Kita semua hidup menurut gambaran yang kita miliki di dalam hati kita. Firman Tuhan mengatakan, “Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat.” Matius 12:35 (TB)
Kekayaan yang tersimpan di dalam hati, meliputi sikap, harapan, gambaran tentang Tuhan dan gambaran tentang diri kita sendiri.
Apa yang ada di dalam hati kita memiliki sumber. Sumbernya bisa berupa pengaruh dunia, masa lalu, kegagalan dan ketakutan kita, atau, bisa juga janji Tuhan dan kepastian akan kebaikan-Nya dan kebenaran kita oleh iman. Visi dari dalam inilah yang akan menentukan jalan hidup kita.
Tuhan memberi Adam dan Hawa Taman dan semua potensi ciptaan-Nya yang “sangat baik”. Itu merupakan visi yang sangat mudah dipahami dan diikuti. Si ular memberi Hawa visi baru, yang mempertanyakan integritas Tuhan dan menjanjikan apa yang seharusnya disimpan Tuhan untuk diri-Nya. Adam dan Hawa telah mendengar firman Tuhan tetapi memilih untuk mempercayai perkataan si ular. Hanya kata-kata yang kita yakini yang akan berdampak dalam hidup kita. Kata-kata yang kita yakini menciptakan visi yang akan kita hidupi.
Setiap hari kita semua ditantang dengan visi dan suara yang terus bersaing menuntut perhatian kita. Sangat mudah untuk tersesat dalam kekacauan kegelapan dunia. Tetapi mereka yang tetap fokus pada kasih Tuhan dan persediaan-Nya yang melimpah bagi mereka, tidak akan terpengaruh oleh perkataan si ular. Visi mereka didasarkan pada janji-janji Tuhan. Pastikan visi kita adalah untuk hidup menghormati Tuhan, memberkati orang lain, dan tidak hidup dengan kecemasan, stres, dan kekurangan.
“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” Yeremia 29:11 (TB)
[Repost : “You Have A Vision, Where Did It Come From?”, – Barry Bennett, diterjemahkan oleh Yenny Indra].
“Bu Yenny, saya memilih gak usah beribadah tetapi jaga hidup yang baik saja. Jaman sekarang agama dijadikan sarana untuk ‘membujuk atau menipu’ orang lain,” ujar seorang teman.
Saya paham sekali dan mengalaminya juga. Investasi bodong, pemimpinnya memanfaatkan tokoh-tokoh agama dan bahkan dia sendiri menunjukkan bahwa dia seorang yang sangat ‘rohani’ tetapi berakhir dengan menilap uang ribuan orang.
Beberapa teman membujuk, “Itu lho rohaniwan besar itu saja ikut berinvestasi. Pasti dia sudah tanya Tuhan dulu. Kita ini jemaat, lihat saja dan mengikuti tokoh yang sudah top dan tinggi rohaninya.”
Akibat salah investasi, ketika rugi, kita cenderung ‘menyalahkan’ Tuhan. Menyamakan tokoh agama itu dengan Tuhan, lalu kecewa meninggalkan Dia.
Saya pun pernah begitu.
Padahal gak ada ayat yang bilang begitu. Tuhan TIDAK PERNAH memerintahkan kita membabi-buta meniru dan mengikuti tokoh ‘hebat’, meski pun dengan dalih surga & agama.
“Cari dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu,” demikian perintah Tuhan.
Terlanjur kecewa. Koq Tuhan tidak melindungi sich?
Ketika saya menjauh dari-Nya, hati saya semakin galau. Hidup terlalu berat untuk dijalani sendirian.
Saya merenung.
Sejak awal menikah dan berbisnis, hidup saya tidak lepas dari pertolongan Tuhan yang satu, kepada pertolongan Tuhan yang lain. Begitu banyak hal-hal mustahil terjadi. Dan saya sadar, Tuhanlah yang mencurahkan berkat-Nya.
Hidup tidak lepas dari masalah. Badai kadang datang tanpa diundang dan tanpa permisi pula. Dulu kerap stres, ga bisa tidur, akibatnya bad-mood. Betapa beratnya hidup.
Tetapi semakin saya mengenal-Nya, badai tetap ada namun saya bisa tidur nyenyak karena Tuhan menopangku.
Apakah saya akan meninggalkan-Nya karena ‘tertipu’ berinvestasi pada sesuatu yang dikelola orang yang menyalahgunakan nama Tuhan?
“Tidak,” saya memutuskan dalam hati, “Saya tidak mampu menjalani hidup ini sendirian.”
