Endorsement Dalam Kehidupan Sehari-Hari.
Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra
Endorsement Dalam Kehidupan Sehari-Hari.
Apa artinya?
Endorsement dalam dunia perbukuan berarti komentar atau testimoni peneguh akan kualitas isi buku dan kepada si penulisnya sekaligus.
Endorsement bisa berasal dari pendapat pakar, komentar penulis buku, pendapat tokoh-tokoh yang relevan, atau komentar dari public figure.
Fungsi utama endorsement adalah untuk mengangkat branding penulis dan karyanya. Endorsement pada umumnya mengandung unsur promosi. (www.kompasiana.com).
Tidak hanya di bidang kepenulisan, tetapi di dunia kita sehari-hari pun kita membutuhkan endorsement dari teman-teman kita.
Saat hendak membeli sesuatu yang kita tidak tahu, misalnya, kita butuh referensi dari teman kita, mana tempat yang paling oke, merk apa yang bagus dan lebih menyenangkan lagi jika bisa diperkenalkan dengan pemiliknya. Gak usah repot, langsung diberi harga bagus karena si pemilik kenal baik dengan teman kita. Dan dijamin gak mungkin diberi barang yang palsu, meski kita baru mengenal si pemilik, karena dia sungkan dengan teman kita.
Ini praktik umum dalam dunia kita sehari-hari.
Kerap kita lupa bahwa it’s a small world.
Waktu bertemu dengan teman baru, bahkan di luar negeri, ternyata teman baru ini mengenal teman atau kerabat kita di Indonesia…
Artinya, Nama baik kita sangatlah Penting.
Tidak heran Raja Salomo mengatakan,
Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas.
Sekian puluh tahun lalu saat masih merintis bisnis, kami ingin buka cabang di sebuah kota di Jateng. Sewa gudang dulu, tentunya.
Ketika sang pemilik gudang tahu bahwa saya anak dari papa saya, dan beliau mengenal papa saya yang pernah jadi kepala sekolah sebelum buka toko, langsung saya dapat priviledge.
“Sudah kita orang sendiri… masuk dulu saja gapapa. Ke notarisnya belakangan saja,” ujarnya sambil menyerahkan kunci gudangnya.
Kami menempati gudangnya sekitar 2 minggu baru ke notaris. Gak usah DP, bayarnya belakangan karena papa saya.
Sebaliknya ada teman baru yang saya kenal di Jakarta.
“Oooo kenal Ani gak? Itu lho pemilik perusahaan bla bla bla….” , demikian teman baru ini bercerita dengan bangga.
Nach waktu saya berjumpa dengan Ani, gantian saya bertanya,
“An, kenal si….. ( nama teman baru ini)?”
“Walah yen….. koq bisa kenal sama dia tho? Hati-hati lho….. (meluncurlah kisah yang kurang elok)”
Nach lho!
Saat mengenal orang baik, kita bisa diangkat, mendapat priviledge, kemudahan karena mengenalnya.
Sebaliknya, ketika mengenal orang yang kurang baik, justru bikin jalan kita jadi gak mudah.
Kerap tanpa sadar kita disamakan dengan teman kita itu.
Karena itu, jadilah orang yang bisa dipercaya, diandalkan, bertanggung jawab. Jadilah orang bisa membawa teman-teman mau pun keluarga kita naik dan bukan turun.
Singkatnya:
Jadilah orang baik, itu kekayaan yang tak ternilai harganya.
*****
Klo sudah terlanjur namanya jelek bagaimana?
Ya perbaiki. Jadilah pribadi yang berbeda, sesuai yang diajarkan Tuhan, sehingga Nama Tuhan Dipermuliakan… kita mengaku orang yang percaya Tuhan, bukan? Berikan buktinya, bukan sekedar status belaka.
Trust must be earned not given. Kepercayaan itu diraih dan dibuktikan dulu. Gak otomatis.
Tanyakan pada diri sendiri:
Nach ketika mengenal kita, orang lain jadi lebih respek kepada Tuhan karena kita, atau justru kebalikannya, jadi gak ingin kenal Tuhan?
“Ci, dari dulu kami diajari supaya kasi space untuk orang lain bersalah…”, ujar B. Nini.
Gubrraaakkkk….
“Praktiknya bagaimana?”, Batin saya.
Sejak kecil saya diajari, gak usah dekat-dekat dengan orang yang bermasalah, gak tahu terima kasih, suka memanfaatkan, curang dsb.
Ringkasnyanya: jauhi orang yang bo ceng li (bocengli itu artinya tidak wajar/tidak pantas/tidak patut. Bisa juga dibilang kurang ajar atau lancang. – https://id.quora.com.)
Why?
Mengurangi ribuan pertempuran yang tidak perlu. Jangan cari perkara dan bikin repot diri sendiri.
Sampai saya sekolah, belajar untuk bergaul dengan siapa saja dan menerima siapa saja, karena Tuhan mengasihi semua orang.
Ternyata seburuk apa pun seseorang, jika dia masih bersedia mendengarkan kebenaran firman Tuhan, orang itu bisa berubah.
Seperti lagu Amazing Grace yang ditulis oleh John Newton, mantan budak yang hidupnya rusak tetapi bertobat menjadi pelayan Tuhan :
Amazing grace how sweet the sound
That saved a wretch like me
I once was lost, but now I’m found
Was blind but now I see….
Anugerah yang luar biasa betapa merdunya suaranya
Itu menyelamatkan orang malang sepertiku
Dulu aku tersesat, tapi sekarang aku ditemukan
Tadinya buta tapi sekarang aku bisa melihat
Dan salah satu bukti kasih, kita bersedia menerima dan mengasihi ketika orang itu sedang dalam proses berubah.
Demikian juga dengan setiap kita, yang sedang dalam proses berubah menjadi serupa dengan-Nya… hanya saja ‘dosa’ kita berbeda, bukan dosa yang dianggap fatal oleh masyarakat umum.
Ada orang-orang yang menurut kita tidak tahu berterima kasih, ternyata karena memang tidak pernah diajari, jadi gak tau. Ada berbagai latar belakang yang membuat mereka demikian.
Sejujurnya, saya masih belajar bagaimana bisa bijak menyikapinya? Masih dalam proses pula.
*****
Pagi ini B. Silvy bercerita sedang liburan bersama karyawannya sebanyak 3 bus, dan 3 kloter… begitu banyak karyawannya.
Nach saat di bus mereka nyanyi-nyanyi, lalu ada yang mengedarkan topinya untuk minta ‘saweran’, uang serelanya untuk yang menyanyi. Tetapi sepi gak ada yang memberi.
Lalu B. Silvy berinisiatif menggantikannya, topi itu diedarkan oleh B. Silvy…. Langsung saja hampir semua orang merogoh koceknya memberi saweran….
Ada yang 100 ribu, 50 ribu sd 2 ribu.
Kesimpulannya, sesungguhnya segala sesuatu tergantung orang yang mengedarkannya.
Siapa diri kita, berbicara lebih keras & berdampak daripada apa yang kita katakan & lakukan.
Dengan cara yang serupa, saat mengajar, sebelum orang menerima atau menolak pengajaran kita, tergantung siapa yang mengajar bukan?
Jika kita respek, hormat dan percaya pada sang guru, dengan hati terbuka, segera kita menerimanya.
Sebaliknya, jika yang mengajar orang yang integritasnya dipertanyakan, kita pun enggan mendengarkan apa yang diajarkannya.
Monica menambahi,
“Saat kita mendengar kesaksian atau pengajaran seseorang, selain menerima kesaksian atau pengajarannya, sesungguhnya kita juga menerima transfer spiritnya: semangat, gairah, integritas, karakternya juga….. sedikit banyak akan beralih kepada kita….”
Menarik sekali kesaksian B. Silvy, beliau seorang dokter juga, bagaimana rumah sakitnya, Rumah Sakit Ibu dan Anak Limijati: bisa berkembang sedemikian besarnya karena ada Tuhan yang dipermuliakan di sana. Suster-suster yang pernah pindah ke tempat lain lalu kembali lagi, merasakan betapa berbedanya… Itu karena Tuhan.
Yang lebih unik lagi Rumah Sakit itu dipimpin oleh Prof. dr. Suganda T. Sp. A. Beliau seorang muslim yang taat, lembut, sabar, kebapakan dan sehati. Tentu bekerjasama dengan dr. Edwin Kurniawan, Sp.OG, putra B. Silvy tercinta, yang sangat ahli membantu pasangan yang ingin memiliki momongan.
Bersama-sama melayani & menampilkan Allah melalui kehidupan, sesama mau pun rumah sakit mereka, dengan kasih.
Hhmm… kita meneladani mereka yuk….
Who you are speaks so loudly I can’t hear what you’re saying. – Ralph Waldo Emerson.
Siapa diri Anda, berbicara begitu keras sehingga saya tidak dapat mendengar apa yang Anda katakan. -Ralph Waldo Emerson.
YennyIndra
TANGKI AIR *ANTI VIRUS* & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN
#SeruputKopiCantik
#yennyindra
#InspirasiTuhan #MotivasiKebaikan
#mengenalTuhan