Theologi Kemakmuran VS Kemakmuran Tuhan Yang Sejati.
Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra
Theologi Kemakmuran VS Kemakmuran Tuhan Yang Sejati.
“Oh, ternyata saya keliru…,” komentar seorang teman, “Sayaa pikir selama ini, Bu Yenny penganut theologi kemakmuran.”
DIEEEEENNNNKKK…….
Nach ini dia, repot menjelaskannya.
Kemakmuran memang tujuan Tuhan bagi anak-anak-Nya.
Why?
Klo gak makmur, kan gak jadi contoh.
Masa ikut Tuhan justru hidupnya lebih kacau balau, berantakan, amburadul? Ngutang sana, ngutang sini…
Klo kepepet karena kekurangan, bisa saja seseorang melakukan tindakan tercela, mencuri misalnya.
Tidak bayar hutang.
“Lho… Katanya anak Tuhan, koq menilap duit orang…”
Mana ada yang tertarik mengikuti Tuhan yang seperti itu.
“Aku yang gak beribadah saja, hidupku masih lebih baik daripada yang mengaku kenal Tuhan…”, bisa dikomentari begitu….
Makes sense?
Tuhan ingin hidup kita menjadi demonstrasi kebaikan Tuhan. Sehingga orang lain berpikir, aku mau lho kenal Tuhan yang seperti itu….
Hidup temanku jadi makmur, penuh damai sejahtera, sukacita, sehat, berhikmat, setelah ikut Tuhan. Sungguh hidupnya ditata Tuhan dengan sangat baik. Keberuntungan, ‘kebetulan’, hoki mengejar & mengikuti hidupnya…
Mereka sadar, itu karena Allah!
Nach… Jadi kesaksian…
Ini lho hebatnya ikut Tuhan sungguh-sungguh!
Tuhan ingin kita makmur, supaya kita gak sibuk mikirin kebutuhan hidup kita lagi, semua sudah tercukupi, maka kita bisa fokus melayani Tuhan.
Merealisasikan perintah-perintah-Nya.
Dulu saya berdoa, “Tuhan saya gak minta banyak-banyak, cukup… Bla.. Bla… Bla… (pas untuk diri sendiri).”
Ternyata ini doa yang Egois!
Gubbbrrraaaakkkk….
Dulu saya pikir, ini doa orang yang rendah hati dan tidak serakah.
Ternyata seharusnya kita minta lebih dari yang kita butuhkan, agar kita bisa berbagi dengan orang lain.
Tidak hanya kebutuhan kita pribadi yang tercukupi, tetapi kebutuhan orang lain juga.
Wow… Perubahan mindset!
Cara menerima kemakmuran yang telah Tuhan sediakan , dengan memberi atau menabur benih.
Sama seperti petani, kalau gak menabur benih atau menanam sesuatu, masa mau panen? Di alam natural, ga begitu cara kerjanya. Demikian pula di alam rohani.
Berilah kepada orang lain, supaya Allah juga memberikan kepadamu; kalian akan menerima pemberian berlimpah-limpah yang sudah ditakar padat-padat untukmu. Sebab takaran yang kalian pakai untuk orang lain akan dipakai Allah untukmu.
Jika kita menanam 1 biji mangga, saat panen tidak hanya 1, bisa puluhan bahkan ratusan.
Yang lebih hebat lagi, setiap musim mangga, selalu panen lagi dan lagi…
Apa pun yang kita tabur atau tanam, berbuah sesuai jenisnya.
Kalau kita menanam biji mangga, pasti panennya mangga. Bukan durian.
Rahasia besar lainnya, ketika kita setia dengan hal kecil yang Tuhan percayakan, maka kita dipercaya juga dalam hal-hal besar.
Ketika semakin banyak keuangan yang dialirkan Tuhan melalui kita, otomatis lebih banyak pula bagian kita secara natural.
Itulah cara kerjanya Tuhan
Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan.
Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum.
Yang bikin orang allergi dengan Theologi Kemakmuran, karena diselewengkan menjadi fokusnya:
Duit… Duit… Duit….
Untukku…. Untukku…. Untukku…
Seperti lintah yang tidak puas terus menyedot darah orang yang ditempelnya.
Ketika kita fokus pada uang, aset, dan kekayaan terus menerus, itu yang disebut Cinta Uang.
Hal yang dibenci Allah.
Uang menjadi berhala dalam hidupnya.
Seharusnya fokus kita kepada Allah. Uang hanyalah alat, netral, tidak baik namun tidak jahat juga, tergantung siapa yang mengelolanya dan dipergunakan untuk apa.
Padahal tujuan Tuhan berbeda.
Kita diberkati untuk menjadi berkat bagi orang lain.
Tujuan utamanya supaya perintah-perintah-Nya bisa terlaksana.
Inilah Kemakmuran Tuhan yang Sejati
Ukuran kesuksesannya apa?
Bukan dinilai dari banyaknya uang atau aset yang disimpan, melainkan dari berapa banyak yang dibagikan kepada orang lain dan membuat kehidupan orang lain menjadi lebih baik serta memuliakan Nama Tuhan.
Bukan untuk mempromosikan diri kita lho! Toh saat kita pulang ke surga semua ditinggal koq. Saat bertemu Tuhan, ditanya: “Apa yang sudah kamu lakukan dengan titipan-Ku?”
Betul-betul perubahan mindset secara radikal, setelah sekolah. Saya pun masih belajar untuk memahami dan menghidupinya. Ujian bisa saja sudah lulus, tetapi mempraktikkannya perlu usaha dan kemauan.
Kemakmuran baik, asalkan tidak diselewengkan.
Selaraskan tujuannya dengan tujuan Allah.
Kita beri nama Kemakmuran Tuhan yang Sejati saja, biar gak salah persepsi.
Dengan menjadi makmur, kita lebih efektif membantu mengentaskan kehidupan banyak orang.
Kalau kita makmur, suara kita lebih didengar orang… Sadar ga?
Bahkan Raja Salomo, raja paling bijaksana sekaligus terkaya yang pernah hidup di dunia ini, bercerita:
Di sebuah kota yang kecil, penduduknya tidak seberapa; Seorang raja yang agung menyerang, mengepungnya dan mendirikan tembok-tembok pengepungan yang besar terhadapnya;
Di situ terdapat seorang miskin yang berhikmat, dengan hikmatnya ia menyelamatkan kota itu, tetapi tak ada orang yang mengingat orang yang miskin itu.
”Hikmat lebih baik daripada keperkasaan, tetapi hikmat orang miskin dihina dan perkataannya tidak didengar orang,” kata Raja Salomo.
Masuk akal bukan, Tuhan ingin kita kaya & makmur, agar ketika kita menceritakan tentang Tuhan, orang lain bersedia mendengarnya.
Bukankah kita ini duta Allah di dunia ini, mana bisa menjadi duta yang efektif jika orang lain tidak mau mendengarkan dan menghargai kita?
Sama halnya, Bulan itu tidak bercahaya, gelap.
Tidak punya sinar sendiri. .
Saat bulan berada dekat matahari, bulan memancarkan sinarnya matahari dan bulan jadi nampak cantik memukau…
Dengan cara yang sama, Tuhan membuat kita lebih ‘hebat’, lebih ‘keren’, lebih ‘berhikmat’, lebih ‘makmur’ saat kita melekat kepada-Nya dan sibuk melayani-Nya.
Karena memancarkan kemuliaan Allah.
Menjadi cermin Allah!
Setuju?
Belajar yukkk….
“Abundance isn’t God’s provision for me to live in luxury. It’s his provision for me to help others live. God entrusts me with his money not to build my kingdom on earth, but to build his kingdom in heaven.”? Randy Alcorn.
“Kelimpahan bukanlah penyediaan Tuhan bagi saya untuk hidup dalam kemewahan. Ini adalah penyediaan-Nya bagi saya untuk membantu hidup orang lain. Tuhan mempercayakan uang-Nya kepada saya, bukan untuk membangun kerajaan saya di bumi, tetapi untuk membangun kerajaan-Nya di surga.”? Randy Alcorn.
YennyIndra
TANGKI AIR & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN