Kebenaran Sejati Yang Memerdekakan
Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra
Kebenaran Sejati Yang Memerdekakan.
Seorang teman, Orang Indonesia yang menikah dengan pria Swedia, bercerita bagaimana orang-orang Swedia menjunjung tinggi kebebasan pribadi. Sedemikian bebasnya, hingga tidak ada lagi batasan benar dan salah yang jelas.
Atas nama kebebasan, sekali seminggu, ada hari bebas khusus di mana seorang kepala sekolah, beliau seorang pria tulen, berdandan ke sekolah dengan mengenakan gaun wanita, berdandan menor dengan lipstick tebal dan mengenakan high-heels.
Guuuubbbbrrraaaakkkk….
Waktu saya kecil, jika ada pria yang berdandan sebagai wanita, maka dianggap tidak wajar. Di bully.
Apalagi menikah sesama jenis, tabu sekali. Dibicarakan pun jangan. Saru, kata Orang Jawa.
Tetapi di jaman sekarang, semua penyimpangan- penyimpangan ini justru dilegalkan.
Dalam sebuah buku yang cukup best-seller mendunia, dituliskan jika makan sosis membuatmu bahagia, ya… Makanlah. Lakukan apa saja yang membuatmu senang.
Manusia mengumbar hawa nafsunya, demi mengejar kesenangan, dan berharap bisa menemukan kebahagiaan yang diidam-idamkannya.
Ada seorang raja kaya raya yang sudah merasakan semua ini. Beliau adalah Raja Sulaiman atau Raja Salomo, orang terkaya sekaligus paling bijak yang pernah hidup di muka bumi. Memiliki 700 istri dari kaum bangsawan dan 300 gundik. Total punya 1.000 istri.
Apa komentar dari pengalamannya?
”Mari, aku hendak menguji kegirangan! Nikmatilah kesenangan! Tetapi lihat, juga itu pun sia-sia,” kata Salomo,
“Tak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada makan dan minum dan bersenang-senang dalam jerih payahnya. Aku menyadari bahwa ini pun dari tangan Allah. Karena siapa dapat makan dan merasakan kenikmatan di luar Dia?”
Tidak ada kebahagiaan di luar dari apa yang ditetapkan Allah bagi manusia.
Tuhan yang mencipta alam semesta dan segenap isinya. Dia yang tahu pula apa yang terbaik manusia.
Pesan terkenal Raja Salomo, “Takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang.”
Kita hidup di dunia yang makin lama makin rancu. Batasan antara benar dan salah makin tipis, bahkan membingungkan. Tokoh-tokoh yang dianggap hebat pun pendapatnya tidak bisa dipegang. Hari ini A dianggap benar. Sekian tahun kemudian dianggap salah.
Puluhan tahun lalu berjemur itu jam 7 pagi. Sekarang konon salah. Yang baik jam 10 pagi.
Manusia ingin menciptakan rumus kebahagiaan ala mereka, yang modern, kekinian namun justru makin rancu menimbulkan berbagai masalah yang baru.
Kita menganggap ini jaman modern. Apa yang dikatakan Allah terlalu kuno. Manusia tidak menyadari firman itu roh dan hidup. Firman atau perkataan Allah, sesungguhnya adalah Allah sendiri. Firman senantiasa menjawab masalah kekinian, melalui revelation knowledge-nya. Pewahyuan pengetahuan yang senantiasa baru, menjawab apa yang kita butuhkan. Apa yang sulit bagi Allah?
Satu-satunya kebenaran yang tidak pernah berubah, – dahulu, sekarang dan selama-lamanya – adalah Firman Tuhan.
Dan perlu kita sadari, Firman Tuhan pula yang mencipta dunia dan menopangnya.
Nach sebelum mengenal Tuhan, saya menganggap perasaan itu sesuatu yang nyata. Repotnya, dunia di sekitar kita memang memanjakan perasaan.
Ketika curhat, apa yang dibicarakan?
Perasaan. I think, I want dan I feel. Saya pikir, saya ingin dan saya rasa…. Semuanya bukan kebenaran.
Semakin diikuti, perasaan makin dibahas, makin melebar ke mana-mana.
Lagu-lagu dunia yang mendayu-dayu sedang mengikuti perasaan. Semakin diulang-ulang liriknya, semakin tertanam di dalam pikiran bawah sadar.
Ke mana pikiran dominan kita mengarah, ke situlah hidup kita mengarah pula.
Sampai saya paham setelah sekolah, Perasaan ditentukan oleh Apa yang Kita Pikirkan.
Jika tidak suka apa yang kita rasakan, ubah pikiran kita, maka perasaan pun akan berubah.
As simple as that!
Kehilangan cinta pada pasangan?
Lakukan tindakan kasih, meski pun perasaan tidak ingin.
Berdoa minta kekuatan Tuhan.
Ketika kita melakukan tindakan kasih, perasaan cinta pun akan mengikuti secara natural.
Ketika kita mengasihi pasangan, maka pasangan yang ‘mbencekno’, kata Orang Surabaya, artinya nyebelin, pun akan berubah.
Sementara solusi orang dunia, saat kehilangan cinta ya… Cari yang baru.
Banyak hal dalam kehidupan, yang jauh lebih simple ketika kita mentaati firman Tuhan.
Tuhan memerintahkan untuk mengampuni, padahal sebelnya minta ampun.
Saya belajar, daripada memendam kebencian, kata orang bijak ibarat ‘minum racun tetapi mengharapkan orang lain yang mati’, alias mustahil, – ternyata dengan mendoakan orang yang menyakiti kita, kebencian pun luntur.
Apa pun yang kita kuatirkan, inginkan dan harapkan, kita bisa mendoakan dengan jujur, – curhat pada Tuhan – hasilnya jauh lebih baik. Tidak sekedar curhat, tetapi mendoakan harapan baik, lalu merenungkan firman-Nya….
Hasilnya?
Saya sudah mentaati perintah-Nya: serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, karena dia yang memeliharamu.
Jika kamu meminta sesuatu dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya.
Meski solusi akhirnya seperti apa, saya belum tahu tetapi saya tahu, rancangan Tuhan adalah rancangan damai sejahtera, yang memberi masa depan yang penuh harapan.
Saya tinggal menantikan saja, surprise dari Tuhan.
Mari kita belajar untuk berpikir, merasa dan bertindak berdasarkan kebenaran yang sejati, yaitu Firman Tuhan maka kebenaran itu akan memerdekakan kita.
Kita tahu kapan harus diam, menanti dan bertindak. Dengan demikian kita bisa menghindarkan diri dari ribuan pertempuran yang tidak perlu.
Setuju?
He who lives by emotion, lives without principle – Watchman Nee.
Orang yang hidup dengan dikendalikan oleh emosi, hidupnya tanpa prinsip – Watchman Nee.
YennyIndra
TANGKI AIR & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN