition, satu-satunya, spesial, dan membawa misi Tuhan yang tak tergantikan.
Satu-satunya cara meraih hidup yang penuh, utuh, bermakna adalah dengan memenuhi tujuan tersebut.

Saat bersama teman-teman yang memiliki visi yang sama, kita dapat saling bahu membahu merealisasikan visi tsb.
Kita semua satu tubuh, anggota tubuh yang berbeda: ada mata, telinga, tangan, kaki dll, fungsinya juga berbeda tetapi saling membutuhkan, agar tubuh itu dapat berfungsi maksimal.

Mengapa kerap terjadi perpecahan?
Karena tidak ada Visi.

Saat tidak ada Visi, kecenderungan manusia, suka membandingkan diri satu sama lainnya. Timbullah pertengkaran, iri hati, saling bersaing dsb.
Siapa yang lebih hebat, lebih penting, protes mengapa suaraku tidak didengar?

Sebaliknya, ketika semua bekerjasama merealisasikan Visi, masing-masing mengejar sesuatu yang lebih besar dari dirinya: sesuatu yang kekal & untuk kemuliaan-Nya….
Masing-masing akan saling mengalah, bersama-sama belajar menghidupi firman-Nya serta bersedia berubah serta bertumbuh, demi tercapainya Visi.
Allahlah yang menjadi tujuan serta teladan.

Terbukti prinsip ini:
Bila tidak ada visi, binasalah rakyat, tetapi siapa menaati hukum (Tuhan), berbahagialah dia.

Ingin Berbahagia?
Taati Hukum Tuhan.

*******
Andrew Womnack dengan lugas berkata, “Pertengkaran terjadi karena kesombongan”
Guuubbbrraaaak…..

Ga ada ya… orang yang mau dikatain sombong.
“Saya gak sombong. Saya justru merasa rendah diri.”, bantah seseorang.

Definisi sombong menurut Andrew berbeda dengan sombong pada umumnya, yang suka pamer, merasa lebih hebat daripada orang lain.
Tetapi orang yang sombong intinya adalah orang yang berpusat pada diri sendiri.
Istilah lainnya: Egois. Dan keegoisan sebenarnya adalah akar dari semua kesedihan. Orang berduka atau tidak bahagia karena berbagai alasan. Namun, jika mereka menganalisisnya, mereka akan menemukan bahwa hal itu selalu merupakan akibat tidak memperoleh apa yang diinginkannya. Jadi, jawaban untuk mengatasi kesedihan dapat ditemukan dengan menangani diri kita sendiri.

Misalnya, masalah keuangan sering kali muncul ketika kita berusaha hidup melebihi kemampuan kita, berupaya memenuhi hasrat egois. Keegoisan kitalah yang mengubah keinginan menjadi kebutuhan dan kemudian kebutuhan itu menjadi krisis pribadi.

Gengsi, Harga Diri terluka, manusiawi sekali…. umum…
Keangkuhan hanya menimbulkan pertengkaran, tetapi mereka yang mendengarkan nasihat mempunyai hikmat.

Masalahnya setelah menjadi orang yang percaya Tuhan, seharusnya karakter Allah yang muncul dari pribadi kita.
Ini bukan terjadi secara otomatis, melainkan dengan memperbaharui pikiran kita sesuai dengan firman-Nya karena Firman itulah Allah.
Sejujurnya, saya pun jatuh bangun terus menerus belajar agar semakin serupa dengan Dia. Tidak mudah.
Ketika pulang ke rumah Tuhan, semua kita tinggalkan. Hanya karakter inilah yang bisa kita persembahkan kepada Tuhan. Apakah orang-orang di sekeliling kita bisa melihat Tuhan melalui kita?

Tuhan menciptakan kita untuk menjalani hidup dengan fokus kepada-Nya. Tujuan-Nya sejak awal adalah agar kita “sadar akan Tuhan”, bukan “sadar akan diri sendiri”.
Dengan cara fokus kepada Tuhan, meninggikan Dia senantiasa, maka karakter-Nya menjadi karakter kita.

Ketika menggenapi tujuan Tuhan dalam menciptakan kita, hidup itu jadi memuaskan, penuh arti, bermakna akibatnya gak sibuk ngurusin hal-hal yang sepele dan gak penting… gak lagi gampang tersinggung oleh hal yang remeh-remeh.
“Gapapa saya mengalah, yang penting tujuan Tuhan tercapai dan nama Tuhan dipermuliakan.
Kan ada misi Tuhan yang besar yang harus direalisasikan. Betul ga? Makes sense bukan?
Siap praktik?

“Where there is No Vision, There is no Hope” ~ George Washington Carver.

“Jika Tidak Ada Visi, Tidak Ada Harapan” ~ George Washington Carver.

YennyIndra
TANGKI AIR *ANTI VIRUS* & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN

#SeruputKopiCantik
#yennyindra
#InspirasiTuhan #MotivasiKebaikan
#mengenalTuhan

 

Read More
1 16 17 18 19 20 33