Ketika saya merenungkan hal ini lebih dalam, saya mendapatkan pemahaman baru. Sebetulnya, kesalahan ada di pihak saya. Tuhan sudah beri rambu-rambu, sekaligus saya diberi kebebasan memilih. Kalau saya sengaja memilih melanggar rambu-rambunya, lalu menerima konsekuensinya, itu bukan salah Tuhan. 100% salah saya!
“Bu Yenny sering sekali membahas tentang benih ya? Saya sampai hafal,” ujar teman lain.
“Iya pak, di sekolah saya belajar bahwa prinsip benih itulah prinsip dasarnya kehidupan. Kalau kita paham prinsip itu, segalanya jadi mudah dipahami, kata guru saya.”
Saya beberapa kali berinvestasi dan rugi. Mengapa?
Karena kerapkali saya terpukau dengan keuntungan besar.
Benihnya ‘keserakahan dan ingin cepat kaya’.
Padahal Raja Salomo / Sulaiman berkata,
Berkat dalam hidup menyertai orang yang jujur ??dan setia, tapi hukuman menghujani orang yang tamak dan tidak jujur.
Suatu ketika salah berinvestasi properti di negara tetangga. Kami semua berangkat sekitar 10 keluarga, ada yang dengan pasangan, sendiri dan dengan pasangan serta anak juga.
Kami berada di sana 3 hari 2 malam. Dikumpulkan bersama-sama. Keesokan harinya melihat properti, mempelajari penawaran, dan seingat saya hanya 1 orang yang tidak membeli. Nyaris semua teman membeli, jadi ada rasa kebersamaan, merasa pasti ini pilihan yang baik.
“Saat itu gengsi kita digelitik, masa yang lain beli dan kita tidak?,” ujar seorang teman setelah kami menyadari salah mengambil keputusan.
Kesimpulannya:
Alasan kami saat mengambil keputusan tidak bijak. Gengsi! Takut ditolak.
“Karena TUHANlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian. Itu akan menyelamatkan engkau dari kejahatan yang tersembunyi
dan dari mereka yang berbicara mendua hati,” kata Raja Salomo.
Setiap orang berjualan, apalagi properti tentu yang ditonjolkan keunggulannya.
“Nanti di seberangnya akan dibangun fasilitas bla.. bla… Bla…”
Di mana-mana begitu. Perkara beneran fasilitasnya dibangun atau tidak, urusan belakangan. Pokoknya properti sudah terjual.
Beli apartemen, viewnya dahsyat. Sudah serah terima, ternyata di depannya dibangun towet baru, viewnya ganti dinding tower baru.
Itu sudah rahasia umum.
Kesalahannya, kami tidak mencari Tuhan terlebih dahulu. Tuhan tahu apa yang akan terjadi di masa depan.
Kami tidak mengumpulkan data yang valid pula, hanya modal percaya. Yang mengajari berinvestasi tokoh kaya dan punya nama besar. Masa bisa salah sich?
Padahal itu persepsi saya sendiri…
Orang yang tak berpengalaman percaya kepada setiap perkataan, tetapi orang yang bijak memperhatikan langkahnya.
Istilah lainnya, perhatikan buahnya!, buah senantiasa menunjukkan jenis benih yang ditanam. Kalau buahnya mangga, yang ditanam pasti benih mangga. Gak mungkin durian.
Ketika memutuskan, juga tidak minta petunjuk Tuhan. Saya sempat extend, dalam hati sempat curiga, koq apartemen yang dibeli mahal sekali. Tapi kan sudah bayar DP. Kartu kredit sudah digesek.
“Ah, gak mungkinlah… Wong kita diajari berinvestasi. Belajar sama orang yang lebih sukses dan kaya daripada kita, menurut teori itu sudah jalur yang benar.” saya menghibur diri.
Tapi saat mengalami kerugian, cenderung menyalahkan Tuhan.
Saya belum sekolah waktu itu, gak paham juga hingga sedetil itu. Ternyata Tuhan benar-benar menghendaki, hidup kita betul-betul mengikuti arahan-Nya langkah demi langkah.
I did it God’s way, istilah kerennya.
Sejujurnya ini lebih mudah dikatakan daripada dipraktekkan.
Andrew memberi contoh, kalau belum dapat jawaban Tuhan, ya tunggu. Sampai berbulan-bulan. Yakin, baru bertindak.
Bahkan Andrew saat sedang membangun sekolah, kehabisan dana, dia menunggu … Hingga 3 bulan kemudian dana terkumpul, lanjut lagi. Andrew ‘kekeuh’ tidak mau pakai kredit bank, meski bank sudah menawarkan, karena Tuhan mau Sekolah Charis dibangun tanpa hutang bank.
Pertanyaannya:
Beranikah saya bersikap seperti Andrew? Meski pun sekarang saya sudah sekolah dan tahu teorinya?
Tentu teman-teman baik akan menawarkan bantuan dan solusi logis ala dunia.
Kalau saya bersikukuh bilang tunggu Tuhan, tentu saya dianggap gak waras. Gak logis.
Beranikah saya?
‘I did it God’s way’ butuh keberanian untuk taat. Melawan arus.
Saya pun sadar sekali ….
Seharusnya saya mengamati segala sesuatu dengan prinsip benih.
Meski yang berbicara, membujuk, itu tokoh besar, terkenal, pejabat top, memukau bahkan rohaniwan, kalau saya benar-benar menilainya dari buahnya, seharusnya tidak mungkin tertipu dan salah langkah.
Sebenarnya Tuhan sudah memberikan banyak sekali rambu-rambunya…. Saya juga sudah belajar dan membacanya bertahun-tahun, tetapi saat praktek, koq bisa lupa…
Saya pun menepuk jidat….
Yenny … Oh yenny…
Belajarlah lebih cerdik…. !
Fear and intimidation is a trap that holds you back. But when you place your confidence in the Lord, you will be seated in the high place.
Ketakutan dan intimidasi adalah jebakan yang membuat kita jatuh. Tetapi ketika menaruh kepercayaan kepada Tuhan, kita akan didudukkan di tempat yang tinggi (dilindungi).
“Bagaimana kita dapat mengalahkan depresi, kebingungan, keraguan dan ketakutan?”
Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. Ibrani 12:2 (TB)
Yesus mampu bertahan karena Dia mendapat visi atau penglihatan tentang SUKACITA. Sukacita dari Tuhan adalah kekuatan kita! Dia melihat melampaui yang bersifat sementara dan masuk ke dalam kenyataan, tentang apa yang akan dicapai oleh penderitaan-Nya bagi semua orang.
Kita mungkin tahu atau mungkin juga tidak tahu apa yang menjadi sumber depresi dan kebingungan kita, tetapi sumber kemenangan kita adalah sukacita Tuhan. Ada kalanya kita harus dengan KEMAUAN diri sendiri berusaha mencapai tempat itu. Itu yang disebut “korban pujian” dalam salah satu ayat. Inilah yang dikatakan sebagai “berpegang teguh pada pengakuan kita”, dalam bagian yang lainnya. Paulus menasihati orang-orang percaya agar “bersukacitalah senantiasa, dan sekali lagi kukatakan bersukacitalah.”
Akar depresi dan ketakutan hampir selalu merupakan akibat dari fokus yang terpecah serta rusaknya persekutuan dengan Tuhan.
Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang, tetapi perkataan yang baik menggembirakan dia. Amsal 12:25 (TB)
Kekuatiran akan dunia ini (kecemasan) mencekik Firman. Tetapi … Pribadi Yang Lebih Besar tinggal di dalam kita maka kita dapat MEMBUAT DIRI KITA KUAT di dalam Tuhan. Smith Wigglesworth pernah berkata, “Jika Roh tidak menggerakkan saya, maka saya yang akan menggerakkan Roh.” Dan dia akan menari dan memuji hingga dia menciptakan serta mencapai tempat di mana sukacita dan kemenangan berada.
Ketakutan adalah iman yang bekerja terbalik. Jika kita bisa mengatakan, ada sisi positif dalam ketakutan, hal itu dicapai dengan menyadari bahwa kita memiliki iman, tetapi fokusnya pada hal-hal yang salah. Kita memikirkan hal-hal yang salah, membicarakan hal-hal yang salah namun bertindak seolah-olah hal itu benar. Balikkan rasa takut! Biarlah Firman-Nya menjadi sumber pemikiran, perkataan, serta tindakan kita. Kita diciptakan untuk mempercayai Tuhan! Lakukanlah!
Fokuskan pikiran-pikiran kita. Ucapkan hanya kata-kata kehidupan. Lihatlah melampaui apa yang bersifat sementara di dunia ini, kepada yang bersifat kekal serta Pujilah Dia. Tidak ada emosi manusia yang dapat mengalahkan kita di tengah kehadiran roh sukacita.
[Repost ; “How can I defeat depression, confusion, doubt and fear?”, – Barry Bennett, diterjemahkan oleh Yenny Indra].
Seorang pengusaha hotel berpengalaman, langsung melihat strategisnya tanah yang menghadap Central Park, New York City yang terkenal. Insting bisnisnya mendorongnya u segera mendirikan hotel cantik di sana.
Dia sudah membayangkan tentu sangat menguntungkan hotel baru ini, dan tentu saja biayanya sangat besar sehingga dia perlu menggandeng investor lain, sekaligus mengajukan pembiayaan dari Bank.
Perijinan tidak mudah. Menyiapkan design, rancangan, proposal dan sebagainya membutuhkan waktu lama. Sempat Bank yang satu membatalkan kreditnya, jadi harus mencari lagi pembiayaan dari Bank lain.
Uh… Sungguh tidak mudah. Proyek besar, memang tidak mudah.
Tanpa terasa 2 tahun telah berlalu. Persis menjelang proyek hendak direalisasikan, tiba-tiba rekan investornya mundur!
Sungguh tidak masuk akal!
Sangat mengecewakan!
Why Lord?
Tuhan sungguh Tidak Adil!
Tiga bulan berlalu, wabah Virus Covid-19 merajalela di mana-mana. Dan New York City yang terkena dampak paling parah.
Pengusaha ini sekarang bersyukur kepada Tuhan untuk Pintu yang Tertutup.
Tuhan menyelamatkannya.
Seandainya proyek itu tetap berjalan, maka dia akan kesulitan keuangan bahkan bisa mengakibatkan dia kehilangan aset-asetnya yang lain.
Kisah yang diceritakan oleh Joel Osteen sungguh sangat menyentuh dan membukakan pikiran saya.
Ada doa yang tak kunjung terjawab.
Haruskah kecewa?
Tidak!
Kisah ini mengajarkan saya untuk tetap percaya, Tuhan tahu yang terbaik!
God’s timming is perfect.
Waktu Tuhan itu sempurna.
Dia mengasihi saya, melebihi saya mengasihi diri saya sendiri.
Ada hal-hal yang tidak kita mengerti terjadi dalam hidup ini. Serahkan hidup kita kepada-Nya. Biarkan diri kita dipimpin dan bersedia dibentuk oleh-Nya. Seperti kalau kita ikut tour, guide akan mengarahkan rute perjalanan dan pengaturan waktu secara efisien.
Tuhan adalah Guide hidup kita. Jika kita mengikuti arahan-Nya, maka hidup kita akan efisien, sampai tujuan sesuai dengan rencana. Namun jika kita menolak mengikuti-Nya , mau jalan sesuai selera kita sendiri maka tidak salah, hidup jadi kacau balau.
Kesimpulannya:
Mari kita hidup taat mengikuti arahan Tuhan.
God designed you for Success. He made you to be a Winner! – Andrew Wommack
Tuhan mendesain Anda untuk Sukses. Dia membuat Anda menjadi Pemenang! – Andrew Wommack
Kita dapat memilih masa depan dan takdir kita sendiri. Kita bisa memilih mengijinkan Roh mengasihi dan melalui hidup kita. Kita dapat memilih menerima sukacita Tuhan, memperbaharui pikiran, berdoa dalam Roh, menjadi pelaku Firman, memberi dan mengampuni serta hidup oleh iman.
Tuhan bukanlah variabel dalam hidup kita. Anugerah adalah penyediaan terus menerus serta berkelimpahan bagi setiap kebutuhan. Variabelnya adalah keinginan kita. Kita sendiri yang memilih untuk pasif atau aktif dalam membangun persekutuan kita dengan Tuhan.
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! Asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya. Markus 11:23 (TB)
Kitalah yang dimaksud dengan “Barangsiapa!” Kita bisa menjadi seperti yang Tuhan inginkan serta berjalan dalam kemenangan sebanyak yang kita inginkan! Seberapa penting bagi kita, kehidupan Allah yang berkelimpahan?
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Yohanes 3:16 (TB)
Tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.” Yohanes 4:14 (TB)
Daripada terganggu dan dibutakan oleh keadaan serta perasaan, setiap kita dapat berfokus pada kebaikan Tuhan, menepati janji-Nya, dan menghindari kerusakan yang ada di dunia. Kasih karunia Tuhan adalah penyediaan-Nya untuk setiap kebutuhan kita. Kita bisa memilih menjadi pendatang yang aktif atau justru korban yang pasif.
……. Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib. Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia. 2 Petrus 1:3-4 (TB)
[Repost ; “The Choice Is Yours” – Barry Bennett, diterjemahkan oleh Yenny Indra]