Sebagian orang menyimpulkan bahwa Injil kasih karunia berarti akhir dari asas menabur dan menuai. Mereka melihat menabur sebagai “pekerjaan”.
Apa yang tampaknya tidak mereka sadari adalah bahwa kita semua menabur, sepanjang hari, setiap hari. Kita menabur pikiran, kata-kata, waktu, keterampilan, sikap, dan berbagai sumber daya. Kita menabur kasih atau kepahitan, damai sejahtera atau perselisihan, sukacita atau ketakutan.
Menabur bukanlah pekerjaan agar mendorong Tuhan melakukan sesuatu. Menabur merupakan tanggapan atas kasih karunia anugerah Tuhan supaya berlipat ganda dalam kehidupan kita dan kehidupan orang-orang di sekitar kita.
“Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan. Seperti ada tertulis: “Ia membagi-bagikan, Ia memberikan kepada orang miskin, kebenaran-Nya tetap untuk selamanya.” Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu; 2 Korintus 9:8-10 (TB)
Jika menabur dianggap pekerjaan, mengapa kasih karunia atau anugerah Tuhan memberikan benih kepada penabur dan kemudian melipatgandakan benih yang ditabur? Apa yang gagal dilihat oleh sebagian orang, bahwa anugerah Tuhan itu berada di dalam benih. Persediaannya yang melimpah dibungkus dengan benih yang membawa potensi panen yang tak terbatas di dalamnya. Menabur bukanlah pekerjaan, itu merupakan tanggapan atas kasih karunia anugerah Tuhan!
Menabur dan menuai juga diharapkan di Taman Eden sebelum dosa masuk. Berfirmanlah Allah: “Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu. Kejadian 1:29 (TB)
Itu diajarkan sebagai prinsip Kerajaan oleh Yesus dalam beberapa kesempatan. (Markus 4: 1-29) (Lukas 6:38)
Itu diajarkan berulang kali oleh Paulus. Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Galatia 6:9 (TB)(2 Kor 9: 6-11)
Bahkan “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” Lihat Matius 6:33 (TB)
Kita semua menabur sebagai tanggapan atas sesuatu. Kita menabur sebagai tanggapan atas ketakutan kita, atau kita menabur sebagai tanggapan atas kasih karunia-Nya.
[Repost ; “The Grace of Sowing and Reaping”. – Barry Bennett, diterjemahkan oleh Yenny Indra].
Yang paling umum, fokus memikirkan masalah yang dihadapi. Tetapi yang sering terjadi, bukan fokus pada solusinya, karena kadang seolah menghadapi jalan buntu, jadi justru memikirkan kemungkinan terburuknya. Semakin berputar-putar lebih lama, semakin terasa berat masalahnya. Tentu saja jalan keluar makin jauh karena tembok-tembok ketakutan baru dipasang di depannya.
Hal kedua yang kerap dilakukan, curhat mengulang-ulang ceritanya. Semakin diulang, semakin tertanam dalam otak dan ingatan.
Saat tidak tahu jalan keluarnya, tidak sedikit orang yang curhat kepada orang yang salah. Ibarat sakit gigi, curhat kepada dokter spesialis Jantung, atau justru curhat dengan tetangga atau saudaranya pernah sakit gigi. Komentar, info dan saran berdatangan, namun belum tentu tepat sasaran. Nach justru bikin ruwet.
Setiap kata yang kita ucapkan itu benih, yang akan menghasilkan buah sesuai jenisnya.
Curhatlah pada ahli yang menguasai bidang tersebut. Itu akan menghindarkan kita dari ribuan pertempuran yang tidak perlu.
Dan jangan lupa, berdoa. Tuhan yang akan mengarahkan kita untuk menemukan solusinya. Mempertemukan dengan orang-orang yang tidak terduga. Hikmat Tuhan hanya bisa didengar saat hati kita tenang.
Sadarkah kita, kalau saja kita tahu kebenaran situasi yang kita hadapi, kita bisa menyelesaikan dengan cepat dan tepat sasaran. Yang menjadi masalah, kita hanya tahu sepotong di sini dan sepotong di sana. Seperti puzzle yang berlubang di sana sini. Gak jelas gambar apa dan harus melangkah ke mana yang efisien?
Nach ternyata kita sudah diberi senjata yang luar biasa oleh Tuhan. Kita diberi firman dan Tuhan sudah berjanji, perkataan yang Kuucapkan tidak kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi berhasil melakukan apa yang Kukehendaki, dan mencapai segala yang Kumaksudkan.
Berarti jika kita menggunakan kata-kata kita yang selaras dengan firman, kita akan menciptakan kehidupan? Deklarasi janji-Nya, agar Tuhan beri hikmat, jalan keluar mau pun arahan-Nya supaya kita menang.
