Tak Perlu Takut, Hidupmu Ada dalam Penjagaan-Nya!
Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra
Tak Perlu Takut, Hidupmu Ada dalam Penjagaan-Nya!
Tak ada orang tua yang tidak menginginkan anaknya aman, sukses, dan hidup bahagia. Tapi tidak sedikit pula orang tua yang justru terjebak dalam ketakutan tersembunyi.
Seperti Ayub dalam kisah kuno, ia terus mempersembahkan korban karena takut anak-anaknya berbuat dosa. Bukan karena iman, tapi karena kekhawatiran. Ironisnya, yang ia takutkan justru terjadi!
Itulah pelajaran besar yang saya pelajari:
ketika kita hidup dipimpin oleh ketakutan, kita tidak sedang melindungi keluarga kita—kita justru membuka pintu bagi hal-hal buruk yang kita takutkan.
Dulu saya pikir, semakin saya khawatir, semakin saya mencintai mereka. Ternyata salah! Khawatir bukan bukti kasih. Kekhawatiran adalah perwujudan rasa tidak percaya. Tidak percaya bahwa Tuhan mampu menjaga orang-orang yang kita kasihi jauh lebih baik daripada kita sendiri.
Ketakutan dan iman itu seperti dua sisi mata uang. Keduanya bekerja lewat kata-kata.
Saat kita berkata, “Aduh, jangan-jangan anakku kenapa-kenapa di jalan,” kita sedang membuka jalan bagi pikiran negatif untuk bekerja.
Pikiran yang terus diulang, – entah benar atau salah -, akan kita percayai dan menjadi keyakinan. Dan keyakinan yang salah—yang lahir dari ketakutan—akan membawa kita kepada keputusan yang salah pula.
Tuhan mengingatkan,
“Berhati-hatilah dengan apa yang kamu dengar.
Ukuran pemikiran dan pembelajaran yang kamu berikan kepada kebenaran yang kamu dengar, akan menjadi ukuran kebajikan dan pengetahuan yang kembali kepadamu—
dan lebih dari itu, akan diberikan kepadamu yang mau mendengar.”
Prinsipnya, apa yang kita terima dari Firman Tuhan bergantung pada seberapa sungguh-sungguh kita memberi perhatian, merenungkan, dan memperdalamnya. Semakin besar perhatian dan penggalian kita terhadap kebenaran, semakin besar pula hasil yang kita tuai—bahkan ditambahkan lebih dari itu.
Tapi ketika kita belajar hidup dalam iman, kita berkata, “Anakku dilindungi tangan Tuhan. Ke mana pun ia pergi, ada malaikat yang menjagai dia. Tuhan sudah berjanji, Dengan panjang umur akan Kukenyangkan dia, dan akan Kuperlihatkan kepadanya keselamatan dari pada-Ku. Janji Tuhan Ya dan Amin.”
Kata-kata kita bukan hanya sekadar penghiburan, tapi pernyataan iman yang punya kuasa!
Kuncinya: Kenali sumber pikiranmu.
Pikiran dari Tuhan selalu datang dengan damai sejahtera. Seringkali muncul dari dalam, tenang tapi kuat. Tapi pikiran dari musuh datang tiba-tiba, menyerang seperti badai. Memaksa, membuat cemas, dan mendesak untuk segera diambil tindakan.
Pernah satu malam saya gelisah, memikirkan salah satu anak saya yang sedang bepergian. Pikiran saya dipenuhi kemungkinan terburuk. Saat itu saya belajar menundukkan pikiran saya dan bertanya: “Ini dari mana ya?”
Ternyata bukan dari Tuhan. Maka saya belajar menolak pikiran tersebut dan menggantinya dengan ucapan syukur serta janji-janji perlindungan Tuhan.
Kalau tidak, saya bisa saja langsung menelepon anak saya dengan nada khawatir dan tanpa sadar, justru menularkan ketakutan saya kepadanya.
Kita tidak bisa mencegah burung beterbangan di atas kepala, tapi kita bisa mencegahnya membuat sarang di kepala kita. Begitu pula pikiran. Jangan biarkan pikiran negatif tinggal dan berkembang. Segera tolak dan gantikan dengan yang benar.
Lalu, apa bedanya doa yang panik dan doa yang penuh iman?
Doa yang panik muncul dari kecemasan dan ketidakpercayaan. Kata-katanya dipenuhi kekhawatiran: “Tuhan, jangan sampai terjadi sesuatu ya… lindungi ya… jangan-jangan begini… jangan-jangan begitu…” Setelah berdoa pun hati tetap gelisah, pikiran masih berkecamuk, dan kita makin ingin mengontrol keadaan.
Sebaliknya, doa yang penuh iman lahir dari hati yang yakin akan kasih dan kuasa Tuhan. Kata-katanya penuh syukur: “Tuhan, terima kasih karena Engkau sudah menjaga anakku. Aku percaya Engkau bekerja dalam hidupnya. Aku tenang karena Engkau setia.” Setelah berdoa, hati terasa ringan dan damai. Kita bisa tersenyum, bahkan tidur nyenyak karena tahu segala sesuatu dalam tangan-Nya.
Hari ini, mari kita koreksi cara kita berdoa.
Apakah motivasi kita berdasarkan iman atau ketakutan?
Apakah kita sedang percaya pada kebaikan Tuhan, atau sedang mencoba “mengendalikan” keadaan lewat doa karena kita panik?
Ketika doa kita lahir dari hati yang percaya, damai sejahtera akan mengikuti. Tapi kalau kita makin panik setelah berdoa, mungkin itu bukan doa… mungkin itu hanya pelampiasan rasa takut.
Yuk, mulai hari ini kita memilih hidup dari tempat percaya, bukan cemas. Menyerahkan orang-orang yang kita kasihi ke tangan Tuhan, yang jauh lebih sanggup menjagai mereka daripada kita.
Kita lakukan bagian kita: membimbing, mengingatkan, mencintai, dan… percaya. Selebihnya, Tuhan yang melakukan bagian-Nya.
Karena ternyata, yang benar-benar menjaga dan memelihara hidup mereka bukan kita. Tapi Tuhan yang maha kasih dan setia.
“Worry does not empty tomorrow of its sorrow. It empties today of its strength.”
— Corrie ten Boom
“Kekhawatiran tidak mengurangi kesusahan hari esok. Tapi ia mencuri kekuatan kita hari ini.”— Corrie ten Boom
YennyIndra
TANGKI AIR *ANTI VIRUS* & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
THE REPUBLIC OF SVARGA
SWEET O’ TREAT
AESTICA INDONESIA – AESTICA ID
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN
#seruputkopicantik
#yennyindra
#Inspirasi Kebaikan #MotivasiKebaikan
#PribadiBerkualitas #BerbagiDenganSesama