Category : Articles

Articles

“Pikiran Beracun?”

“Pikiran Beracun?”

Supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu.
Efesus 4:23 (TB)

Roh apa yang ada dalam pikiran kita?
Ini dapat dipahami secara umum sebagai pendekatan kita terhadap kehidupan, tetapi secara khusus itu melibatkan apa yang kita pikirkan tentang Tuhan, tentang diri kita sendiri, dan bagaimana kita mengevaluasi keadaan yang terjadi dalam kehidupan.

Pikiran kita tentang Tuhan merupakan kekuatan yang besar dalam menentukan kebaikan atau keburukan dalam hidup kita. Mereka yang percaya bahwa Tuhan mengendalikan segala sesuatu, hidup telah ditakdirkan atau Tuhan sengaja menempatkan kesulitan, penyakit dan penderitaan untuk tujuan ilahi-Nya, itu sedang memikirkan pikiran yang sangat merusak.
Sampai kita bersedia memperbaharui pikiran kita tentang karakter Tuhan yang sesungguhnya, selama itu kita akan terus menjalani kehidupan pasif dengan sikap pasrah dan tak berdaya.

Pikiran-pikiran tentang siapa diri kita, sama pentingnya. Mempercayai kebohongan masyarakat atau agama dapat membuat kita kehilangan rasa percaya diri dan membuat kita menjadi budak kebencian serta rasa bersalah terhadap diri sendiri. Kita harus mendapatkan pewahyuan tentang siapa diri kita di dalam Kristus.

Kita lebih dari pemenang, duta Allah, sanggup melakukan segala sesuatu melalui Dia, diciptakan dengan tujuan ilahi, diberikan anugerah, kuasa dan karunia, dilengkapi dengan pikiran Kristus, memiliki roh yang lahir baru serta benih Firman yang tidak fana di dalamnya! Kita tidak menunggu kegagalan yang akan terjadi! Kita diterima di dalam kasih! (Ef. 1: 6)

Situasi yang terjadi dalam kehidupan, dapat didekati dari tempat di mana kemenangan dan hati nurani terbebas dari rasa bersalah, atau dijalani dengan perasaan mencekam, penuh ketakutan serta gagasan bahwa Tuhan sedang menghukum kita. Pikiran-pikiran semacam itu mengungkapkan pikiran yang belum diperbaharui.

Memperbarui roh dan pikiran merupakan sebuah proses. Dibutuhkan keputusan berani untuk percaya hanya pada apa yang dikatakan Firman tentang kita, tentang pewahyuan Tuhan melalui Yesus, dan tentang otoritas kita untuk mengatasi keadaan.

“Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus.”
2 Korintus 10:5 (TB)

[Repost ; “Toxic Thoughts”, – Barry Bennett, diterjemahkan oleh Yenny Indra] .

Read More
Articles

“Menjalani Hidup dari Atas!”

“Menjalani Hidup dari Atas!”

Kita semua pernah mendengar lelucon tentang seorang pria yang ditanya,
“Bagaimana keadaanmu?”
“Tidak buruk, dalam keadaan seperti ini.”
“Apa yang kamu lakukan di bawah sana?”

Lebih banyak kebenaran terkandung dalam lelucon kecil ini daripada yang disadari banyak orang. Sikap Anda terhadap diri kita sendiri, orang lain, dan kehidupan secara umum dimulai dari ‘atas’ atau ‘bawah’.
Mereka yang hidup dari bawah, mengandalkan panca indra, kekuatan atau kelemahan mereka, sumber daya mereka yang terbatas, serta emosi dan ketakutan mereka.

Ada pilihan lain!
Kita dapat memilih untuk menjalani hidup dari atas.
Hidup dari atas mengacu pada hidup dalam kemenangan Kristus, duduk bersama-Nya di sorga, yang melampaui semua penguasa dan segala nama.

“Jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut, bukan hanya di dunia ini saja, melainkan juga di dunia yang akan datang.
Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada….
Dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga,
Efesus 1:21-22, 2:6 (TB)

Kita dapat memilih untuk melihat segala sesuatu dari atas.
Kita dapat memilih untuk berdoa dari atas.
Kita bisa berjalan dan berbicara sebagai orang yang hidup di atas masalah, bukan di bawahnya.
Sikap adalah segalanya dan orang yang melihat dirinya bersama Kristus, berada dalam posisi hidup kemenangan yang terus menerus berkelanjutan.

Kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah.
Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.
Kolose 3:1-2 (TB)

Seperti yang biasa dikatakan Zig Ziglar:
‘Masih ada tempat di Puncak!’

Putuskan hari ini untuk menjalani hidup dari atas, bukan dari bawah.

[Repost ; “Living from Above”, – Barry Bennett, diterjemahkan oleh Yenny Indra].

Read More
Articles

Blessings In Disguise’ – ‘Harta Karun’ Di Tengah Pandemi.

Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra

Blessings In Disguise’ – ‘Harta Karun’ Di Tengah Pandemi.

Kring …. Bunda Dewi Motik pramono menelpon. Beliau mengomentari artikel https://yennyindra.com/2020/10/pandemi-yang-mengubah-tatanan-kehidupan/

“Betul sekali… Kita perlu tetap jaga kesehatan tetapi jangan sampai ketakutan seperti orang yang tidak punya Allah,” kata Bunda Dewi.

Beliau baru saja pulang dari Bali bersama grup CEO dipimpin Bu Icha, sang ketua.
60 orang jumlahnya. Berangkat sehat dan pulang pun semua dalam keadaan sehat. Selama menggelar acara, semua protokol kesehatan tetap dipegang.
Social distancing duduk dengan jarak 1 meteran, masker selalu dipakai. Hanya saat foto dibuka, segera dipasang lagi.
Pulang hingga 14 hari kemudian, tetap aman.

“Malahan enak … Ternyata bisa koq ngobrol asyik meski dengan jarak 1 meteran, ” Bunda Dewi Motik menjelaskan,

Ada peserta acara yang ingin peluk-peluk.
Bunda Dewi segera mencegah dengan arif,
“Jangan ya..   siapa tahu saya yang OTG. Kita saling menjaga.”
Sehingga tidak menyinggung perasaan orang lain. Padahal usia Bunda Dewi Motik sudah 71 tahun tetapi beliau tidak takut untuk bepergian dan menyebarkan kebaikkan bagi sesama. Uniknya lagi, Bunda Dewi menjadi berkat bersama dengan teman-teman dari berbagai keyakinan. Beliau pembicara tertua namun tidak kalah semangat dengan yang lebih muda.

Teringat ungkapan bijak, Beritakanlah firman dan tentunya, sebarkanlah kebaikkan, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.
Kesimpulannya, selalu ada kesempatan menjadi berkat bagi sesama. Entah cocok atau tidak waktunya menurut pendapat umum.

Bunda Dewi bercerita, selama bertahun-tahun, setiap Bulan Ramadhan setiap hari ada undangan Buka Puasa 2-5 tempat. Akibatnya Bunda Dewi harus segera bergegas dari satu acara ke acara lainnya.
Lucunya, mengikuti 5 acara buka puasa, tapi sampai di rumah baru benar-benar berbuka puasa, makan yang sesungguhnya. 🙂 Sekedar icip dan minum, pindah ke tempat lain. Sampai ditertawakan sang asisten rumah tangga. 

Nach dengan adanya pandemi, Bulan Ramadhan lalu, Bunda Dewi bisa berbuka puasa hingga Sholat Taraweh bersama anak, menantu, cucu, besan bahkan lengkap hingga sopir dan asisten rumah tangga.

“Di hadapan Allah semua sama,” katanya,
“Sebuah kemewahan yang tidak akan pernah bisa dinikmati di masa yang normal. Justru di masa pandemi ini, keluarga berkumpul bersama-sama menikmati Quality Time. Belum tentu tahun depan masih bisa seperti ini lagi lho!”

Sebuah contoh apik dari pribadi yang bijak. Memanfaatkan situasi yang tidak bisa diubah, dan mengambil manfaat yang sebesar-besarnya.

Sementara di luar sana begitu banyak orang ketakutan, mengeluh dan mandeg hidupnya, Bunda Dewi tetap bisa hidup ‘normal’, menjadi berkat bagi sesama dan menikmati kehidupan yang sangat berkualitas.

Bukti nyata bahwa sesungguhnya hidup adalah sebuah pilihan.

“Kalau hidup memberimu jeruk, buatlah limun,” ungkapan terkenal Zig Ziglar.

Selalu ada ‘Blessings In Disguise’ – berkat tersembunyi – dalam setiap situasi. Tergantung apakah kita mampu melihat dan memanfaatkannya.

Bagaimana dengan Anda?

Thankfulness depends on what is in your heart, not what is in your hand – Dennis De Haan.

Rasa bersyukur bergantung kepada apa yang ada di hati anda, bukan atas apa yang ada di tangan anda – Dennis De Haan

TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN

Read More
Articles

God And Me.

Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra

God And Me.

Pagi ini saya menerima tulisan cantik ini dari Bu Silviaty. Dan saya terhenyak .. wow benar sekali!
Begitu bagusnya tulisan ini, sehingga saya membagikannya kepada teman-teman semua.

I love this analogy
When GOD wanted to create the fish, HE spoke to the sea,
when GOD wanted to create the trees, HE spoke to the earth
but when GOD wanted to create Man, HE spoke to Himself.
Then GOD said, “Let US make Man in Our image, according to Our likeness.

If you Take a fish out of the water, it will die and when you take a tree off the ground, it will also die. Similarly, when Man is disconnected from GOD, he dies.

GOD is our natural environment. We were created to live in HIS presence. We must be connected to HIM because only in HIM there is Life.

STAY CONNECTED TO God. 
Remember…
GOD without Man is still GOD but Man without GOD is Nothing.

Saya suka analogi ini.
Ketika ALLAH ingin menciptakan ikan, Dia berfirman kepada laut,
ketika ALLAH ingin menciptakan pepohonan, DIA berbicara kepada bumi tetapi ketika ALLAH ingin menciptakan Manusia, DIA berbicara kepada Dirinya sendiri.

Kemudian ALLAH berkata, “Biarlah KITA menjadikan Manusia menurut gambar KITA, menurut rupa KITA.

Jika Anda mengeluarkan ikan dari air, ia akan mati dan saat Anda mencabut pohon dari tanah, ia juga akan mati.  Demikian pula, ketika Manusia terputus dari *ALLAH *, dia pun mati.

TUHAN adalah lingkungan kita secara alami.  Kita diciptakan untuk hidup dalam kehadiran/hadiratNYA.  Kita harus senantiasa terhubung dengan DIA karena hanya di dalam DIA ada Kehidupan.
TETAPLAH TERHUBUNG DENGAN Tuhan.

Ingat…

ALLAH tanpa Manusia tetaplah ALLAH tetapi Manusia tanpa ALLAH tidak ada.


Tulisan ini menyadarkan kita bahwa melekat pada Tuhan adalah habitat kita.
Di luar Tuhan kita tidak dapat berbuat apa-apa. Hidup jadi tidak normal. Mungkin masih bisa hidup, tetapi tidak sehat.

Sejak awalnya manusia diciptakan untuk bergantung kepada Tuhan. Digambarkan bahwa Tuhan adalah pohon anggur, sementara manusia adalah ranting-rantingnya.
Pohon anggur yang mengambil sari-sari makanan melalui akar-akarnya, lalu menyalurkannya pada ranting-rantingnya.
Tuhan yang memberikan berkat-Nya, dan menyalurkannya kepada kita.

Ranting itu diharapkan untuk bertumbuh dan berbuah sehingga buahnya dapat memberkati makhluk yang ada di sekelilingnya. Tuhan ingin agar kita senantiasa menghasilkan hal-hal baik yang memberkati sesama. Sehingga ketika orang lain menikmati kebaikkan kita, mereka akan memuliakan Allah. Kita menjadi duta Allah di dunia ini.

Ranting yang patah, terlepas dari pohon anggurnya, tentu akan mati.
Ketika kita melepaskan diri dari Allah dan menjauh, kita akan mati secara rohani.
Tidak lagi menikmati damai sejahtera dan sukacita serta kelimpahan yang dirancangkan Allah bagi kita.

Ketakutan, kesepian, ketidakpuasan manusia tercipta karena keterpisahan dari Allah. Hanya Allah yang bisa memuaskan hati manusia, sesuai habitat aslinya.

