Menjadi Orang Percaya Yang Hidup Seimbang Yuk…
Gospel Truth’s Cakes
Yenny Indra
Menjadi Orang Percaya Yang Hidup Seimbang Yuk…
Masih ada teman-teman kristen yang hidupnya tidak seimbang. Seorang teman begitu fokusnya pada kehidupan rohaninya, sehingga tidak mengurus kehidupan jiwa dan tubuhnya. Bisnis tidak dikelolanya dengan baik. Berulang kali terjepit, lalu Tuhan memberinya mujizat.
Repotnya, justru mujizat ini dianggapnya bahwa dia rohani sekali, berada di jalur yang benar sehingga mujizat terjadi.
Ini mindset yang salah!
Mujizat dilakukan Tuhan, KARENA TERPAKSA, demi menolong anak-anak-Nya yang belum bisa menghidupi Hukum Kerajaan Allah.
Yang Tuhan inginkan, agar anak-anak Tuhan hidup di dalam berkat. Apa pun yang kita butuhkan tersedia, karena kita menghidupi prinsip-prinsip Hukum Kerajaan Allah.
Berbisnis dan hidup sesuai jalur yang benar.
Apa bedanya berbisnis dengan menjadikan Tuhan, Pemimpin yang sejati- dengan yang tidak?
Jika kita berusaha dengan upaya 10, maka secara natural kita menerima 12, karena ada laba 2. Ini terjadi jika kita berbisnis dengan mengandalkan kekuatan sendiri.
Ketika kita mengandalkan Tuhan, bekerjasama dengan-Nya, maka usaha kita 10, jika kita menghidupi hukum-hukum-Nya dilipatgandakan Tuhan 30, 60 atau 100x lipat.
Nach perbandingannya, dengan usaha sendiri, yang didapat 12, bekerjasama dengan Tuhan, jika dilipatgandakan 30x saja = 10 x 30 = 300.
Dahsyat bukan?
Perhatikan, 300 ini dicapai jika kita menjalankan bisnis sesuai prinsip firman Tuhan atau Hukum Kerajaan Allah.
Tetap bekerja dan mengikuti aturan bisnis lho!
Di alam natural, kita paham, klo mau panen mangga ya harus menanam dulu biji atau cangkokkan pohon mangga.
Tidak bisa gak menanam apa pun, lalu sekedar berdoa, minta panen mangga.
Tapi ketika berhubungan dengan Tuhan, sebagian orang bersikap demikian. Mindsetnya, klo sama Tuhan, sesama orang kristen, semua wajib gratis.
Ada orang-orang kristen yang hanya fokus pada yang rohani, bisnis Tidak Dijalankan sesuai aturan yang berlaku dalam dunia bisnis mau pun Firman Tuhan. Tidak heran bisnisnya gagal atau stagnan.
Contoh:
Jatuh tempo hutang, harus bayar. Amsal 12:22
Jaga nama baik. Amsal 22:1
Berdagang dengan cara jujur dan benar. Amsal 11:1 & 20:10
Sebelum melakukan sesuatu, dipertimbangkan. Lukas 14:28
Yang belum baca, bisa KLIK:
https://yennyindra.com/2022/08/apa-yang-paling-berharga-dalam-hidupmu/
Manusia terdiri dari roh, jiwa dan tubuh.
Artinya, tidak hanya yang rohani yang dibangun tetapi jiwa dan tubuh juga.
Jiwa artinya kita harus terus menambah pengetahuan. Bahkan untuk pemahaman yang rohani pun ketika sekolah di Charis, banyak pewahyuan baru dibukakan. Ternyata belajar sendiri saja tidak cukup.
Level 3 di Charis, kami belajar leadership, bagaimana menerapkan firman Tuhan dalam kehidupan yang nyata. Di market place. Semua perlu dipelajari… Tidak secara otomatis kita kuasai hanya dengan berdoa semata.
Lalu trend dunia berubah. Cara berbisnis, beriklan, bersosialisasi, berubah. Jaman internet dan sosmed. Kita harus belajar juga bagaimana memanfaatkannya untuk berbisnis, pelayanan dan hal-hal lainnya secara positif.
Belajar pula bagaimana membangun hubungan dll.
Melibatkan Tuhan juga? Iya dong…. Wajib.
Sadarkah kita, ketika membaca Alkitab disertai Roh Kudus, maka pewahyuannya up to date untuk abad ke 20?
Tuhan membimbing, agar kita belajar pada orang yang tepat, pelajaran yang tepat pula serta menyediakan orang-orang yang tepat untuk menolong kita.
Tuhan yang meluruskan jalan kita.
“Tanpa Tuhan, manusia tidak bisa membedakan yang baik dan yang jahat,” ujar P. Irwan, dirut Charis.
Ada jalan yang disangka lurus tetapi ujungnya menuju maut. Siapa yang tahu mana jalan yang beneran lurus? Tuhan. Dia Allah yang dapat melihat jauh ke masa depan.
Tubuh juga mesti dipelihara. Kita perlu merawat tubuh dengan baik.
Tidak sedikit teman-teman yang mendapat kesembuhan, tetapi karena tetap meneruskan gaya hidup yang lama, akhirnya sakit lagi.
“Harta kehidupan ada 6 macam,kita tidak boleh hanya fokus pada salah satu harta yang kita miliki.
Bangun harta rohani terlebih dahulu,sebelum membangun Harta lainnya.
Harta ada 6 macam
Harta Rohani : bagaimana hubungan dengan Tuhan dan menerapkan ajaranNya dalam kehidupan kita.
Harta Jiwani : menambah pengetahuan atau segala kebutuhan jiwa untuk menambah kopentensi.
Harta Tubuh : menjaga tubuh kita tetap sehat.
Harta Keluarga : memberikan waktu untuk membangun bersama keluarga.
Harta Duniawi : kebutuhan akan materi untuk hidup seperti uang dan aset-aset material, wajib dikelola dengan bijak.
Harta Hubungan : membangun relationship dengan sesama,” demikian Siuling sahabat saya menjelaskan.
Gak bisa hanya fokus yang rohani, tetapi yang jiwa dan tubuh juga harus dipelihara bersama dengan Tuhan. Biarkan Tuhan yang menjadi Boss dari semuanya.
Anugerah alias Grace juga wajib seimbang.
Grace dan Faith mesti seimbang.
Ada Anugerah yang gratis dari Tuhan, tetapi harus direspon dengan Faith. Iman.
Tidak terjadi secara otomatis.
Dalam setiap aspek kehidupan juga demikian. Ada bagian Tuhan dan ada bagian manusia.
Saya suka sekali dengan pelajaran praktis, yang pernah saya dengar bertahun-tahun yang lalu.
Ketika Anda menikah, saat itu juga mulailah cari tahu berapa biaya persalinan dan sekolah Taman Kanak-Kanak (TK), lalu hitunglah plus inflasi pertahun dan mulailah menabung.
Sehingga saat istrimu hendak melahirkan atau anakmu akan masuk TK, tidak perlu gedor-gedor pintu surga, meminta mujizat.
Tabungannya sudah cukup, sehingga hidup jauh lebih nyaman.
Hidup kita itu konon Alkitab yang terbuka.
Jika kita bisa mengatur kehidupan dengan baik, itulah demonstrasi kebaikan Tuhan melalui kehidupan kita. Jadilah bijak!
“Ternyata Tante Siuling gak Tuhan-Tuhan-an saja, tetapi mengelola bisnis dengan disiplin,” ujar seorang pemuda memuji Siuling, sahabat saya.
Siuling pribadi yang on-time, teratur, mampu memanage keuangan, bisnis serta segala sesuatu dengan baik. Di samping itu dia juga tekun mengejar kebenaran Tuhan dan menghidupinya.
Orang-orang di sekelilingnya, bisa merasakan wibawa Allah yang menyertainya. Respek dan didengar. Berbisnis dengan baik. Menjadi teladan yang nyata. Menjawab kebutuhan dan menjadi solusi bagi orang-orang yang dilayaninya.
Bukankah setiap orang hendaknya demikian?
Karena punya pabrik, beberapa kenalan baru mendekati ingin jadi distributor.
Awal saat berkenalan, menceritakan bisnisnya sedemikian memukau. Jalur distribusinya oke sekali, pegang produk-produk terkenal pula.
“Oh, teman ini ingin buka divisi baru rupanya… Divisi tangki air dan pipa pvc,” pikir saya.
Menjadi distributor tentu perlu menyediakan modal tersendiri, staf khusus, gudang dan armada. Barang-barang produk kami volumenya cukup besar, butuh tempat yang cukup. Namun saat sungguh-sungguh negosiasi, ketahuanlah bahwa maunya jadi distributor tetapi kemampuannya hanya sekedar makelar. Semua persyaratan sebagai distributor belum ada dan belum siap mengadakannya. Yang lebih repot lagi, setiap pembicaraan dikemas dengan bahasa yang super-rohani dan kristiani.
Karena sama-sama Kristen, ada teman yang saat berhutang, justru minta pembayaran diperpanjang. Klo bisa mintanya harga cash, tapi tempo sepanjang-panjangnya.
Gak paham logikanya bagaimana?
Sebagian anak-anak Tuhan tidak paham hal ini, sedangkan orang-orang dunia justru sudah mengerti. Ini sesuatu yang sudah sewajarnya di dunia bisnis.
Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang. Lukas 16:8 TB
Dalam pelayanan, saya berprinsip itulah kesempatan saya sedikit mengembalikan kebaikan Tuhan. Dia sangat-sangat baik. Sebagai ucapan syukur. Semua gratis. Free.
Persembahan saya untuk Tuhan.
Tetapi saat berbisnis, mari kita berbisnis dengan cara yang benar juga. Ini sawah ladang di mana melaluinya, Tuhan mencurahkan berkat-Nya sehingga saya punya dana extra, benih yang bisa ditabur untuk pelayanan.
Jangan dicampur aduk.
Bisnis ya bisnis. Pakai aturan bisnis.
Pelayanan ya pelayanan. Pakai aturan pelayanan.
Mari kita hidup sebagai orang kristen yang seimbang dan memiliki batasan alias boundaries yang jelas.
“Boundaries define us. They define what is me and what is not me. A boundary shows me where i end and someone else begins, leading me to a sense of ownership. Knowing what I am to own and take responsibility for gives me freedom. – Dr. Henry Cloud.
“Batasan (boundaries) mendefinisikan kita. Batasan itu mendefinisikan apa yang memang saya (hak dan kewajiban saya) dan mana yang bukan saya. Sebuah batasan menunjukkan kepada saya di mana saya berakhir dan orang lain memulai, membawa saya kepada rasa memiliki. Mengetahui dengan pasti, apa yang harus saya miliki dan apa tanggung jawab yang mengikutinya, sehingga memberi saya kebebasan. – Dr. Henry Cloud.
YennyIndra
TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN