“Klise # 4 Tuhan yang memberi dan Tuhan yang mengambil.”
Sebagian besar orang Kristen seharusnya tahu, bahwa Tuhan tidak membuat pernyataan ini. Namun demikian, banyak anak-anak Tuhan yang mengutipnya, bahkan lebih sering daripada mengutip ayat lainnya di dalam Alkitab. Kitab Ayub menjadi lebih penting daripada empat kitab Injil bagi kebanyakan orang. Mengidentifikasikan diri dengan penderitaan Ayub, tampaknya membawa penghiburan karena beberapa alasan.
Kebenaran dari masalah ini adalah Tuhan yang memberi dan iblis mengambil. Yesus menyatakan bahwa pencuri datang untuk mencuri, membunuh dan membinasakan. Yesus datang agar kita memiliki hidup yang berkelimpahan! (Yohanes 10:10)
Sekali lagi, rupanya mereka yang menyaksikan atau mengalami kehilangan serta tragedi, ingin merasa dibenarkan dan diteguhkan dalam pengalaman pahit yang mereka alami. Cara apa yang lebih baik lagi selain menyalahkan Tuhan?
Agar dapat pindah dari kegelapan kepada terang, kita harus memiliki pewahyuan tentang ciptaan baru dan perjanjian yang lebih mulia (the better covenant), yang dibuat berdasarkan janji yang lebih tinggi (Ibrani 8:6). Perjanjian ikat janji kita dengan Allah, tidak didasarkan pada perbuatan, tetapi lebih pada karya penebusan Yesus di kayu salib. Tuhan memberikan Yesus kepada dunia, agar kematian tidak mencuri, membunuh dan membinasakan kita.
Tuhan selalu menjadi pemberi. Dia tidak bisa dicobai dengan kejahatan dan juga tidak menggoda siapa pun dengan kejahatan (Yakobus 1:13). Setiap pemberian yang baik berasal dari Tuhan (Yakobus 1:17). Semua janji-Nya ya dan amin (2 Korintus 1:20). Semua itu merupakan janji ilahi-Nya yang memungkinkan kita melepaskan diri dari kerusakan dunia (2 Petrus 1:2-4). Dia memberi kita Anak-Nya dan telah memutuskan untuk memberikan kepada kita segala sesuatu secara cuma-cuma (Roma 8:32). Roh Allah tinggal di dalam kita sehingga kita dapat mengetahui hal-hal yang telah Dia berikan dengan cuma-cuma kepada kita (1 Korintus 2:12). Jika kita mencari dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, semua yang dibutuhkan akan ditambahkan kepada kita (Matius 6:33).
Daftarnya bisa terus dan terus berlanjut. Intinya adalah, Tuhan BUKAN PENCURI! Tuhan di pihak kita, janji-Nya hidup dan kuat. Satu-satunya hal yang membatasi antara kita dengan kehidupan yang berkelimpahan, adalah Injil klise yang kita percayai, yang mempromosikan fatalisme dan kepasifan. Daripada belajar untuk memerintah dalam hidup, banyak orang yang puas dengan mengatakan “apapun yang akan terjadi, terjadilah.”
[Repost ; “Cliché #4 The Lord gives and the Lord takes away.”, – Barry Bennett, diterjemahkan oleh Yenny Indra].
??YennyIndra?? TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC ?? MPOIN PLUS & PIPAKU ?? PRODUK TERBAIK PEDULI KESEHATAN
Pelajaran kami saat ini: “Living In Balance” – Hidup Seimbang. Seperti biasa karena hobi saya bercerita, maka saya menuliskan apa yang saya pelajari dalam artikel ini. Berkat yang saya terima, saya bagikan kepada teman-teman.
Greg Mohr, guru saya bercerita, pada tahun 1975, John Osteen, hamba Tuhan terkenal dunia, sakit jantung dan harus dioperasi. Saat dirawat rumah sakit menunggu jadwal operasinya, john mendengar Tuhan berkata, “Pulanglah. Tidak perlu operasi. Aku akan menyembuhkanmu.” Maka John Osteen pun taat. Dan dia sembuh secara supernatural.
Pada tahun 1986, jantung John Osteen bermasalah lagi. Kembali John Osteen ke rumah sakit. Dan kali ini, John Osteen mendengar Tuhan menyuruhnya operasi. Maka dia pun operasi dan sembuh.
Banyak orang berkomentar, “John Osteen tidak beriman. Dia operasi… Oh… “ Mereka terkejut dan kecewa. Seolah dunia bergoncang.
Padahal Iman timbul karena pendengaran, pendengaran akan perkataan Tuhan. John Osten mendengar dan taat pada apa yang Tuhan katakan. John Osteen beriman.
Ada orang yang menganggap kalau minum obat, ke dokter, operasi berarti tidak beriman. Itu salah! Dokter adalah alat Tuhan untuk menyembuhkan kita juga. Tuhan bisa menyembuhkan melalui cara supernatural mau pun yang natural.
Mengapa seolah heboh saat saya sembuh dari hipertiroid secara supernatural? Tentu saja, kalau disuru pilih sembuh melalui supernatural atau operasi, tentu saya pilih supernatural. Lebih hemat, tidak sakit dioperasi dan tidak menakutkan. Karena operasi selalu ada resiko. Tetapi Tuhan bisa memakai keduanya. Tidak berarti yang sembuh supernatural, imannya lebih besar. Ukuran iman semua orang sama.
Kuncinya: apa yang Tuhan katakan dalam situasi yang kita alami? Taatilah!
Kembali lagi yang terpenting adalah hubungan pribadi kita dengan Tuhan. Apakah kita senantiasa mengarahkan telinga kita kepada-Nya? Agar kita bisa mendengarkan suara-Nya dan taat.
Yang saya suka, guru-guru senantiasa mendorong kami belajar secara seimbang. Terutama Greg Mohr. Meski kami sekolah di Charis, milik Andrew Wommack, kami didorong mendengar pengajaran banyak orang. Jangan hanya dengan kacamata kuda dan menganggap ini satu-satunya yang benar.
Tidak ada orang yang mendapatkan pewahyuan lengkap, kita perlu belajar pewahyuan orang lain juga.
Will Rogers mengatakan, “Setiap orang bodoh di bidang yang berbeda.” Jangan pernah menganggap diri kita yang paling benar, paling pintar, paling tahu atau paling yang lainnya…. Open-minded dan terbukalah… Mungkin saja apa yang selama ini kita anggap benar, belum tentu 100% benar. Coba mengerti apa pandangan orang lain, ujar Greg Mohr. Saya pun belajar.
Bagaimana kalau kita mendengarkan pengajaran yang salah? Greg Mohr mengajarkan, ibarat kita makan ikan, buang tulangnya dan santap dagingnya.
Itulah gunanya sekolah, kata Greg Mohr, kita paham kebenaran yang sesungguhnya dan sudah waktunya belajar memilah: mana yang daging dan mana yang tulang. Uji segala sesuatu, kata Tuhan. Kita tidak sekedar menelan semua pengajaran atau memprotes yang tidak sesuai dengan pemikiran kita, tetapi kita uji secara dewasa, apakah ini sesuai Firman Tuhan? Siapa tau ada harta karun yang kita tidak tahu selama ini?
Kembali lagi yang terpenting adalah hubungan pribadi kita dengan Tuhan. Dia akan meluruskan jalan kita, sesuai janji-Nya. Pertanyaannya: Apakah kita senantiasa mengarahkan telinga kita kepada-Nya?
Sama-sama belajar yuk… Lebih berhikmat dan bijaksana. Setuju?
Test all things; hold fast what is good. Abstain from every form of evil.
Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik. Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan.
YennyIndra TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC MPOIN PLUS & PIPAKU PRODUK TERBAIK PEDULI KESEHATAN
Salah satu jawaban paling mengerikan atas kejahatan dan penderitaan di dunia adalah “Tuhan mengizinkannya”.
Sekali lagi, Tuhan adalah pelaku atau pelengkap kejahatan terhadap kemanusiaan. Sistem kepercayaan seperti itu secara efektif menantang sistem peradilan masyarakat beradab mana pun. Jika Tuhan mengijinkan kejahatan, hak apa yang kita miliki untuk menghukum pelaku kejahatan? Apa yang Tuhan ijinkan untuk tujuan ilahi-Nya sendiri harus dirayakan, bukan dikriminalkan. Untuk beberapa alasan, omong kosong ini masuk akal bagi beberapa pemikir religius.
Kebenarannya adalah Tuhan TIDAK mengijinkan dosa dan kejahatan masuk ke bumi. Manusia mengijinkannya. Tuhan menciptakan manusia menurut gambar-Nya sendiri dan memberi manusia kekuatan untuk membuat pilihan. Segala sesuatu yang Tuhan ciptakan itu baik. Tidak ada dosa, tidak ada kematian, tidak ada penyakit, tidak ada perang, tidak ada bencana alam dan tidak ada penderitaan dalam ciptaan Tuhan. Tuhan secara khusus memberi tahu Adam dan Hawa untuk TIDAK makan dari Pohon Pengetahuan tentang yang Baik dan Jahat. Dia tidak mengijinkan kejahatan.
Kita harus mengerti bahwa sifat Tuhan itu baik. Segala sesuatu memiliki satu Sumber, yaitu Tuhan.
Kejahatan terjadi karena tidak adanya kebaikan. Kejahatan merupakan konsekuensi yang timbul karena melepaskan diri dari Tuhan. Tuhan tidak pernah menghendaki ciptaan-Nya hidup terpisah dari-Nya. Yesus menyatakan bahwa Dia tidak dapat melakukan apapun kecuali apa yang diterima-Nya dari Bapa-Nya (Yohanes 5:19). Allah Bapa merupakan teladan kita. Jika tidak melekat pada Pokok Anggur, artinya kita memilih konsekuensi dari sikap mandiri, -memisahkan diri dari Tuhan-, yaitu mengalami kerusakan.
Dosa masuk ke dunia melalui manusia, bukan melalui Tuhan. (Roma 5:12). Apa yang Tuhan inginkan bagi manusia, supaya manusia memilih hidup dan bergantung pada-Nya. Jika manusia memilih kegelapan dan kematian, Tuhan akan tetap menghormati keputusan itu, tetapi Dia tidak bertanggung jawab atas sakit hati dan penderitaan yang akan terjadi sebagai akibat dari keputusan tersebut.
Tuhan tidak mengijinkan kejahatan. Tetapi Dia mengijinkan manusia untuk memilih: bergantung atau mandiri, dan Tuhan akan menghormati keputusan itu. Kejahatan adalah kesalahan manusia, bukan kesalahan Tuhan.
[Repost ; “Cliché #3 God allows evil”, – Barry Bennett, diterjemahkan oleh Yenny Indra].
YennyIndra TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC MPOIN PLUS & PIPAKU PRODUK TERBAIK PEDULI KESEHATAN
Sadarkah kita bahwa setiap kita punya perasaan tidak aman, sesuai level masing-masing? Orang yang merasa tidak aman, berhubungan dengan orang tidak aman lainnya. Bisa dibayangkan, betapa rumitnya .. Konflik demi konflik terjadi, tanpa penyelesaian yang jelas.
Saya ingat sekali, mama begitu peduli dengan pendapat orang lain. Apalagi kami tinggal di kota kecil. ‘Apa kata orang?’, menjadi batasan yang menyulitkan saya menjadi diri sendiri.
Teringat kisah seorang bapak dan anaknya yang hendak menjual kuda ke kota. Ketika si bapak yang menunggang kuda dan si anak menuntunnya, orang yang kewat memberi komentar: “huh bapak yang tidak punya perasaan.” Lalu gantian, si anak yang naik kuda dan si bapak yang menuntunnya, orang yang berpapasan memberi komentar, “Dasar anak durhaka, tidak tahu diri, orangtua disuru jalan, anak yang dengan enaknya naik kuda.” Nach lho….
Moral cerita, setiap orang punya pendapat yang berbeda! Mustahil menyenangkan semua orang. Banyak orang yang terjebak, ingin diterima lingkungannya, ‘memaksakan¹ diri hidup diluar keinginan dan kemampuannya. Demi jaga image. Hidup dengan topeng.
“Kebanyakan orang hanya menyembunyikan perasaan tidak aman dalam diri mereka, hidup di balik topeng dan menyangkali diri mereka yang sebenarnya — dan orang yang mengaku percaya Tuhan, terkadang justru yang terbaik dalam hal itu!”, Jelas Arthur Meintjes, “Namun dengan menyembunyikan rasa tidak aman, perlahan kita kehilangan siapa jati diri kita sesungguhnya. Menyembunyikan rasa tidak aman, bagaikan mengobati kanker dengan aspirin — mungkin membuat Anda merasa lebih baik selama beberapa jam, tetapi itu tidak akan menyelesaikan masalah. Bagi orang-orang yang merasa tidak aman, dia harus selalu benar. Dan berbeda pendapat merupakan masalah besar.”
Setelah belajar di Sekolah Charis, nilai-nilai yang saya hidupi makin jelas dan terarah. Tidak takut untuk berbeda dengan orang lain, Jika itu berdiri di atas kebenaran firman Tuhan. Terlebih lagi para guru memberikan teladan dengan berbagi kehidupannya.
Arthur Meintjes, salah satu guru favorit saya mengajarkan, satu-satunya cara menyembuhkan perasaan tidak aman, -insecure-, dengan bercermin pada firman Tuhan, standar kebenaran Tuhan yang tidak pernah berubah.
Ketika memandang dan mempelajari firman Tuhan, kita mengenal Allah, sekaligus mengenal diri kita sendiri. Itulah jati-diri kita yang sejati. Allah ada di dalamku, maka karakter saya yang sejati adalah karakter Allah. Wow…. Keren…
Identity is the deep knowledge of where I come from, where I’m going, and to whom I belong.
Identitas atau jati diri adalah pengetahuan mendalam tentang dari mana saya berasal, ke mana saya pergi, dan milik siapakah saya.
Saya berasal dari Dia, kelak akan pergi kepada-Nya dan saya adalah milik-Nya.
“Perubahan yang sejati adalah perubahan yang tidak diupayakan, tetapi terjadi secara natural karena keintiman hubungan kita dengan Allah. Jika diupayakan, yang diubah 95% hanyalah penampilan luarnya saja,” ungkap Arthur Meintjes.
Bertahun-tahun saya merasa bersalah (merasa tidak aman), karena mengirimkan Christian ke Australia setelah lulus SD, pertimbangannya Chris juara junior golf saat itu. Dengan pemikiran agar golf dan sekolah maju bersama. Dan mengirim Elisa setelah lulus SMP. Para ahli pendidikan senantiasa menyarankan agar anak berpisah dengan ortu setelah berusia 17 tahun. Agar nilai-nilai kehidupan sudah mapan.
Ketika saya flashback, baik Elisa mau pun Chris, tumbuh menjadi pribadi yang tahu persis apa yang mereka inginkan, mandiri dan bersiteguh mengejar apa yang diinginkannya. “_I know what I want_,” ujar Elisa percaya diri. Dan ini tidak mudah. Anak-anak bukan Yes-Man yang selalu tunduk pada apa kata ortu. Kami mengalami konflik-konflik yang tidak mudah. Dan mengalami fase ‘Sepakat Untuk Tidak Sepakat.’
Menurut Arthur, hanya orang dewasa yang bisa menjalani ‘Sepakat untuk Tidak Sepakat’ dengan cara yang baik. Untunglah saya belajar dari pendapat pakar yang memang ahli di bidang tersebut, sehingga merasa baik-baik saja. Bayangkan jika saya minta pendapat, tetangga, tentu dianggap menyalahi pakem ‘apa kata tetangga’? Dan bisa dikritik habis-habisan. Padahal kita berpikir berdasarkan persepsi. Jika persepsi kita salah, cara kita bereaksi dan mengambil keputusan juga salah.
Apa yang saya lakukan? Berdoa dan menyerahkannya kepada Tuhan! P. Indra punya pendapat sendiri dan anak-anak juga. Cara pikir mereka berbeda. Untunglah anak-anak terbiasa berpikir logis. Kami terbiasa bernegosiasi dengan menyodorkan pendapat para pakar. Saling kirim link artikel. Dari pendapat Warren Buffett, Jim Collins, para pakar bisnis lainnya, hasil research sampai pembuktian bahwa strategi yang diterapkan anak-anak berhasil.
Mudahkah? Sama sekali tidak! Apalagi saat belum kelihatan hasilnya. Dan itu itu butuh waktu sampai menghasilkan bukti, sehingga ke dua kubu bersedia saling kompromi dan support. Apalagi dalam setiap hubungan, masing-masing berpikir sesuai persepsi dan asumsi yang belum tentu benar.
Apa kata dunia?, ini yang ditakutkan oleh banyak orang. Belajar dari Arthur Meintjes, ternyata ‘Sepakat Untuk Tidak Sepakat’, itu sah-sah saja. Bahkan sikap yang dewasa.
Saya pun belajar, untuk memprioritaskan apa yang penting. Ibarat lomba lari, Run Your Own Race. Jangan mengurusi komentar penonton di tepi lapangan. Yang penting goal tercapai. Anak-anak mandiri, mampu berbisnis sendiri, mampu menemukan serta mengembangkan talentanya secara maksimal.
Elisa berbisnis peralatan olah raga dengan brand: The Republic of Svarga. Christian mampu mengembangkan tangki Anti Virus MPOIN dengan berbagai kelebihannya. Nicholas mulai menemukan keunikannya, berbisnis di bidang IT sesuai talenta khususnya. Michelle yang masih kuliah sedang mempersiapkan diri.
Apakah mereka berhasil karena kehebatan P. Indra dan saya sebagai ortu? Sama sekali tidak!!!! Perenungan ini justru meneguhkan kembali prinsip saya: Karena Yusuf disertai Tuhan, maka potifar diberkati, apalagi jika ada seorang istri, ibu dll yang bersedia mencari Tuhan, maka berkat Tuhan akan mengejarnya dan everything will fall into place (segala sesuatu berada di tempat yang seharusnya), sungguh terbukti.
Cari Tuhan dan kebenarannya maka semuanya akan ditambahkan dalam hidup kita.
Tuhan yang memberi ide, mempertemukan anak-anak dengan orang-orang baik dan tepat, yang pada akhirnya membawa mereka pada tujuan Tuhan bagi hidup mereka dan membawa kami semua, yang semula tidak sepakat, menjadi sepakat. Demikian pula di berbagai bidang kehidupan yang lain dan dalam membangun relationship dengan siapa saja.
Apakah semua sudah kelihatan hasilnya? Tentu saja tidak! Sebagian masih dalam proses, sebagian saya tidak tahu jalan keluarnya. Saya suka dengan ungkapan Andrew Wommack, “Saya belum mencapai tujuan tetapi setidaknya saya sudah berangkat.” Kalau menunggu sempurna, akhirnya tidak berbuat apa-apa.“
Penonton mungkin saja mengkritik, ibarat sedang menyulam, mereka melihat kacaunya benang yang ke kanan dan ke kiri… Tidak jelas gambar apa. Namun saat semua selesai, barulah mereka terpukau … Wow indahnya.
Jaminannya apa kalau pasti berhasil? Apabila Tuhan ada di pihakku, siapakah lawanku? Kalau Tuhan menyertai, gak ada yang mustahil. Jika Tuhan sudah memulai, Dia akan menyelesaikannya. “Terjadilah sesuai imanmu,” kata Tuhan. Dan saya percaya!
Bagaimana dengan Anda?
Yes, you may feel unqualified, uneducated, untrained, under-gifted oe even unworthy. Yet… Those are excellent qualifications for God to do a mighty work- Charles R Swindoll.
Ya, mungkin saja Anda merasa tidak berkualitas, tidak berpendidikan, tidak terlatih, kurang berbakat atau bahkan tidak berharga. Namun … Itu adalah kualifikasi yang sangat baik bagi Tuhan untuk memakai Anda melakukan pekerjaan (-Nya) yang hebat – Charles R. Swindoll.
YennyIndra TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC MPOIN PLUS & PIPAKU PRODUK TERBAIK PEDULI KESEHATAN
“Injil Klise # 2 Segala sesuatu terjadi karena suatu alasan.”
Tanggapan khas untuk hal-hal buruk yang terjadi adalah hal buruk “terjadi karena suatu alasan”. Sekali lagi, orang percaya yang mengatakan hal-hal seperti itu, menunjukkan kurangnya pemahaman yang mencolok tentang bagaimana Kerajaan Allah bekerja, dan bagaimana dunia bekerja. Banyak sistem kepercayaan standar yang bertumpu pada gagasan tentang pengaruh ilahi yang berhubungan dengan alam semesta, atas bumi yang secara misterius membawa kehendak ilahi Allah melalui bencana yang terjadi di dunia ini.
Alkitab menyatakan bahwa segala sesuatu terjadi menurut hukum rohani: tabur dan tuai. Jika kita menabur dalam daging, kita akan menuai kerusakan/kebinasaan. Jika kita menabur dalam Roh, kita akan menuai hidup (Galatia 6:8). Ditambah dengan pemahaman bahwa seluruh dunia berada di bawah kejahatan dan bumi sedang diguncang oleh kerusakan dosa (1 Yohanes 5:19, Roma 8:21-22), kita harus menambahkan dinamika manusia yang terpisah dari Tuhan, akan mengejar keinginan daging mereka sendiri.
Perbuatan daging yang dijelaskan dalam Galatia 5:19-21, merupakan alasan mengapa banyak hal buruk terjadi. Perzinahan, pembunuhan percabulan, kemabukan, kebencian, dll. Pada dasarnya, kejahatan dan hampir selalu merupakan akar lebih banyak hal buruk. Salah satu alasan mengapa begitu banyak hal buruk terjadi karena adanya nafsu kedagingan. Tuhan sama sekali tidak terlibat.
Alasan lain mengapa umat-Nya binasa, karena kurangnya pengetahuan (Hosea 4:6). Ketidaktahuan terhadap cara Tuhan bekerja, merupakan alasan utama, mengapa hal-hal buruk terjadi.
Hanya percaya bahwa ada tujuan ilahi dalam segala sesuatu yang terjadi di bumi, pada dasarnya adalah paham fatalisme, yang memungkinkan mereka yang percaya seperti itu untuk menempatkan semua tanggung jawab dan rasa bersalah pada Tuhan sambil mengabaikan peran mereka sendiri dalam rantai peristiwa yang membawa bencana.
[Repost ; “Cliché #2 Everything happens for a reason”, – Barry Bennett, diterjemahkan oleh Yenny Indra].
YennyIndra TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC MPOIN PLUS & PIPAKU ? PRODUK TERBAIK PEDULI KESEHATAN