Being VS Doing
Gospel Truth’s Cakes
Yenny Indra
Being VS Doing
Kecenderungan seseorang saat mengasihi Tuhan, kebanyakan mengaitkan dengan apa yang dilakukan untuk menyatakan kasihnya. Alias Doing.
Benarkah itu yang Tuhan kehendaki?
Sedangkan yang diperhitungkan Tuhan itu motivasi dibalik apa yang kita lakukan, bukan apa yang kita kerjakan.
Kita memberikan sumbangan besar, tetapi dengan motivasi supaya dipuji orang, maka Tuhan bilang, ya pujian itu upahnya.
Sebaliknya, kita memberi sumbangan, mungkin jumlahnya tidak banyak, tetapi dengan penuh ucapan syukur karena ingin menghormati Tuhan, itu lebih berkenan.
Tuhan ingin kita mengasihi sesama. Padahal kasih itu ya Allah itu sendiri. Artinya, agar dapat mengasihi sesama, kita perlu memiliki Sang Kasih, yaitu Allah sendiri.
Tanpa melekat kepada Allah, kita tidak bisa mengasihi dengan tulus sesuai yang Tuhan inginkan.
Itulah sebabnya Tuhan ingin kita menjadi Being dari diri-Nya.
Caranya?
Dengan melekat kepada-Nya.
Ibaratnya, kita ini ranting pohon anggur. Sementara Tuhan adalah pokok anggurnya.
Ranting bisa menghasilkan buah anggur yang manis, selama ranting itu menempel pada pokok anggurnya. Jika ranting itu dipotong, dia akan layu dan mati.
Kuncinya, menjadikan diri kita persembahan yang hidup yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna, sesuai dengan Roma 12: 2 dengan cara memperbaharui pikiran kita selaras dengan firman-Nya.
Banyak orang menilai kesuksesan pelayanan seorang pendeta dari berapa banyak jemaatnya?
Seberapa besar gerejanya?
Seberapa top dia dikenal di dalam dan luar negeri?
Bagi jemaat, seberapa besar pengaruhnya? Seberapa banyak kegiatannya? Dst.
Tetapi apakah kriteria Tuhan tentang pelayanan seseorang seperti itu?
Belum tentu!
Di Damsyik ada seorang murid Tuhan bernama Ananias. Firman Tuhan kepadanya dalam suatu penglihatan:
“Ananias!”
Jawabnya: “Ini aku, Tuhan!”
Kisah Para Rasul 9:10 (TB)
Saya puluhan kali membaca bagian ayat ini tetapi saya tidak pernah memahami keistimewaannya, hingga Andrew Wommack membahasnya.
Sungguh luar biasa, ketika Tuhan memanggil Ananias, dia langsung menjawab,
“Ini aku, Tuhan!”
Ananias senantiasa Siap, hingga saat Tuhan memanggilnya, dia sudah ready.
Wow… Ini sikap yang luar biasa.
Sementara sebagian besar dari kita selalu sibuk dengan berbagai hal ‘penting’ berkaitan dengan kebutuhan hidup masing-masing, Ananias senantiasa berjaga-jaga, awas dan fokus pada Tuhan.
Tugas Ananias adalah mendoakan Paulus yang buta setelah mengalami perjumpaan pribadi di jalan dengan Tuhan, saat dia tengah menganiaya jemaat Tuhan.
Setelah didoakan Ananias, selaput yang menutupi mata Paulus gugur dan dia bisa melihat kembali. Ananias pula yang membaptis Paulus.
Yang tercatat dalam Alkitab, hanya itu pelayanan Ananias. Tetapi betapa dahsyatnya pelayanan Ananias ini, dia dipakai Tuhan untuk melayani Paulus yang menulis 13 surat atau 1/3 Alkitab Perjanjian Baru.
Pelayanan Ananias ini penting dan signifikan sekali.
Di mata Tuhan, tidak kalah pentingnya dibandingkan pelayanan Paulus, meski Paulus jauh lebih terkenal.
Terbukti bagi Tuhan bukan banyaknya pelayanan atau apa yang kita kerjakan yang terpenting. Melainkan seberapa baik kita melekat dan menyerap dari Allah.
Satu pelayanan dengan kekuatannya Allah akan berdampak lebih dahsyat daripada seribu pelayanan yang mengandalkan kekuatan kita sendiri.
Diluar Tuhan, kita tidak dapat berbuat apa-apa.
Andrew menekankan, ketika seseorang yang disertai Tuhan masuk ke dalam satu ruangan, atmosfir ruangan itu langsung berubah.
Saat Tuhan hadir, atmosfir berubah.
Kehadiran Allah itu nyata.
Bukan banyaknya pelayanan atau jemaat yang hadir yang menjadi tolok ukur, tetapi seberapa banyak kehidupan yang diubahkan sehingga menyerupai Allah yang penting.
Allah berdiam sempurna di dalam roh kita. Tetapi kerap pikiran, emosi dan kehendak kita menghalangi kuasa Allah terpancar melalui hidup kita.
Hanya pembaharuan pikiran yang selaras dengan firman Tuhanlah yang memungkinkan kita memancarkan karakter Allah melalui hidup kita.
Being living sacrifice (menjadikan diri kita persembahan yang hidup bagi Tuhan) jauuuh Lebih Penting daripada Doing (apa yang kita lakukan) mau pun Having (apa yang kita miliki).
Belajar sama-sama yuuuk…
Therefore I exhort you, brothers and sisters, by the mercies of God, to present your bodies as a sacrifice – alive, holy, and pleasing to God – which is your reasonable service. Do not be conformed to this present world, but be transformed by the renewing of your mind, so that you may test and approve what is the will of God – what is good and well-pleasing and perfect.
Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
YennyIndra
TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN