“Like A Mighty Wind”
Gospel Truth’s Cakes*
Yenny Indra
“Like A Mighty Wind”
Untuk kedua kalinya saya membaca buku “Like A Mighty Wind” – “Seperti Angin Yang Kuat”, karya Mel Tari.
Wow…
Buku yang membuat saya merasakan debar-debar dalam hati, betapa saya memiliki Allah dan firman-Nya yang tertulis dalam Alkitab, BISA DIPERCAYA APA ADANYA!
Apa yang tertulis di Alkitab, itu yang Tuhan maksudkan dan kerjakan.
GOD MEANT WHAT HE SAID AND HE SAID WHAT HE MEANT!
ALLAH BERSUNGGUH-SUNGGUH DENGAN APA YANG DIA KATAKAN DAN DIA BERKATA SESUAI APA YANG DIA MAKSUDKAN!
“Tuhan, saya mau seperti Mel Tari…”, bisikku.
Mel Tari meraba koin US 50 sen di sakunya, yang tertulis “Dalam Tuhan Kami Percaya” – “In God We Trust”, dalam perjalanan pesawat menuju ke Amerika. Itulah uang saku yang dimilikinya ke Amerika, dengan janji Tuhan akan mencukupinya.
Mel Tari, anak muda desa dari Soe, Timor, diutus Tuhan menjadi penginjil ke Amerika pada tahun 1970.
Pemuda desa yang berpendidikan rendah, tentu saja tidak bisa berbahasa Inggris. Dan tidak punya uang pula.
“Maju saja dan Aku akan mengurus masalah bahasa,” kata Tuhan. Dan Mel Tari mampu berbahasa Inggris dengan karunia Tuhan seperti saat rasul-rasul dipenuhi Roh kudus di loteng Yerusalem.
Tuhan Yesus tetap sama: dulu, sekarang dan selamanya!
Pada tahun 1969, sebuah keluarga di Amerika mengirim sebuah telegram dan uang untuk penerbangan Mel Tari ke Amerika. Tetapi Tuhan berkata dengan sangat jelas, “Jangan ambil itu!”
Mel pun menolaknya dengan halus. Meski dia ingin.
Banyak di antara kita yang mengalami peristiwa semacam ini, menganggap ini jawaban Tuhan dan segera berangkat.
Taat jauh lebih penting! Jangan mendahului Tuhan. Ini prinsip dasar yang sangat penting.
Kalau rencana kita, maka kita yang harus kasi makan.
Tetapi kalau itu rencana Tuhan, penyediaan Tuhan tersedia.
Setahun kemudian, Tuhan berkata lagi, “Sekarang waktunya untuk pergi!”.
Segera Mel mendatangi persekutuan doanya untuk minta konfirmasi, TANPA menceritakan apa kata Tuhan.
Karunia penglihatan banyak terjadi di sana.
“Aneh sekali,” kata seorang saudari, “Aku melihat kau berdirii di antara banyak orang. Kulit mereka putih dan rambutnya pirang. Mata mereka berbeda dengan mata kita.”
Confirmed.
Tuhan mengirim pula dua saudari dari Jakarta untuk terbang ke Kupang, menyewa Jeep ke Soe, menjemput Mel Tari.
Pada saat yang sama, Mel menerima telegram dari Amerika yang bertuliskan:
UANG SUDAH DITARUH DI BANK DI KUPANG UNTUK PERGI KE JAKARTA. TIKET PULANG-PERGI KE AMERIKA DI KONTER TIKET PAN AM.
Telegram datang dari sebuah keluarga yang tidak dikenal Mel.
Lalu Mel ke bank mengambil uangnya, ke Pan Am sesuai yang tertulis. Allah menyediakan dan mengatur dengan sempurna.
Ketika mendatangi wakil konsulat Amerika, dia ditanya,
“Siapa yang akan mensponsorimu?”
“Tuhan Yesus,” jawab Mel Tari.
Ditolak.
Setelah makan siang, – sambil terus berdoa – Tuhan menyuruh Mel kembali lagi mengambil Visa.
Wakil konsulat pergi.
Mel berbicara dengan seorang wanita, ternyata dia konsulatnya.
“Siapa yang akan mensponsorimu?”
“Tuhan Yesus,” jawab Mel Tari.
Tanpa ragu, wanita itu menulis visanya dan menyerahkannya pada Mel.
Jadilah Mel Tari, orang Indonesia asli dari Soe, Timor, menjadi penginjil di Amerika.
Dimulai ketika Mel Tari masih berusia 18 tahun terjadi kebangkitan rohani di Soe, Timor.
Selama ini mereka beribadah di gereja, namun mereka tidak melihat sesuatu terjadi. Saat ada yang sakit, mereka justru pergi ke dukun-dukun untuk mencari kesembuhan.
Sampai kebangunan rohani terjadi pada malam 26 September 1965. Baptisan Roh Kudus terjadi seperti yang tertulis dalam Kisah Para Rasul 2. Dia datang dari surga seperti tiupan angin yang keras. Dari luar gedung gereja terlihat seperti api menyala, tetapi gereja tidak terbakar. Banyak orang menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan dibaptis Roh Kudus. Ada yang berbahasa Inggris, Perancis dan berbahasa roh.
Dosa-dosa dibereskan dan mereka bertobat.
“Banyak orang tidak menyadari kekuatan, kasih dan sukacita yang mereka lewatkan dengan tidak dipenuhi oleh Roh Kudus,” ujar Mel Tari.
Karunia-karunia rohani beroperasi dengan leluasa. Mereka orang-orang sederhana yang percaya apa pun yang ditulis dalam Alkitab. Mujizat menjadi sesuatu yang normal.
Semua ini terjadi di abad ke 20 dan di Indonesia, negara kita sendiri!!!
Wow…
Air menjadi anggur adalah mujizat yang sangat biasa bagi mereka saat melakukan perjamuan kudus. Karena mereka memang tidak memiliki anggur di desa. Tuhan menyediakan.
Mel dengan teman-temannya menginjil. Memasuki desa angker dengan imam berhala yang kuat dan ganas. Dengan sederhana mereka mengikat kuasa-kuasa setan di dalam Nama Yesus.
Apa yang terjadi?
Imam berhala menangis dan bertobat. Dia melihat setan-setan lari. Takut pada Nama Yesus.
Saat menginjil melewati hutan, banyak binatang buas. Ketika bertemu buaya, harimau atau ular beracun, mereka berkata,
“Ular, berhenti di sana, karena saya ingin lewat.”
Dan ular itu berhenti begitu saja. Demikian pula dengan harimau dan buaya. Mereka percaya pada otoritas yang Tuhan berikan.
Ketika digigit kalajengking, mereka berdoa dalam Nama Yesus dan rasa sakitnya lenyap. Bahkan mereka pernah disuguhi makanan beracun di desa tetangga yang penuh dengan tukang sihir, racun tidak mempan sehingga seluruh desa bertobat.
Menyeberangi sungai, dilindungi dari hujan… Seluruh daerah hujan, lalu mereka berdoa dan berpegang pada ayat:
*Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.
(Filipi 4:19 TB), hujan melindungi mereka dari jarak 3 meter ke kanan, kiri, depan dan belakang. Hujan lebat tetapi mereka berjalan menyeberangi sungai dan tetap kering.
Janji firman Tuhan betul-betul nyata, sesederhana yang dijanjikan-Nya.
Salah satu karakteristik kebangunan rohani di Indonesia, sebelum mereka pergi memberitakan Injil, Tuhan sudah memberikan rincian mengenai apa yang harus dilakukan. Mereka menulis di kertas dan melakukan persis yang tertulis di sana.
Suatu ketika, Mel bersama teman-temannya mengunjungi pemakaman orang yang sudah mati 2 hari dengan bau busuk yang luar biasa, tanpa dibalsam seperti di kota.
Dari jarak 30 meter saja, baunya sudah menyengat.
Tiba-tiba Tuhan berkata, “Sekarang pergilah, dan berdirilah di sekitar orang mati itu, nyanyikanlah lagu-lagu, dan Aku akan membangkitkan dia dari kematian.”
Meski ada keraguan, akhirnya mereka sepakat untuk taat.
Sungguh konyol bernyanyi di samping mayat yang dari jarak 30 meter saja baunya sudah tak tertahankan. Mereka nampak bak orang bodoh dan gila.
Lagu pertama, ke dua sudah dinyanyikan, tetapi tidak ada yang terjadi. Oh… Benarkah Tuhan?
Lanjut lagi… Hingga lagu ke enam, jari-jari kaki mayat itu mulai bergerak – Mel dan tim mulai ketakutan.
Takut dipeluk oleh si mati…. Namun mereka terus menyanyi.
Pada lagu ke tujuh dan ke delapan, orang yang meningggal itu bangun, melihat ke sekeliling dan tersenyum sambil berkata,
“Yesus telah menghidupkan saya kembali! Saudara-saudari, saya ingin memberitahu sesuatu. Pertama kehidupan tidak pernah berakhir ketika kalian mati. Saya telah mati selama dua hari, saya telah mengalaminya,”
Hal kedua yang ia katakan, “Neraka dan Surga itu nyata. Saya telah mengalaminya. Hal ketiga yang ingin saya beritahukan, jika kalian tidak mendapatkan Yesus dalam hidup ini, kalian tidak akan masuk surga. Kalian pasti akan masuk neraka.”
Setelah itu ia membuka Alkitab, mengutip ayat dan meneguhkan kesaksiannya. Karena pelayanan pria ini, 21.000 orang diselamatkan.
Seringkali orang-orang menyebut Alkitab sebagai Buku Tua Hitam. Mereka percaya bahwa hal-hal yang dicatat di sana hanya terjadi berabad-abad lalu dan tidak relevan bagi kita, generasi sekarang ini.
Banyak orang-orang yang berusaha memahami Firman Tuhan dengan pikirannya, dikaji sedemikian rumitnya, hingga kehilangan maknanya.
Itulah sebabnya mereka tidak memiliki pengalaman Alkitab yang indah.
Jika firman mengatakan A, maka yang dimaksud A, bukan B.
Kalau firman mengatakan kesembuhan fisik, yang dimaksud kesembuhan fisik, BUKAN kesembuhan rohani.
Apa yang tertulis di dalam Alkitab, itu yang dimaksudkan. Sesederhana itu.
Mel Tari dikirim Tuhan ke Amerika untuk membawa mereka
“kembali kepada kesederhanaan Alkitab.”
Ketika kita sedang membicarakan hal-hal mengenai Tuhan, pakailah hati kita dan percaya saja. Terimalah sebagaimana adanya dan biarkan Tuhan menggenapi firman-Nya di dalam kita dan mengalami keindahannya.
Kita harus percaya terlebih dahulu untuk mengalaminya.
Teringat kisah nyata Norman Williams, yang membuktikan kebenaran Alkitab juga:
Tunggu apalagi….
Inilah waktunya bagi kita untuk menaati Tuhan, memercayai firman-Nya, dan memenangkan pertempuran dalam hidup kita, dengan cara kembali pada kesederhanaan Alkitab.
Siap????
If God’s Word says it: believe it, accept it, absorb it, apply it in your everyday living, because if God said something, He meant it. He never changes His mind – Norman Williams.
Jika Firman Tuhan mengatakannya: percayalah, terima, serap, terapkan dalam kehidupan sehari-hari Anda, karena jika Tuhan mengatakan sesuatu, Dia bersungguh-sungguh. Dia tidak pernah berubah pikiran – Norman Williams.
YennyIndra
TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN
Klik:
https://mpoin.com/