Apakah Kita Telanjang Di Hadapan Allah?
Gospel Truth’s Cakes
Yenny Indra
Apakah Kita Telanjang Di Hadapan Allah?
Adam dan Hawa saat di Taman Eden, mereka telanjang tetapi tidak malu. Karena manusia diciptakan Tuhan untuk telanjang, terbuka, apa adanya, tidak ada yang ditutup-tutupi dan itu yang membuat manusia merasa nyaman.
Ketelanjangan menimbulkan kerentanan, rapuh, lemah…. Ini menunjukkan kepercayaan dan ketergantungan Adam dan Hawa terhadap Allah.
Ketika manusia jatuh ke dalam dosa, rasa malu muncul. Mereka perlu menyembunyikan sesuatu dan mulailah muncul rasa takut, yang sebelumnya tidak pernah ada.
Dosa senantiasa menyembunyikan sesuatu. Takut ditolak, merasa kurang dan tidak pernah cukup.
Pada waktu menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi, kita lahir baru. Menjadi ciptaan yang baru 2 Korintus 5:17. Manusia lama, nature kita yang lama sudah mati, diganti dengan naturenya Allah. Itulah sebabnya kita dapat berhenti berbuat dosa. Hati kita tidak sejahtera ketika melakukan hal-hal yang berdosa.
Manusia lama yang belum lahir baru, meski pun ingin berhenti berbuat dosa, tidak mampu. Berhenti sebentar lalu jatuh lagi ke dalam dosa. Karena rohnya masih roh yang lama, naturenya (sifat bawaan lahirnya) memang berdosa. Mereka berusaha berbuat baik atau menjadi baik, dengan kekuatannya sendiri. Itu mustahil.
Itulah sebabnya, ada yang bertanya, koq bisa orang yang setiap minggu ke gereja, bahkan ada pula yang terlibat pelayanan, tetapi jatuh dalam dosa berulang kali. Menipu, makan duit teman, berzinah dsb.
Pertanyaannya:
Sudah lahir baru belum?
Dari hasil riset, 60% orang-orang yang ke gereja belum lahir baru dan belum mengalami pembaharuan budi sesuai Roma 12:2. Terutama di Amerika.
Bagaimana dengan di Indonesia?
Wallahualam.
Kebanyakan mereka sekedar Convert, alias berubah status, dulunya di KTP agama lain, sekarang tertulis agamanya Kristen.
Bukan bertobat!
Bertobat artinya berbalik arah, jika dulunya hidup menurut hukum dunia, sekarang hidup menurut hukum kerajaan Allah. Tidak berhenti disitu saja, tetapi mengalami perubahan mindset dan cara memandang segala sesuatu. Sekarang melihat dengan kacamata Allah.
Dalam segala sesuatu, pertimbangannya, apakah pikiran, perasaan dan tindakannya menyenangkan hati Tuhan?
Allah Tritunggal berdiam di dalam roh yang sudah lahir baru. Allah itu murni, mulia, agung, maka kemurnian, kemuliaan serta keagungan Allah pun terpancar melalui roh kita.
Nature Allah menjadi nature kita di dalam roh.
Hubungan kita, baik dengan Allah mau pun sesama, kembali seperti saat Adam belum jatuh ke dalam dosa. Kita rindu untuk kembali kepada nature kita yang baru, nature alami sebagai ciptaan baru: bersikap terbuka, jujur apa adanya.
Masalahnya, jiwa (pikiran, emosi & kehendak) dan tubuh kita masih tetap yang lama.
Pada awalnya, jika sebagai ciptaan baru berbuat dosa, nurani kita berontak, tetapi jika terus menerus dibungkam, lama kelamaan nurani menjadi tumpul. Sehingga hidupnya tidak berbeda dengan orang-orang dunia, meski sesungguhnya dia sudah lahir baru.
Tugas kita setelah lahir baru adalah memperbaharui pikiran kita agar selaras dengan kebenaran Firman Tuhan. Semakin selaras jiwa kita dengan firman-Nya, semakin peka mendengar suara-Nya dan semakin Supernatural hidup kita.
Semakin banyak firman tertanam dalam hati kita, semakin kita mengenal dan memahami kasih Allah.
Dan…. Di dalam kasih tidak ada ketakutan. 1 Yoh 4:18.
Kasih Allah menerima kita tanpa syarat, unconditional love.
Saat berdosa, kita bisa segera datang, bertobat, maka dosa kita yang merah seperti kirmizi akan diubah menjadi seputih salju.
Setiap kita pernah berbuat salah dan akan berbuat salah sekali waktu. Itu manusiawi. Kita masih dalam proses menjadi makin dewasa rohani dan sedang menuju kesempurnaan, serupa dengan Yesus. Ini proses yang terus kita bangun hingga pulang ke rumah Bapa.
Tetapi jangan sampai satu kesalahan yang mungkin saja tidak sengaja, atau kita sengaja karena kurangnya berhikmat, ketika itu terjadi, kita bersikukuh enggan bertobat.
Justru mendirikan benteng, memberikan alasan, lalu menutupinya dengan kebohongan lainnya. Akhirnya akan bergulir seperti bola saju yang kian besar dan tidak mampu lagi diatasi. Akibatnya sangat menghancurkan.
Padahal solusinya so simple.
Mengakui kesalahan kita dan bertobat.
Itulah sebabnya Daud yang sudah berzinah bahkan membunuh Uria, tentaranya yang setia, masih diberi julukan “Orang Yang Hatinya Berkenan Kepada Allah.”
Daud berdosa, namun dia segera bertobat. Mengakui dengan jujur kesalahannya dan kembali kepada Tuhan.
As simple as that….
Give your burdens to the lord, and he will take care of you. He will not permit the godly to slip and fall.
Psalms 55:22
Serahkan bebanmu, kekuatiranmu, kesalahanmu, masalahmu, keinginanmu, kepada Tuhan, dan dia akan menjagamu. Tidak dibiarkannya orang saleh tergelincir dan jatuh. Mazmur 55:22
Dengan meneladani apa yang Daud lakukan, damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal, memelihara hati dan pikiran kita.
Inilah yang dirindukan oleh orang-orang dunia.
Dunia menawarkan cara cepat untuk menjadi kaya secara materi. Kerap kita merasa, wow…. Koq bisa orang yang curang diberkati sedemikian rupa.
Tetapi tidak lama kita melihat, berbagai kasus menimpa, dan dalam sekejap semuanya hilang.
Tidak hanya itu, tipu daya kekayaan dunia, secara samar kemudian menyeret anak-anak Tuhan yang tidak sungguh-sungguh berdiri diatas kebenaran firman-Nya, hidupnya tidak berbeda dengan kehidupan orang dunia.
Setiap pelanggaran selalu ada konsekuensi. Itu hukum alam. Hukum sebab – akibat, tabur – tuai.
Dalam Mazmur 73, Asaf kecewa. Tidak ada gunanya mempertahankan hati yang bersih.
Orang fasik kelihatan beruntung, tidak menderita apa pun. Bahkan menyindir dan mengata-ngatai dengan jahatnya, hal pemerasan dibicarakan mereka dengan tinggi hati.
Familiar bukan, kita kerap melihat hal yang sama terjadi di sekeliling kita.
“Sampai aku masuk ke dalam tempat kudus Allah, dan memperhatikan kesudahan mereka. Sesungguhnya di tempat-tempat licin Kautaruh mereka, Kaujatuhkan mereka sehingga hancur. Betapa binasa mereka dalam sekejap mata, lenyap, habis oleh karena kedahsyatan!” kata Asaf,
“Sesungguhnya Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya, bagi mereka yang bersih hatinya.”
Tidak ada yang melebihi orang yang menjaga hatinya suci, tulus, murni dan bersih, karena dia akan melihat Allah. Mat 5:18.
Tidak ada kebahagiaan dan kemakmuran sejati diluar Tuhan. Berkat Tuhan itu lengkap bagi roh, jiwa dan tubuh kita.
Mau?
Praktik yuk….
Keep your heart pure. A pure heart is necessary to see God in each other. If you see God in each other, there is love for each other, then there is peace – Mother Teresa.
Jagalah kemurnian hatimu. Hati yang murni diperlukan untuk melihat Tuhan dalam diri sesama. Jika kita melihat Tuhan dalam diri satu dengan yang lainnya, di sana kasih bagi sesama, maka di sana ada kedamaian pula – Bunda Teresa.
YennyIndra
TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN