Apa kunci untuk berjalan dalam kemenangan terus-menerus dalam hidup? Kita semua membuat kesalahan dan melakukan hal-hal yang kita harap tidak kita lakukan. Kesalahan-kesalahan ini bisa menjadi awal dari kehidupan yang penuh rasa bersalah, penghukuman dan kekalahan, atau bisa menjadi momen di mana kita dengan cepat pulih dan bergerak maju dengan kekuatan kasih karunia Tuhan. Bagaimana cara kita mengatasi kesalahan, akan menentukan masa depan kita.
Dalam kisah Anak yang Hilang (Lukas 15:11-32) ada pewahyuan yang kuat yang dapat membebaskan kita dari belenggu kegagalan masa lalu kita. Setelah menghabiskan semua warisannya untuk memuaskan kedagingannya, Anak yang Hilang mendapati dirinya memberi makan babi untuk mencari nafkah dan mempertimbangkan untuk memakan makanan mereka, sekedar untuk bertahan hidup. Setelah mencapai titik terendah dalam hidupnya, kitab suci berkata, “Ketika dia sadar kembali.”
Pria ini memiliki momen kesadaran diri yang kuat. Dia menyadari kebodohan, pemborosan, kegagalan, penurunan serta situasinya yang tanpa harapan. Sampai dia mau mengakui kesalahannya, dia ditakdirkan untuk tetap dalam kondisi itu. Tetapi begitu dia jujur ??pada dirinya sendiri dan menyadari konsekuensi dari pilihannya, dia berada dalam posisi siap dipulihkan.
Setelah menyadari kondisinya, dia berkata, “Aku akan bangkit dan pergi menemui ayahku, dan aku akan berkata kepadanya, “Ayah, aku telah berdosa terhadap surga dan di hadapanmu.” Inilah pertobatan sejati. Sebuah keputusan dibuat untuk kembali ke ayahnya. Pertobatan adalah keputusan untuk berbalik dari apa yang kita anggap merusak, dan kembali kepada Dia yang mengampuni dan menyembuhkan. Anak yang hilang itu bertobat dan menyerahkan hatinya kepada Bapanya.
Bagian terakhir dari pemulihan Anak yang Hilang ditemukan ketika dikatakan, “Jadi dia bangkit dan datang kepada ayahnya.” Pertobatan hanya murni dan sejati, jika diikuti dengan tindakan yang menegaskannya. Itulah proses pemulihan. Niat baik tanpa tindakan yang sesuai, tidak akan menyelesaikan proses pemulihan.
Prinsip-prinsip ini akan berhasil dalam situasi apa pun. Begitu kita benar-benar menyadari kesalahan kita, pemikiran kita yang salah, kata-kata kita yang salah atau gaya hidup kita yang merusak, kita berada dalam posisi untuk kembali kepada Bapa kita. Tetapi itu tidak bisa menjadi keputusan emosional sesaat. Harus diikuti dengan tindakan. Tidak peduli apa pun yang telah kita lakukan, selalu mungkin untuk dipulihkan.
Pengakuan, pertobatan, dan pemulihan akan membuat kita tetap berada di tempat yang penuh anugerah dan kemenangan.
[Repost : “Recognition, Repentance and Recovery”, – Barry Bennett, diterjemahkan oleh Yenny Indra].
YennyIndra TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC MPOIN PLUS & PIPAKU PRODUK TERBAIK PEDULI KESEHATAN
Apa pun kepercayaan atau agama seseorang, memberi itu sesuatu yang baik. Tetapi saya baru belajar, ternyata motivasi pemberian kita jaaauuuuhhh lebih penting daripada pemberian itu sendiri. Wow..
“Dea tidak layak sakit ce… Dia orang yang baaaiiik luar biasa. Hatinya lembut, selalu ingin berbagi dengan orang lain. Setiap bulan dia membagikan makanan ke panti asuhan, panti jompo bahkan satpam dan tukang sapu di kompleks rumahnya. Rutin lho… Bukan hanya sekali-sekali, ” ujar sahabat saya sambil mengusap air matanya, “Dea lebih mengutamakan orang lain daripada dirinya sendiri. Koq bisa Tuhan ijinkan Dea sakit? Padahal orang-orang yang jahat justru sehat-sehat saja.”
“Orang berbuat baik, itu motivasinya apa dulu? Kalau dia berbuat baik supaya dia diterima Tuhan, misalnya, itu menjadi beban yang tidak pernah cukup. Dia melakukan 6, rasanya masih kurang baik, 7, kurang baik juga, gak ada habisnya. Karena pemahaman Dea salah, ” ujar Yuliadi, sahabat saya menjelaskan, “Justru orang ‘jahat’ yang hidupnya gak karuan, gak pernah didera rasa bersalah. Jadi hidupnya justru sehat-sehat saja.”
Pertama, penyakit bukan dari Tuhan.Tetapi dari si musuh, iblis. Pemikiran yang salah itu yang memicu penyakit.
Seperti orang berpikir dalam dirinya, demikianlah ia, kata Raja Sulaiman/Salomo.
Pikiran kita menentukan kondisi kita. Dan pikiran itu hasil keputusan kita sendiri. Karena itu, perlu membangun mindset yang benar agar kita hidup sehat dan makmur sesuai dengan kehendak Tuhan.
Ke dua, motivasi kita dalam memberi, lebih penting daripada pemberiannya. Ada orang-orang yang memberi karena dikejar perasaan bersalah, takut kalau tidak memberi nanti tidak diberkati. Jadi seperti orang memberi sesajen saja.
Ada juga yang seperti judi, Tuhan berjanji melipatgandakan apa yang kita berikan menjadi 30, 60, 100 kali lipat, maka memberi dengan tujuan dilipatgandakan. Ini jelas motivasi yang salah. Kita memberi karena kita SUDAH diberkati, sebagai ucapan syukur. BUKAN SUPAYA diberkati. Meski hukumnya memang tabur tuai tetapi bukan itu yang menjadi fokus dan motivasi alasan kita memberi.
Ingat, antara waktu menabur dan menuai ada jeda. Nach kalau yang ditanam biji mangga atau durian, bisa bertahun-tahun, baru bisa berbuah. Jangan sampai kecewa, ketika panen tak kunjung tiba. Sikap hati kita, tabur saja segala hal baik yang bisa kita lakukan, soal panen, biarkan Tuhan dan alam yang mengatur. Janji Tuhan Ya dan Amin. Kalau pun saat kita hidup tidak sempat menikmati tuaiannya, mungkin anak cucu kita yang menuainya.
Bahkan ada orang yang korupsi di perusahaan, lalu menyumbang dalam jumlah besar untuk pembangunan rumah ibadah. Dieeeenk…..!!! Dia berharap dengan sumbangannya, hati nuraninya yang dikejar rasa bersalah bisa ditenteramkan. Dosanya bisa di discount. Nyogok Tuhan, tujuannya 🙂
Banyak orang menilai dari kulitnya saja. Perbuatannya kelihatannya baik, tetapi asal dana dan tujuannya yang menentukan. Tuhan menilainya bukan dari apa yang dilakukan, melainkan motivasi dalam melakukannya, jauh lebih penting. Hhmmm… Make sense!
Ketiga, memberi dari apa yang ada pada kita, bukan yang belum kita miliki.
Andrew Wommack menyoroti, akhir-akhir ini banyak orang yang memberikan persembahan dengan menggesek kartu kreditnya. Niatnya baik, ingin memberkati orang lain, tetapi caranya kurang bijak. Uang dari kartu kredit adalah uang yang BELUM dimiliki seseorang, alias hutang, seharusnya persembahan tidak demikian. Orang itu ingin ‘beriman’ memberi dalam jumlah besar. Andrew menegaskan, itu salah. Keinginan itu baik, tetapi itu berlawanan dengan kebenaran yang diajarkan Tuhan. Persembahan yang berkenan kepada Tuhan, berasal dari uang yang memang milik kita.
Penting diingat, yang baik itu belum tentu benar. Berpeganglah pada kebenaran dari Tuhan. Persembahan seyogyanya diberikan dari uang atau harta yang SUDAH kita miliki.
Keempat, Berilah dengan sukacita bukan dengan berat hati.
Karena perpuluhan itu miliknya Tuhan, kerap asal sudah dibayar, hati plong. Padahal kadang dilakukan dengan motivasi takut kena kutuk kalau tidak dibayar, atau merasa berdosa merampok milik Tuhan.
Alasan dan sikap saat mempersembahkan, jauh lebih penting daripada nilai yang dipersembahkan
Tuhan menghendaki kita mempersembahkannya dengan hati yang penuh sukacita, kasih serta ucapan syukur. Bagi orangtua, lebih membahagiakan ketika sang anak membawakan bunga di kebun tetapi diberikan dengan antusias, ceria dan penuh kasih. Daripada diberi kado mahal tetapi dengan wajah yang cemberut, berat hati dan penuh beban. Bukankah persembahan itu mewakili kasih di hati si pemberi?
Pengajaran ini membuat saya lebih bijak dan dewasa rohani. Bagaimana dengan Anda?
GIVING IS BETTER THAN RECEIVING. When God blesses you financially, don’t raise your standard of living. Raise your standard of giving. – Mark Batterson.
MEMBERI LEBIH BAIK DARIPADA MENERIMA. Ketika Tuhan memberkati Anda secara finansial, jangan menaikkan standar hidup Anda. Tingkatkan standar pemberian Anda. – Mark Batterson.
YennyIndra TANGKI AIR & PIPA PVC MPOIN PLUS & PIPAKU PRODUK TERBAIK PEDULI KESEHATAN
Menyambung Healing Part 5, dr. Henry Wright mengatakan, jika akar permasalahan tidak diselesaikan, meski pun sekarang sembuh, penyakit itu akan kumat lagi. Maka saya mencoba belajar dan menuliskan apa yang saya pelajari, semoga menjadi berkat untuk teman-teman.
“Bu Yenny, saya anak yang tidak diinginkan. Mama saya hendak menggugurkan saya tapi tidak berhasil. Itu membuat saya senantiasa merasa tertolak.”
Familiar dengan kisah seperti ini? Sesungguhnya setiap orang pernah tertolak dalam kadar tertentu. Tidak ada seorang pun yang terlepas dari masalah ini. Bahkan Gregory Dickow mengatakan akar segala permasalahan manusia adalah Rejection, penolakan.
Semua karena dunia memang sudah jatuh ke dalam dosa. Masalah ini sudah dimulai begitu Adam dan Hawa jatuh dalam dosa. Mereka malu, tertolak dan berusaha menyembunyikan diri dari Allah. Iblis terus menerus melontarkan tuduhan, mengingatkan segala kesalahan kita sehingga kita makin terpuruk, merasa tidak layak dikasihi dan mengasihani diri sendiri. Setting for less – rela menerima bukan yang terbaik.
Manusia lupa, kunci kesembuhannya hanya satu: kembali kepada Sang Pencipta, Allah sendiri. Dalam hati kita, ada tempat kosong yang tidak dapat dipuaskan oleh apa pun, mau pun siapa pun… Selain Allah sendiri.
Kasih semua manusia itu bersyarat. Jika berharap kepada manusia, cepat atau lambat, ada saatnya mereka akan mengecewakan kita. Hanya kasih Tuhan yang tak bersyarat.
Semakin saya sekolah dan mengenal kasih Allah, semakin saya bahagia karena sekarang kebahagiaan saya tidak lagi tergantung pada penerimaan suami, anak, menantu, teman atau siapa pun. Tidak pula tidak tergantung situasi di sekeliling saya.
Ketika saya memahami betapa Allah mengasihi saya bahkan sebelum saya lahir, sebelum saya bisa melakukan apa pun, bahkan saat masih dalam kandungan, sungguh itu sangat melegakan. Allah mengasihi saya Tanpa Syarat!
Nyanyian Raja Daud, “Even if my father and mother abandon me, The Lord will HOLD ME CLOSE. – Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun TUHAN MEMELUK AKU.”
Sekarang penerimaan orang lain tidaklah sepenting dulu, karena saya sudah dipuaskan dengan penerimaan Allah. Saya merasa aman, utuh, puas, sebelum berhubungan dengan orang lain. Semakin saya merasa puas dengan keberadaan saya di dalam Tuhan, makin saya bisa menoleransi dan bisa menerima kekurangan orang lain. Semakin saya merasa aman dan memahami identitas saya di dalam Tuhan, semakin teman-teman dan orang-orang di sekeliling menyukai saya.
Apakah konsisten seperti itu? Tidak! Saya tidak steril terhadap kesalahan. Saat melakukan kesalahan, iblis pun tidak menunda serangannya. Intimidasi terus berlangsung. Namun sekarang saya sudah punya senjata untuk menangkalnya. Datang kepada Allah, mohon ampun, bertobat dan menyerahkan yang selanjutnya terjadi kepada-Nya. Ya… Sudah. Pasrah. Saya melakukan bagian saya yang terbaik, selebihnya biarlah Tuhan melakukan bagian-Nya.
Saat iblis terus menuduh, membuat perasaan bersalah menekan, saya bisa berdoa: “Tuhan, tolonglah agar orang itu mengerti apa yang saya maksudkan dalam hatiku. Buatlah dia melupakan kata-kata salah yang sudah terlanjur keluar dan tolong agar ketulusan hatiku bisa dirasakannya sehingga kesalahpahaman bisa terurai dan diselesaikan dengan baik. “
Doa seperti ini sangat menolong untuk menghapus intimidasi.
Percaya atau tidak? Ketika hubungan kita dengan Tuhan berlangsung baik dan mulus, seluruh aspek kehidupan kita menjadi baik. Tidak berarti hidup mulus tanpa masalah, namun meski ada masalah, keyakinan di dalam hati begitu kuat: Semuanya akan baik-baik saja karena Tuhan sudah berjanji bahwa masa depanku adalah masa depan yang penuh harapan.
Beberapa teman bertanya, ingin tahu formula cara P. Irsan diberkati. Uniknya, hidup menurut Hukum Kerajaan Allah, itu bukan formula. Saat seseorang memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan, pintu-pintu kesempatan yang tak terpikirkan terbuka.
“Saya diberkati melebihi apa yang bisa saya pikirkan, berlimpah-limpah” ujar P. Irsan pada tanggal 8 November lalu, “…ada kawan beli jam dinding 153 biji, 31 tahun buka toko , baru hari ini dapat orderan gak masuk akal wkwkwk… Saya kan cuma pedagang eceran.”
Lalu tgl 13 November, chat masuk lagi. “Ada fenomena aneh… kemarin ada orang beli batere , sekali beli mau 100 biji. Terpaksa aku kumpulkan dari kiri kanan, hari ini datang lagi mau 100 biji, kumpulkan lagi dari kiri kanan dapat 80 biji. 31 tahun buka toko baru dapat rekor pemesanan yang gak masuk akal. Nb: saya cuma pedagang eceran wkwkwk…. Jadi hilang kekesalan semalam ujian nilai jeblok wkwkwk… “
Padahal nilai ujian P. Irsan masih masuk kategori B, tetapi beliau tidak puas. Fenomena ini terjadi setelah P. Irsan semakin mendekatkan diri kepada Tuhan dan makin mengenal-Nya. Logikanya di mana? Apa hubungannya? Speechless. Saya pun tidak bisa menjelaskannya. Tetapi itu kenyataannya.
Berkat yang bekerja menurut Hukum Kerajaan Allah itu bukan formula melainkan relationship. Hubungan pribadi yang intim dengan Tuhan.
Bagaimana dengan teman yang gagal digugurkan? Sesuatu yang melegakan, tidak peduli apa penyebab seseorang hamil, tetapi begitu sel telur bertemu sperma di rahim seorang wanita, Tuhan sudah menetapkan tujuan bagi hidupnya. Kecelakaan, malapetaka terjadi karena dunia sudah jatuh dalam dosa. Tetapi anak itu lahir bukan kecelakaan. Setiap anak spesial di mata Tuhan, memiliki tujuan khusus yang tak tergantikan dan Tuhan mengasihi serta menerimanya apa adanya. Tanpa syarat.
Ketika seseorang menyerahkan hidupnya, berbalik kepada Tuhan dan hidup mengikuti Hukum Kerajaan Allah, maka segala sesuatu yang menurut penglihatan kasat mata sesuatu yang ‘buruk’, akan diubah Tuhan menjadi batu pijakan, agar kita dapat naik ke tempat yang tinggi, yang tidak dapat dicapai, tanpa ada batu pijakan itu. Dahsyat bukan?
“Mana buktinya Bu Yenny?”
Azie Taylor Morton, Menteri Keuangan Amerika Serikat pada zaman Presiden Jimmy Carter. Dia lahir hasil dari perkosaan seorang pria terhadap ibunya yang bisu, tuli dan miskin sehingga dia tidak mengenal ayahnya.
Karena menanggung malu, ibunya melahirkannya di kebun yang sepi tanpa bidan. Yang menolong melahirkan adalah seorang ibu tua pemilik kebun.
Hidupnya sangat miskin hingga dalam umur yang masih sangat muda, Azie terpaksa bekerja untuk mencari nafkah untuk dia dan ibunya karena saat itu ibunya sakit stroke. Dia bekerja sebagai buruh kasar di perkebunan kapas. Azie benci keadaan saat itu. Kecewa kepada TUHAN saat itu karena DIA tidak adil atas hidupnya. Di saat kebanyakan anak-anak menikmati hidup layak, dia harus bergumul dalam penderitaan. Diejek dengan julukan ‘anak haram’, dikucilkan dan Azie tidak melihat harapan bagi masa depannya.
Suatu hari, Azie bertemu dengan seorang pendeta. Beliau berkata, “Azie..tahukah kamu bahwa hidup ini adalah anugerah, Nak? TUHAN memberikan kamu kebebasan memilih. Mau tetap mengeluh seperti ini atau bangkit dari kemiskinan, pilihan itu ada di tanganmu, Nak. Perlu kamu ketahui rencana TUHAN atasmu bukan rencana kecelakaan melainkan hari depan yang penuh harapan. Selama bisa memilih, pilihlah yang terbaik.”
Nadanya lirih namun penuh makna. Kata-kata pendeta itu membangkitkan semangatnya untuk berdiri tegak dan doa ibunya membuatnya kuat menghadapi tantangan hidup. Akhirnya Azie memilih keluar dari rasa kecewa dan tak berguna ini.
Singkat cerita, Azie mulai bekerja dengan giat untuk membiayai sekolah dan kehidupan ibunya. Berkat doa sang ibu serta kerja keras yang ulet, akhirnya TUHAN memberkati Azie dengan melimpah, meraih kesuksesan. Azie menjabat sebagai Menteri Keuangan.
Tidak hanya itu, Azie satu-satunya wanita Afro-Amerika yang tandatangannya tertera dalam lembar mata uang US dollar.
Janji Tuhan Ya dan Amin!
Hidup itu bak HP Iphone, misalnya. Ketika ada sesuatu yang tidak berjalan dengan semestinya, ke mana tempat terbaik untuk membenahinya? Ke Apple Service Center. Kan Iphone buatan Apple.
Dengan cara yang sama, saat hidup kita tidak berjalan lancar, ke mana tempat terbaik untuk membenahinya? Datang kepada Allah, Sang Pencipta. Dialah yang dapat memuaskan dan memenuhi apa yang kita butuhkan. Dia yang tahu bagaimana agar tubuh kita dapat bekerja secara optimal. Dia juga yang tahu bagaimana Hukum Alam dan Hukum Kerajaan Allah bekerja, sehingga dengan menyelaraskan diri dengan hukum-hukum itu, pintu-pintu kesempatan terbuka, kekayaan alam ditemukan dan dikelola dengan efektif. Allah pula yang tahu bagaimana kita seharusnya menjalani hidup ini yang terbaik.
Siap belajar? Mari kita hidup melekat kepada-Nya.
I am the vine; you are the branches. The one who remains in me – and I in him – bears much fruit, because apart from me you can accomplish nothing.
Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.
??YennyIndra?? TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC ?? MPOIN PLUS & PIPAKU?? PRODUK TERBAIK PEDULI KESEHATAN
Sebagai seorang guru, saya terus-menerus mengevaluasi pengajaran saya mau pun pengajaran orang lain. Saya tidak memiliki bayangan, bahwa saya memiliki semua jawaban. Kita semua tahu sebagian. Saya telah dipengaruhi oleh guru-guru hebat dan terkenal lainnya selama bertahun-tahun. Saya membaca sebuah buku tadi malam, yang memberkati saya bertahun-tahun yang lalu, tetapi kali ini tampak mandul. Kebenaran yang disajikannya, lebih berupa formula untuk berpindah dari titik A ke titik B. Informasi itu benar, tetapi ada sesuatu yang hilang.
Saya tidak akan menganggap bukunya menangkap kedalaman penuh perjalanannya dengan Tuhan, tetapi itu memicu sesuatu dalam diri saya yang ingin saya bagikan dengan Anda.
“Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” Yohanes 14:6 (TB).
Mungkinkah banyak dari kita telah memahami bahwa Yesus adalah Jalan dan Kebenaran, tetapi kita kehilangan dinamika penuh Kehidupan? Bisakah kita memisahkan Kebenaran dari Kehidupan, dan masih memiliki Kehidupan? Sebagai seorang guru selama bertahun-tahun, saya dapat melihat ke belakang dan melihat di mana saya bersalah dalam hal ini. Kebenaran itu kuat, dan Kebenaran membebaskan orang (Yohanes 8:31-32), tetapi Kebenaran (ajaran yang baik dalam konteks ini), tidak dapat berdiri sendiri terpisah dari Kehidupan.
Apa yang saya katakan adalah : Hidup tercipta karena persekutuan dengan Tuhan. Adam dan Hawa harus berjalan dan berbicara dengan Tuhan di Taman. Kebenaran akan datang dari persekutuan. Begitu sering kita berbicara tentang “hubungan” dengan Tuhan, tetapi jarang kita berbicara tentang “persekutuan”. Hubungan itu dengan darah. Persaudaraan terjalin karena pilihan.
Kebenaran yang terpisah dari Kehidupan bisa menjadi formula. Kebenaran yang muncul dari persekutuan dengan Bapa akan menjadi hidup. Yohanes memahami ini dan mengatakannya seperti ini:
“Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus.” 1 Yohanes 1:3 (TB).
“Persekutuan kita adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Putra-Nya.” Apa yang dilihat dan didengar dalam persekutuan atau relationship itu, merupakan kebenaran yang dinyatakan bagi kita. (note: iluminasi/pewahyuan/rhema, perkataan Tuhan yang spesifik untuk kita).
Sebelum kita memiliki persekutuan yang benar, (-hingga tercipta relasi yang intim dan bisa mendapatkan iluminasi/pewahyuan/rhema-), kita akan terjebak dengan formula dan frustrasi.
Saya pernah mengalaminya dan mungkin Anda juga pernah mengalaminya. Saya mendorong Anda agar memiliki persekutuan dengan Bapa. Biarkan Dia mengungkapkan kebenaran Firman-Nya kepada Anda. Itu tidak akan pernah menjadi formula. Ini akan menjadi Kehidupan.
[Repost : “Is Something Missing?”, – Barry Bennett, diterjemahkan oleh Yenny Indra].
YennyIndra TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC MPOIN PLUS & PIPAKU PRODUK TERBAIK PEDULI KESEHATAN
Setiap biji apel berpotensi menjadi pohon apel yang besar dan berbuah banyak, tetapi tidak semua biji apel berakhir menjadi pohon apel yang besar dan berbuah banyak.
Demikian juga dengan manusia. Setiap manusia lahir dengan potensi untuk menjadi orang besar, sukses dan menjadi berkat bagi ‘dunia’, tetapi tidak banyak manusia yang dapat mencapai potensi maksimalnya.
Apa sebabnya? Apa yang menentukan keberhasilan masa depan seseorang? Hasil penelitian membuktikan bahwa 95% masa depan kita, ditentukan oleh CARA PIKIR, KEPUTUSAN dan TINDAKAN yang kita ambil.
Demikian kutipan sebagian artikel SMART BELIEFS, buku yang saya tulis bertahun-tahun lalu, di tag kembali ke saya oleh Eyha Umina Aya ke FB saya. Thanks sis…
Kebetulan? Tidak. Tuhan ingin saya merenungkannya.
Biji apel adalah benih, seperti firman Tuhan adalah benih.
Mengapa ada benih yang menghasilkan buah yang banyak hingga melimpah, sementara ada yang buahnya langka bahkan nyaris tidak berbuah? Benihnya sama. Punya potensi yang sama. Perbedaannya terletak pada tanah di mana biji apel itu tumbuh. Kerap kita dengar, “tanahnya cocok maka pohon apel berbuah lebat.”
Tanah ini melambangkan hati kita. Tanah yang tipis, tidak subur, penuh semak berduri membuat benih apel tidak bisa tumbuh dengan baik Fokus pada permasalahan, salah mindset, mengandalkan diri sendiri, mengikuti hikmat dan cara dunia, akan menghimpit pohon apel sehingga hidup segan, mati pun tak mau.
Bukankah sudah menjadi kebiasaan kita selama ini, kita yang mengatur, mengendalikan dan merasa menjadi ‘tuhan’, lalu saat berdoa hanya sekedar melaporkan rencana kita serta ‘memerintahkan’ Tuhan untuk memberkatinya? Itulah sebabnya janji-janji-Nya tidak terealisasi dalam hidup kita. Kita tidak habis mengerti, mengapa demikian? Padahal janji-janji-Nya Ya dan Amin. Lalu kepahitan dan menyalahkan Tuhan.
Saya pun demikian, hingga bertobat dan belajar. Aturan mainnya bukan seperti itu.
Tuhan sudah memiliki rencana bagi hidup kita, jaaauuuuhhh sebelum kita ada di dalam kandungan ibu kita. Hari-hari kita telah ditulis-Nya!
Oleh karena itu seharusnya setiap hari kita datang kepada-Nya, meminta arahan Sang Boss, agar kita menjalani hidup menggenapi rencana-Nya bagi masa depan kita.
Seyogyanya kehidupan kita berputar di sekitar-Nya. Allah yang menjadi pusat kehidupan kita. Put God First! Jadikan Tuhan yang utama dan terutama! Itulah cara hidup yang berkenan kepada-Nya dan itu pula rahasianya agar tanah hati kita menjadi subur.
Jika tanah hati kita subur, tidak usah sibuk berdoa meminta, berpuasa, memerintahkan agar apel berbuah lebat, dengan sendirinya pohon apel kita akan berbuah berlimpah-limpah.
Di mana ada Tuhan, kelimpahan dan ‘mujizat’ terjadi secara natural. Saat secara natural dunia berhenti berbuah, mujizat Tuhan terus mengalirkan buahnya, tidak mengenal waktu.
Apa sebabnya? Mengutip dari Smart Beliefs, apa yang menentukan keberhasilan masa depan seseorang? Hasil penelitian membuktikan bahwa 95% masa depan kita, ditentukan oleh CARA PIKIR, KEPUTUSAN dan TINDAKAN yang kita ambil.
Dengan menjadikan Tuhan pusat kehidupan kita, cara pikir, keputusan dan tindakan kita selaras dengan kehendak-Nya. Sudah pasti yang the best. Klo kita kerjasamanya dengan Allah, siapa yang dapat melawan kita? Pastilah kesuksesan, kepuasan, hikmat, damai sejahtera, kesehatan yang semuanya tersimpan di dalam benih-Nya, akan terealisasi dalam hidup kita. Puas, kenyang bahkan berlebihan hingga bisa berbagi dengan orang-orang di sekeliling kita.
Itulah definisi kaya menurut Tuhan. Bukan menjadi konglomerat, atau menumpuk kekayaan bagi diri sendiri, tetapi apa pun yang kita butuhkan tercukupi dengan limpahnya, bahkan memiliki extra untuk memberkati orang lain. Diberkati untuk menjadi berkat! Karena itulah tujuan kita lahir di dunia ini.
Mau? Praktik sama-sama yuk….
True faith submits to God’s plan, whether or not, it confides with ours – Randy Alcorn.
Iman yang sejati tunduk pada rencana Tuhan, terlepas dari apakah rencana itu sesuai dengan rencana kita atau tidak – Randy Alcorn.
YennyIndra TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC MPOIN PLUS & PIPAKU PRODUK TERBAIK PEDULI KESEHATAN