Tuhan berbicara kepada saya tentang penyembuhan baru-baru ini dari perikop terkenal ini : “Hai anakku, perhatikanlah perkataanku, arahkanlah telingamu kepada ucapanku; janganlah semuanya itu menjauh dari matamu, simpanlah itu di lubuk hatimu. Karena itulah yang menjadi kehidupan bagi mereka yang mendapatkannya dan kesembuhan bagi seluruh tubuh mereka.” Amsal 4:20?-?22 (TB).
Ini petunjuk paling sederhana namun paling mendalam yang diberikan untuk penyembuhan dalam Kitab Suci. Banyak orang Kristen dengan tulus mencoba membaca Alkitab, mencari kesembuhan, namun tidak mendapatkan hasil.
Saya berpikir sendiri, banyak orang merasa mereka hidup “di dalam Firman” tetapi tidak memperoleh kesembuhan. Saat itulah Tuhan berbicara dalam hati saya dan berkata bahwa banyak orang yang “di dalam Firman,” tetapi Firman tidak menemukan tempat “di dalam mereka.”
Saya langsung teringat perumpamaan Penabur dalam Matius 13:18-23. Banyak orang menjadi “pendengar” Firman, tetapi hati orang itu yang menentukan hasilnya. Sebagian tidak mengerti, sebagian lagi tidak berakar (tidak memiliki komitmen sejati), bahkan merasa bimbang ketika situasi yang tidak menguntungkan terjadi, sementara yang lain lagi membiarkan kekhawatiran hidup mencekik Firman. Bukannya mereka tidak “di dalam Firman.” Namun karena Firman tidak masuk ke dalam mereka. Saya pernah bersalah dalam hal ini.
Kita mungkin membaca untuk belajar dan memahami, membuktikan kebenaran poin doktrin tertentu, atau mempersiapkan pembelajaran Alkitab, tetapi apakah kita benar-benar memberi perhatian, mencondongkan telinga rohani kita, dan membiarkan Firman ditempatkan di hati kita? Saya memahami, ada perbedaan besar antara “mengetahui” apa yang Firman katakan secara mental dengan memiliki pewahyuan yang benar didalam hati saya.
Setelah membaca satu bab atau satu bagian Kitab Suci, apakah Anda langsung melupakannya saat Anda menjalani hari Anda? Ataukah sebuah ayat atau pewahyuan memberi energi kepada Anda, lalu Anda merenungkannya selama berjam-jam bahkan lebih lama lagi? Apakah membaca bagi Anda merupakan kewajiban, ataukah memberi kehidupan? Firman yang tersimpan di dalam hati kitalah yang membawa kehidupan dan kesehatan dari Tuhan.
Sifat alami Firman Tuhan itu membawa kehidupan dan menyehatkan. “Disampaikan-Nya firman-Nya dan disembuhkan-Nya mereka.” Mazmur 107:20 (TB). Sampai kita menghargai Firman, menempatkannya ke dalam hati serta pikiran kita, – selama itu belum tercapai -, kita membatasi kuasa penyembuhannya.
Mungkin saja kita berada “di dalam” Firman, tetapi apakah Firman itu benar-benar ada “di dalam” kita?
[Repost ; “Your Healing”. – Barry Bennett, Penerjemah Yenny Indra].
YennyIndra TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC MPOIN PLUS & PIPAKU PRODUK TERBAIK PEDULI KESEHATAN
“Bu Yenny, saya ingin dapat mukjizat seperti ibu… Koq Bu Yenny dan teman-teman sering sekali dapat pertolongan Tuhan…,” kata seorang teman.
Hhhmmm… Teman-teman pembaca paling cinta klo saya cerita tentang kesaksian Bu Jane. Soalnya berkat yang diterima Bu Jane selalu bermilyar-milyar, gak ada yang cuma ratusan juta, spektakuler pula caranya…
Sayangnya, kebanyakan mau mukjizatnya tapi tidak tekun meniru apa yang Bu Jane lakukan.
Sesungguhnya, menerima mukjizat pertolongan Tuhan itu ada polanya, yang bisa dilakukan oleh semua orang. Baik dalam kesembuhan, keuangan, relationship mau pun yang lainnya.
Ingin tahu rahasianya? Lakukan apa yang Anda bisa. Meski sesuatu yang sederhana, sepele, kelihatannya gak berarti, ya gakpapa.Ini membuktikan iman kita. Ketika kita melakukan apa yang kita bisa, Tuhan akan mengerjakan apa yang kita tidak bisa. Tindakan kecil ini membawa kita berada di tempat yang tepat, agar mukjizat Tuhan tercipta. Dibutuhkan tindakan iman untuk meresponi janji Tuhan. Dan kerjakan sesuai dengan waktu serta cara-Nya Tuhan.- God’ Way, NOT My Way.
Ikut cara Tuhan, bukan cara Frank Sinatra, yang menyanyikan lagu My Way… Wkwkwk….
So simple… Tetapi banyak yang enggan bergerak karena menganggap yang bisa dia lakukan bukan sesuatu yang berarti. Terlalu sepele…. Gak keren. Mana mungkin? Mereka lupa, justru itulah api kecil yang keluar dari pemantik…
“Masa bisa, Bu Yenny?”
Ini buktinya….
Ada teori yang terkenal mendunia dengan nama: Butterfly Effects – Teori Efek Kupu-kupu.
Pada tahun 1963 Lorenz menerbitkan studi teoretis efek ini dalam artikel terkenal yang berjudul Deterministic Nonperiodic Flow (Aliran Takperiodik Deterministik). Berdasarkan artikel tersebut, ia mengatakan: “Seorang meteorolog mendapati, jika teori ini benar, maka satu kepakan sayap burung camar laut dapat mengubah jalannya cuaca untuk selamanya.”
Atas anjuran rekan-rekan sejawatnya, dalam kuliah-kuliah dan publikasi selanjutnya, Lorenz menggunakan contoh yang lebih puitis, yaitu memakai kupu-kupu. Menurut Lorenz, suatu kali ia tidak mempunyai judul untuk ceramahnya pada pertemuan ke-139 American Association for the Advancement of Science tahun 1972, Philip Merilees mengusulkan judul “Does the flap of a butterfly’s wings in Brazil set off a tornado in Texas?” (“Apakah kepakan sayap kupu-kupu di Brasil menyulut angin ribut di Texas?”).
Kepakan sayap kupu-kupu secara teori menyebabkan perubahan-perubahan sangat kecil dalam atmosfer bumi, namun pada akhirnya mengubah jalur angin ribut (tornado) atau menunda, mempercepat bahkan mencegah terjadinya tornado di tempat lain. Wow…. Dahsyat!
Kepakan sayap ini merujuk kepada perubahan kecil dari kondisi awal suatu sistem, yang mengakibatkan rantaian peristiwa menuju kepada perubahan skala besar (bandingkan dengan efek domino). Jikalau kupu-kupu tidak mengepakkan sayapnya, trayektori sistem tersebut akan berbeda jauh. (Sumber: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Efek_kupu-kupu)
Memahami teori efek kupu-kupu, memberi kita lensa baru untuk melihat bisnis, pasar, dan banyak hal lain lagi, di mana hal-hal kecil dapat memengaruhi bahkan mengubah hal yang besar.
Kesimpulannya: Melakukan hal kecil itu penting! Jadilah peka, lakukan apa yang kita bisa. Kalau kepak sayap kupu-kupu kecil, terbukti menentukan arah angin badai tornado yang dahsyat, menurut science, sangat masuk akal doa, perkataan dan tindakan kecil sepele yang kita lakukan, mampu menciptakan mukjizat besar.
Apa saja yang Bu Jane dan kami semua lakukan? Konsisten berdoa, belajar, menggali firman Tuhan serta membangun hubungan dengan-Nya . Hal-hal kecil yang secara kasat mata tidak berhubungan dengan terobosan keuangan, perbaikan hubungan relationship, atau kesembuhan.
Dalam keadaan baik, kami menyimpan kebenaran firman Tuhan dalam hati, sehingga bertumbuh dan berkembang, mengubah cara pikir. Menghidupi firman. Iman menjadi kuat karena iman itu adalah Allah sendiri.
Ketika badai menyerang, firman itu berbicara, mengarahkan langkah-langkah kami serta memberikan damai sejahtera yang melampaui segala akal. Dalam keadaan tenang, permasalahan terlihat lebih jernih. Dan ketika Tuhan berbicara, suara-Nya terdengar jelas.
Di tengah badai, tentu goncangan-goncangan besar membuat tubuh terhempas kian kemari. Butuh keteguhan hati untuk berdiri teguh di atas janji-janji-Nya. Ini tidak bisa kita lakukan jika selama ini hanya sesekali mampir, membangun hubungan dengan Tuhan. Butuh dibangun hari demi hari…. Konsisten. Fondasi yang kuatlah yang membuat rumah tetap berdiri teguh, meski diterpa badai kian kemari.
Sehingga memahami dengan hati, – bukan sekedar di kepala – , bahwa Allah mengasihi, seolah kitalah satu-satunya yang ada di dunia ini. Apa sich yang gak Tuhan lakukan bagi kita?
Allah tidak pernah meninggalkan atau membiarkan kita. Dia senantiasa ada di pihak kita. Malapetaka tidak akan menimpa kita, dan tulah tidak akan mendekat pada rumah kita.
Bisa saja kita sudah berulangkali membaca janji-janji-Nya ini, tetapi untuk 100% percaya, yakin dan merasa aman, butuh perjumpaan pribadi dengan Allah serta pengalaman hidup bersama-Nya. Kalau dulu saya ditolong, sekarang juga. Masa persiapan tidak pernah sia-sia.
Janji mana yang harus dideklarasikan, apa kata Tuhan dalam situasi ini, sehingga kita bisa melihat Tuhan di dalam setiap peristiwa yang terjadi. Aku tidak sendiri, Allah menyertaiku. Jika Allah dipihakku, siapa dapat melawan aku?
Banyak orang ingin Tuhan mempercayakan tugas besar. Pencapaian yang spektakuler. Namun, mereka mencoba untuk mencapainya tanpa membangun hubungan kasih yang intim dengan Tuhan. Itu mustahil!
Mengapa Tuhan menciptakan kita? Karena Dia ingin membangun hubungan kasih dengan kita. Melalui hubungan kasih inilah, Allah dapat mencurahkan Diri-Nya, arahan-Nya, rencana-Nya, realisasi-Nya melalui kita. Hubungan ini jauh lebih penting bagi-Nya daripada apa yang kita lakukan.
Dengan demikian kita siap mengalahkan setiap tantangan, menerima berkat, mukjizat dan pertolongan-Nya, melalui kita dengan cara-Nya. Kita melakukan bagian kita, Tuhan pun melakukan bagian-Nya. Siap?
If you cannot do great things, do small things in a great way.- Napoleon Hill.
Jika Anda tidak dapat melakukan hal-hal besar, lakukan hal-hal kecil dengan cara yang hebat.-Napoleon Hill.
YennyIndra TANGKI AIR & PIPA PVC MPOIN PLUS & PIPAKU PRODUK TERBAIK PEDULI KESEHATAN
Sebagian besar dari kita mengakui, mengalami hubungan yang naik turun dalam masalah iman. Mungkin kita mencoba meningkatkan iman, membaca buku tentang iman, meyakinkan diri sendiri kalau kita beriman, atau mengakui bahwa kita tidak tahu lagi.
Saya telah mengajar tentang iman selama bertahun-tahun, dan baru sekitar 10 atau 15 tahun terakhir merasa, saya telah tiba di tempat iman, di mana iman saya berada. Saya tahu iman seharusnya tidak sulit. Tanpa iman tidak mungkin menyenangkan Tuhan. Tentunya Tuhan tidak akan membuat menyenangkan-Nya, menyebabkan frustrasi. Di mana saya telah melewatkannya?
“Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.” Ibrani 11:6 (TB).
Banyak lapisan pada ayat ini yang tidak sempat saya bahas saat ini. Tetapi fakta bahwa Tuhan memberi upah bagi mereka yang rajin mencari Dia, nampak menonjol. Dapatkah kita memahami “mencari Dia” dapat diartikan sebagai persekutuan kita dengan-Nya? Mengenal-Nya dan mendengarkan-Nya nampaknya merupakan hal yang diinginkan Allah dari anak-anak-Nya.
“Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.” Roma 10:17 (TB).
Ayat ini sekali lagi menghubungkan iman pada persekutuan dengan Bapa. Yesus menunjukkan hal yang sama ketika Dia berkata. . . ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak.” Yohanes 5:19 (TB).
Tidak ada yang meragukan iman Yesus ketika Dia menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, meredakan badai dan memberi makan banyak orang. Tetapi Dia mengatakan bahwa apa yang dilakukan-Nya berasal dari apa yang Dia “lihat.” Atau, kita dapat dengan mudah menambahkan, “apa yang Dia dengar dari Bapa.” Imannya merupakan buah dari persekutuan dengan Bapa-Nya. Dia hanya mengungkapkan kehendak Bapa dalam setiap situasi.
Saat menghadapi masalah, satu-satunya yang bisa menunjukkan bagaimana cara mendoakannya, apa yang harus diucapkan dan apa yang harus dilakukan hanyalah Bapa di surga. Manusia tidak bisa memberi Anda jawaban itu. Anda harus mendengar dari Tuhan. Yesus tidak melayani dengan formula, melainkan sebagai ekspresi persekutuan-Nya dengan Bapa. Terlalu sering kita “mencoba ini” dan “mencoba itu” untuk melihat apa yang akan berhasil.
Anda tidak bisa belajar iman seperti Anda belajar matematika. Iman merupakan buah dari persekutuan dengan-Nya.
[Repost ; “The Source of Faith”. – Barry Bennett, Penerjemah Yenny Indra].
YennyIndra TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC MPOIN PLUS & PIPAKU PRODUK TERBAIK PEDULI KESEHATAN
Ini perkataan Raja Salomo / Sulaiman yang terkenal sebagai manusia paling bijaksana yang pernah hidup di muka bumi.
Hhhmmm… Tentu kita tersinggung bukan jika dikatain sombong? Setiap orang merasa dirinya rendah hati, termasuk saya. Benarkah?
Ternyata yang dimaksud sombong bukanlah sekedar merasa lebih baik daripada orang lain. Merasa lebih rendah, lebih buruk, tidak sebaik orang lain pun itu termasuk kesombongan.
Lho? Definisi kesombongan adalah hidup yang berpusat pada diri sendiri.
Rendah hati adalah hidup yang berpusat pada Allah.
Kecenderungan kita, kalau kita memperlakukan orang lain dengan baik, harapannya tentu orang itu memperlakukan kita dengan cara yang sama. Ketika orang itu tidak bersikap baik kepada kita, mengapa kita tersinggung? Karena pusatnya pada diri kita sendiri. Kita merasa berhak diperlakukan dengan baik. Menuntut, tetapi kerap tanpa disadari.
Coba digeser sedikit, pusat hidup kita adalah Allah sesuai kehendak-Nya. Tidak penting teman ini membalas kebaikanku atau tidak, yang penting teman ini bisa mengenal Tuhan dengan baik. Bukankah saya berbuat baik karena saya mengasihi Tuhan? Tuhan yang akan membuat benih-benih yang saya tabur, kelak membuahkan kebaikan, bagi kita atau anak cucu kita.
Mengapa semua ingin tampil di panggung? Biar dilihat semua orang. Terkenal. Itulah sebabnya kita bangga foto-foto dengan orang top, biar kelihatan top juga.
Dikritik? Ngamuklah. Padahal kenyataannya memang begitu, sadar pula, ga ada manusia yang sempurna. Klo gak mau memperbaiki, endingnya di mana coba? Tapi gengsi gak mau turun sedikit pun… Justru mencari alasan, menyalahkan orang lain, membenarkan diri.
Pusatnya di mana? Diri sendiri!
Butuh kerendahan hati agar bisa mengakui, “Saya salah”, TITIK! Tanpa memberi sejuta alasan.
Promosi datang dari Tuhan. Kalau saya dilupakan, itu karena saya masih butuh diproses, hingga oneday siap menjadi peralatan yang siap dipakai oleh Allah. Ini waktu pembentukan. Sakit tapi hasilnya sepadan. Taat saja dibentuk sesuai kehendak-Nya. Dengan cara pandang ini, ketersinggungan luntur…
Ketika kita bersaksi, pusatnya bukan diri kita, melainkan Allah. Tidak harus kisah sukses yang gebyar – gebyar…. Biarkan orang-orang di sekeliling kita bisa juga melihat kesalahan, kegagalan, pergumulan yang kita alami, lalu ceritakan bagaimana dengan menjadikan Tuhan sebagai pusat kehidupan kita, lalu hidup kita berubah.
It’s all about God, not me.
Kita berani melakukan banyak hal, bukan karena merasa hebat, sempurna, atau lebih baik daripada orang lain.. Tetapi karena ada Allah di dalam roh kita. Allah yang dahsyat, mengerjakannya melalui kita. Saya hanyalah pensil di tangan Tuhan.
Salah seorang guru kami, Wendell Par. Beliau pernah ke Indonesia beberapa tahun lalu. Sepuh, sabar, santai…
Opa Wendell, demikian kami menyebutnya.
Wendell itu salah satu founder Sekolah Charis, selain Andrew Wommack. Lucu sekali saat beliau bercerita, bagaimana dia merasa ditugaskan Tuhan untuk bergabung dengan Andrew untuk membangun Sekolah Charis. Pelayanan Wendell sebelumnya sukses besar, punya gedung megah, ditinggalkannya karena Tuhan memberinya tugas yang baru.
Ketika meeting dengan Andrew, Wendell berpikir semua sudah siap dan settled, ternyata Andrew masih gak tau apa-apa tentang membangun sekolah. Wendell tepok jidat….
Wendell bersama Linda, istrinya, yang merintis Sekolah Charis di United Kingdom (UK). Hingga sekarang memiliki beberapa sekolah baru di berbagai tempat, termasuk Scotlandia. Hhhmmm… Tentunya ini jasa besar Wendell dan istrinya bukan?
Bahkan Andrew kerap meledek Wendell, sudah berpengalaman mengajar 300 tahun…. Wendell tertawa saja…
Sekarang Charis sudah mendunia. Tersebar di 21 negara di luar Amerika. Bagaimana dengan posisi Wendell? Ternyata jabatannya sekarang hanya menjadi Charis Ambassador. Jabatan – jabatan penting diisi oleh pendatang-pendatang baru, bahkan oleh bekas muridnya.
Jadilah beberapa waktu lalu, Wendell harus memberi laporan kepada Barry Bennett saat Barry menjadi Dekan di Charis. Barry orang baru dibanding Wendell tentunya. Setelah Barry sudah turun jabatan, Wendell harus memberi laporan kepada Carrie Pickett, bekas muridnya yang sekarang menempati posisi penting di Charis.
Tersinggungkah Wendell? Sama sekali tidak! Dia melakukannya dengan penuh sukacita karena dia tahu jati dirinya di dalam Tuhan serta paham tujuan hidupnya. Dia aman dengan dirinya. Wendell respek pada otoritas yang ada. Dan taat.
Wendell bercerita, pada tahun 1973, dia kerap melihat bagaimana kehidupan orang lain dan membandingkan hidupnya. Namun Tuhan memberinya pewahyuan bahwa setiap orang punya tujuan hidup yang berbeda. Nach kebahagiaan dan kepuasan sejati tercapai ketika menggenapi tujuan hidup yang sudah ditetapkan Allah bagi setiap kita.
Ada tujuan umum bagi semua orang, yaitu menjadi serupa dengan Allah. Allah itu kasih. Jika kita mengasihi orang lain, kita menjadi serupa dengan-Nya…. Dst. Banyak karakter Allah lainnya yang bisa kita temukan di dalam firman-Nya. Seharusnya kita menghidupinya, agar serupa dengan Allah. Saat orang melihat kita, mereka melihat Allah di dalam kita.
Tetapi ada tujuan khusus Allah bagi kita. Wolfgang Von Goethe, filsuf Jerman, menegaskan peran kita tak tergantikan, unik dan satu-satunya. Karena itu, jangan meniru orang lain. Kita tidak punya kasih karunia di sana.
Teman saya, Ms. Dacy punya karunia guru dan cinta anak-anak. Mengajar anak-anak sesuatu yang mudah. P. Dolfi & B. Nini punya karunia gembala. Ada yang curhat subuh bahkan tengah malam, mereka bisa menanggapinya dengan sabar. Ada kasih karunia Tuhan di sana.
Beda klo curhat dengan saya, langsung kasi buku, suru baca. Selesai baca, baru kita diskusi lagi… Wkwkwk
Bagaimana kita dapat menemukan tujuan khusus itu? Dengan membangun hubungan yang intim dengan Tuhan. Semakin paham kasih-Nya, kehendak-Nya, makin kita dituntun ke arah tujuan-Nya bagi hidup kita. Karena tujuan hidup kita kan selaras dengan karakter-Nya serta tujuan besarnya Tuhan. Kita menjadi bagian kecil dari rencana Tuhan yang besar, dan harus bekerja sama dengan orang lain. Tidak bisa one man show.
Tugas kita tidak seumur hidup di tempat yang sama. Mungkin setelah sekian tahun, Tuhan mengarahkan kita untuk tugas lainnya. Yang jelas, pengalaman kita tidak pernah sia-sia. Semua diramu Tuhan, – termasuk kesalahan dan kegagalannya-, diubah sebagai bekal untuk menapaki kehidupan yang lebih dahsyat. The best is yet to come…. Yang terbaik masih ada di depan sana…
Nach kuncinya, nempel terus sama Tuhan. Geser hidup kita, sekarang Tuhan menjadi pusatnya.
Mari kita menjadi pribadi yang aman seperti Wendell Par…. Sungguh keteladanan yang luar biasa. Sikap seorang yang aman dengan dirinya, tahu tujuan hidupnya, dan tidak tergiur oleh gegap gempita dunia…. Siap????
It was pride that changed angels into devils; it is humility that makes men as angels.- Augustine.
Kesombonganlah yang mengubah malaikat menjadi iblis; sedangkan kerendahan hati mengubah manusia seperti malaikat.- Agustine
YennyIndra TANGKI AIR & PIPA PVC MPOIN PLUS & PIPAKU PRODUK TERBAIK PEDULI KESEHATAN
Jawaban Tuhan bersifat rohani sebelum menjadi kenyataan. Anda harus menerima yang tidak terlihat, sebelum tercipta menjadi yang terlihat. (Efes. 1:3, 2 Kor. 4:18).
“Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah….. Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan. Roma 4:19?-?21 (TB).
Saya telah menemukan dalam hidup saya sendiri bahwa kadang-kadang saya jatuh kembali ke dalam kebiasaan lama, mengevaluasi doa-doa yang saya panjatkan dengan apa yang panca indra saya katakan kepada saya. Seharusnya ini menjadi tanda peringatan bahwa jelas-jelas saya tidak beriman.
“Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” Ibrani 11:1 (TB).
Iman adalah bukti dari segala yang tidak kelihatan. Bukti itu tidak didasarkan pada apa yang kita lihat atau rasakan dengan indra alami kita. Ketika seseorang minta didoakan tubuhnya, biasanya tidak ada kegembiraan sampai muncul suatu perasaan. Itulah iman yang dihubungkan dengan akal pikiran. Orang-orang di Israel pada zaman Yesus, berjalan mengikuti perasaan yang dikaitkan dengan iman. Yesus mendemonstrasikan Kerajaan, tetapi orang-orang hanya tergerak dengan apa yang mereka lihat atau rasakan semata. Mukjizat-mukjizat seperti itu masih terjadi sampai sekarang, terutama sebagai saksi dari pesan Injil. Namun, orang percaya bukan lagi makhluk yang berhubungan dengan panca indra. Kita adalah ciptaan baru dengan kemampuan untuk melihat hal yang tidak kelihatan serta menerimanya.
Ada dua contoh iman di dalam Perjanjian Baru, yang dapat kita temukan dalam Injil. Yang pertama adalah kisah sang Perwira. Dia mengerti kuasa otoritas dan mengatakan kepada Yesus supaya mengucapkan sepatah kata saja, maka hambanya akan disembuhkan. Yesus kagum dengan imannya. Perwira itu percaya tanpa melihat dan hambanya disembuhkan. (Mat. 8:5-13).
Contoh kedua adalah wanita Kanaan yang datang kepada Yesus atas nama putrinya yang tersiksa oleh kuasa jahat. Imannya melampaui statusnya sebagai wanita non-Yahudi (yang tidak layak dalam budaya itu), dan Yesus memuji imannya yang “besar” (kata Yunani). Dia kembali ke rumah, menemukan putrinya sembuh. (Mat. 15:21-28).
Rahasia iman bagi orang percaya adalah melihat yang tidak kelihatan dan bersukacita atas jawabannya. Beberapa orang mencoba bersukacita sebelum mereka benar-benar melihat jawabannya di dalam Roh, dan yang lain menolak untuk bersukacita sampai mereka melihat jawabannya secara alami. Tetapi jika kita mau menghabiskan waktu di hadirat Tuhan dan membawa roh kita ke tempat di mana kita bisa “melihat” dan “mendengar” apa yang telah Tuhan lakukan, iman yang benar akan diaktifkan. Seperti Abraham, kita akan “diyakinkan sepenuhnya.”
Kita tahu, jawabannya datang dari yang tidak terlihat, kepada yang terlihat dan iman adalah sarana untuk mewujudkannya.
[Repost ; “Can you see the invisible?”. – Barry Bennett, Penerjemah Yenny Indra].
YennyIndra TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC MPOIN PLUS & PIPAKU PRODUK TERBAIK PEDULI KESEHATAN