The Power of Silence….
Gospel Truth’s Cakes
Yenny Indra
The Power of Silence….
“Hi Tante, aku lagi baca buku ini. Bagus deh…,” chat Nana disertai link:
“Emotionally Healthy Spirituality: It’s Impossible to Be Spiritually Mature, While Remaining Emotionally Immature” by Peter Scazzero.
Wow…. Segera saya memesan bukunya. Pilihan Nana selalu bagus dan bermutu.
Sambil menunggu buku datang, iseng buka youtube mencari Peter Scazzero.
Muncul judul: “Emotionally Healthy Spiritualy Course”
Hhmm… Kelihatannya cukup menarik, mulailah saya mendengarkan berbagai pengajaran Peter Scazzero.
Dan di salah satu video, muncul cover buku yang nampak familiar.
Ting…. Oh… Saya ingat.
Sahabat saya P. Hadi Panduwinata pernah memberi hadiah buku ini, yang berjudul:
“Emotionally Healthy Spirituality Day by Day”
Wow…. Apakah ini kebetulan?
Sama sekali Tidak!
Tuhan sedang mengarahkan langkah saya, naik ke step berikutnya.
Beberapa minggu terakhir, saya merasa menabrak ‘tembok’ tebal dalam kehidupan rohani saya. Semua berjalan baik dan rutin seperti biasa. Saya masih berdoa, baca firman bahkan meski pun libur, saya memilih menonton ulang video pelajaran.
Tetapi entah kenapa rasanya saya stagnan, mandeg di tempat.
Begitu mendengarkan pengajaran Peter Scazzero, saya paham. Tuhan ingin mengajar saya untuk duduk diam di hadapan-Nya, menikmati hadirat-Nya dalam hening, SILENCE.
Dunia di sekeliling kita begitu sibuknya. Setiap hari kita dikejar jadwal, tugas bahkan pelayanan dan doa.
Saya tetap berdoa, baca firman, merenungkan firman-Nya… Tetapi apakah saya benar-benar terkoneksi dengan Tuhan?
The beginning of prayer is silence. If we really want to pray we must first learn to listen, for in the silence of the heart God speaks. And to be able to see that silence, to be able to hear God we need a clean heart; for a clean heart can see God, can hear God, can listen to God; and then only from the fullness of our heart can we speak to God. But we cannot speak unless we have listened, unless we have made that connection with God in the silence of our heart. – Mother Teresa.
Awal dari doa adalah keheningan. Jika kita benar-benar ingin berdoa, pertama-tama kita harus belajar mendengarkan, karena dalam keheningan hati, Tuhan berbicara. Dan agar dapat melihat keheningan itu, agar dapat mendengar Tuhan, dibutuhkan hati yang bersih; karena hati yang bersih dapat melihat Tuhan, dapat mendengar Tuhan, dapat memahami Tuhan; kemudian hanya dari kepenuhan hati, kita dapat berbicara kepada Tuhan. Tetapi kita tidak dapat berbicara kecuali kita telah mendengarkan, kecuali jika kita telah membuat hubungan itu dengan Tuhan dalam keheningan hati kita. – Mother Teresa.
Saya sadar, Tuhan ingin saya belajar hening.
Mulai mempraktikkannya, saya datang kepada Tuhan, disertai musik Christian Meditation.
Alunan lembut lagu pujian membelai hati ini dan saya datang dengan berkata,
“Ini Yenny Tuhan datang kepada-Mu…”
Saya tahu Tuhan ada di dalam roh saya, tetapi selama ini saya tidak betul-betul fokus, menyediakan waktu hanya bersama-Nya.
Dan inilah waktunya.
Dalam diam, saya membayangkan tengah berlutut di depan Salib dan merenungkan betapa Yesus begitu mengasihi saya.
Dia menjadi miskin, supaya saya menjadi kaya.
Dia disiksa, supaya oleh bilur-bilur-Nya saya disembuhkan, sehat dan dipulihkan.
Yang lemah, berkata aku kuat… Karena Yesus sudah membayarnya di kayu Salib.
Kalau anak-Nya yang tunggal saja dikorbankan bagi kita, apa sich yang Allah Bapa tidak berikan untuk kita?
Tanpa sadar, air mata menetes di pipi. Besarnya kasih Allah begitu menguasai hati ini dan saya merasakan damai sejahtera dan rasa aman yang melebihi segala akal.
Thank you Jesus for Your Love!
Dari buku Emotionally Healthy Spirituality, ada ayat yang harus dibaca dan direnungkan.
Setelah merenungkannya, saya mempraktekkan seperti yang diajarkan oleh Andrew Wommack untuk mengakui siapa saya di dalam Kristus.
» Saya adalah ciptaan baru di dalam Kristus.
» Saya memiliki pikiran Kristus.
» Saat saya bergembira di dalam Tuhan, maka Dia akan mendownload keinginan-Nya di dalam saya. Maka keinginan saya = keinginan Kristus.
» Allah tritunggal tinggal di dalam roh saya. Dia tidak pernah meninggalkan mau pun membiarkan saya.
» Urapan dan hikmat Allah senantiasa menyertai saya.
» Tuhan menghendaki hidup saya di bumi, seperti di surga.
» As He is, so are we in this world. Sama seperti Yesus, demikian hidup kita di dunia ini.
Dst… Dst…
Semakin merenungkan hal ini, semakin merasakan kedekatan saya dengan Tuhan.
Yesus & aku, satu. Yesus Sang Pokok Anggur, sayalah rantingnya. Yesus yang menghasilkan buah melalui saya.
Lalu di buku itu juga diberikan bagian Alkitab yang harus direnungkan. Devotional.
Dilanjut dengan pertanyaan perenungan dan diakhiri dengan doa.
Latihan semacam ini, disarankan minimal 2X sehari. Agar kita berhenti dari kesibukan, lalu menyediakan waktu khusus untuk bersekutu dengan-Nya.
Menghargai keberadaan-Nya di dalam kehidupan kita.
Saya membayangkan diri saya seperti anak kecil, yang dengan tenteram meletakkan kepala di bahu Sang Bapa.
Saat menikmati pelukan-Nya, saya berbisik…
” I love You, Lord…. I need You…”
Hening, tenteram dan aman….
Hati yang penuh syukur dan harapan membuncah dalam dada.
Saya tidak perlu menjadi orang lain, atau seperti orang lain.
Aku puas menjadi diriku sendiri yang unik, spesial, satu-satunya, untuk menggenapi tujuan hidup dari Sang Pencipta.
Sungguh indah hidupku… Tuhan tengah mengajar, hidup di bumi seperti di surga. Menjadi Duta Allah, menikmati anugerah-Nya.
Wow…
Praktik yuk…. Selangkah lebih maju.
When you fully understand the grace of God, you will live holier life on accident than if you tried! – Andrew Wommack.
Ketika Anda memahami kasih karunia Tuhan sepenuhnya, Anda akan menjalani kehidupan yang lebih kudus secara kebetulan, daripada jika Anda mengusahakannya! – Andrew Wommack.
YennyIndra
TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN
Klik:
https://mpoin.com/