Kebahagiaan sejati hanya dapat dicapai ketika kita hidup menggenapi rencana Allah dan hidup sesuai caranya Allah.
Hidup yang terus terhubung dengan Allah, yang dirancang Allah sejak awal ketika menciptakan Adam dan Hawa di taman Eden.
Segala kebutuhan Adam dan Hawa sudah disediakan Allah di taman itu. Pohon pisang sudah menghasilkan buahnya. Adam tetap harus memetik, mengupas dan memakannya. Ada bagian yang tetap harus manusia kerjakan. Allah dan manusia bekerjasama.

Ketika Adam & Hawa jatuh dalam dosa, roh mereka terputus dari Allah. Mereka mati secara rohani.
Mulailah manusia menciptakan ‘kebenaran’ ala mereka sendiri. Menciptakan kebahagiaan versi mereka sendiri: dengan menumpuk kekayaan materi, ingin memiliki segalanya, mencoba obat-obat terlarang karena sensasi nikmatnya yang bersifat sementara, mendefinisikan kembali pernikahan masa kini: pernikahan sesama jenis dsb.
Yang dicari dan dikejar semuanya semu belaka. Bagaikan anjing yang berputar-putar mengejar bayangan ekornya sendiri. Tidak pernah tercapai.

Mari kita kembali kepada tatanan kebenaran yang hakiki: hidup dengan cara Tuhan. God’s way. Di sanalah kepuasan dan sukacita sejati berada. Kita mendapatkan yang terbaik di dunia hingga sampai pada kekekalan, ketika waktunya meninggal dunia.
Setuju?

Let heaven and earth be my witnesses against you this day that I have put before you life and death, a blessing and a curse: so take life for yourselves and for your seed.

Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu.

YennyIndra
TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN

Read More
Articles

“Jangan teralihkan oleh hal-hal yang bersifat sementara.”

“Jangan teralihkan oleh hal-hal yang bersifat sementara.”

Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.
Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami.
Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.
2 Korintus 4:16-18 (TB)

Kekaisaran Romawi bersifat sementara.
Hitler dan partai Nazi bersifat sementara.
Kekaisaran Jepang bersifat sementara.
Malapetaka dunia masa lalu hanya sementara.
Keruntuhan ekonomi di masa lalu bersifat sementara.

Tidak peduli apa pun yang diderita oleh dunia, itu semua hanya sementara. Krisis telah berlalu. Gejolak yang kita alami saat ini bersifat sementara. Kita merasa pasti, sedang berada pada akhir zaman karena hal-hal ini terjadi pada saat kita di sini dan saat ini, tetapi keadaan yang jauh lebih buruk telah mengguncang dunia pada masa lalu. Lebih banyak penderitaan dan tragedi telah menimpa manusia selama Perang Saudara, PD I, dan PD II. Perbudakan dan genosida (pembantaian besar-besaran secara sistematis terhadap satu suku bangsa atau sekelompok suku bangsa dengan maksud memusnahkan bangsa tersebut), bangsa menaklukkan bangsa dan ketidakadilan sosial telah terjadi sejak awal.

Tentu saja, kita semakin mendekat dengan kedatangan Tuhan daripada sebelumnya, tetapi ketidaknyamanan sementara yang kita alami, tidak selalu berarti Dia harus datang sekarang untuk membebaskan kita. Umat ??Kristen dan yang lainnya telah sangat menderita selama 2.000 tahun terakhir. Ini bukanlah hal baru.

Bangsa kita sedang diguncang oleh kekuatan jahat. Di sini dan sekarang mungkin terlihat permanen, tetapi dalam ruang lingkup sejarah, semua itu bersifat sementara. Ini adalah “penderitaan ringan kita yang hanya sesaat.” Kita harus tetap memperhatikan hal-hal yang tidak terlihat jika kita ingin berhasil menjalani waktu di mana kita hidup.

Yesus melayani bangsa Israel selama pendudukan Romawi. Pesannya tidak melawan Pemerintahan Roma, melainkan pesan tentang Kerajaan Allah. Kita bisa memberitakan Kerajaan Allah dan salib Yesus dalam keadaan apa pun. Hidup kita mungkin tidak senyaman dulu, tetapi hanya sementara. Kerajaan Allah dan Kehidupan kekal akan berlangsung selamanya.

Mari kita mengarahkan pandangan kita pada yang abadi.

[Repost ; “Don’t be distracted by that which is temporary”, – Barry Bennett, diterjemahkan oleh Yenny Indra].

Read More
1 218 219 220 221 222 264