Bahkan kita bisa meminta-Nya berperang bagi kita. Dan Tuhan sudah berjanji, firman-Nya tidak akan kembali dengan sia-sia.
*Fear will always rely on memories and not promises to guide you.*
*Ketakutan akan selalu bergantung pada ingatan dan bukan pada janji -janji (Tuhan) untuk membimbing Anda.*
??YennyIndra?? TANGKI AIR *ANTI VIRUS* & PIPA PVC ?? *MPOIN PLUS & PIPAKU* ?? PRODUK TERBAIK PEDULI KESEHATAN
“Apakah Anda sedang memikirkan diri Anda sendiri sampai mati?”
Kurangnya kedamaian di dalam hidup dan hati baik orang percaya mau pun tidak percaya, dapat ditelusuri secara langsung dari cara kita berpikir dan apa yang kita pikirkan.
Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. Roma 8:6 (TB)
Pikiran duniawi tidak selalu berarti dipenuhi oleh nafsu atau hal-hal yang vulgar. Meskipun pikiran semacam itu termasuk, namun pikiran duniawi melibatkan pemikiran apa pun yang melahirkan ketakutan, kekhawatiran, depresi, keputusasaan, kemarahan, rasa bersalah atau kepahitan. Pikiran duniawi mendorong kita ke dalam siklus merasa kehilangan, pikiran yang merusak, dan menimbulkan penyakit yang disebabkan oleh dosa Adam. Pikiran duniawi merupakan cara berpikir mandiri, yang terlepas dari pikiran-pikiran Tuhan.
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. Yeremia 29:11 (TB)
Pemikiran Tuhan datang dari kodrat-Nya, yaitu kasih. Keinginan hati Tuhan adalah untuk memberkati, menyembuhkan dan memakmurkan kita. Pikiran duniawi menghalangi berkat Tuhan, karena bekerja sama dengan dunia yang merusak.
Ketika kita terobsesi dengan masalah tagihan, kesehatan, hubungan yang rusak, politik, maka kita menciptakan “bagaimana jika” dalam pikiran, kita menabur benih kematian (kehilangan dan kerusakan) di dalam jiwa kita.
Orang yang berpikiran rohani mengharapkan yang terbaik. Fokus mereka pada persekutuan mereka dengan Bapa dan janji-janji-Nya. Orang yang berpikiran rohani melihat Tuhan sebagai sumber mereka. Oleh karena itu, mereka memilih damai dan sukacita-Nya. Mereka memilih untuk mengasihi, memberi dan mengampuni. Mereka hidup dari atas dan bukan dari bawah.
Bagaimana cara kita menjawab pertanyaan ini akan mengungkapkan apakah kita berpikiran duniawi atau rohani. Apakah kita selalu mengharapkan yang terbaik dari Tuhan dalam hidup kita? Jika tidak, inilah waktunya untuk memurnikan hati kita dan bersekutu dengan Bapa. (Lihat Yakobus 4: 7)
Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu! Yakobus 4:7 (TB)
[Repost ; “Are You Thinking Yourself To Death?”, – Barry Bennett, diterjemahkan oleh Yenny Indra].
Tuhan, Mengapa Hidupku Tidak Seperti Yang Kuharapkan?
Pertanyaan yang sangat manusiawi. Kita merasa sudah berdoa, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Ketika jawaban doa tiba, begitu yakin, ini kehendak Tuhan. Namun dalam perjalanannya, ternyata tidak mulus. Kecewa….
Familiar dengan kisah ini? Siapa yang pernah mengalaminya? Saya pun tunjuk jari!
Galau! Mengapa Tuhan? Berbagai perasaan tercampur aduk membuncah dalam dada. Ketika saat teduh, merenung.
Sungguh beruntung karena selama ini berusaha selalu fokus pada Tuhan dan firman-Nya, dalam keadaan terjepit, terpuruk, galau dan kecewa pun, yang mucul adalah firman.
Tuhan mengingatkan, Yusuf mendapat mimpi dari Tuhan. Saudara-saudara dan orangtuanya akan menyembah dia. Artinya, Yusuf akan menjadi orang ‘besar’ dan terhormat. Tetapi apa yang terjadi? Yusuf dijual oleh saudara-saudaranya, menjadi budak di Mesir. Tidak cukup disitu saja, difitnah istri majikannya – menolak diajak berzinah-. Justru karena mempertahankan kekudusan dan kebenaran, Yusuf masuk dalam penjara.
Berbuat baik menolong mengartikan mimpi sang juru minuman raja. Yusuf berpesan, sampaikan kepada raja, permasalahanku… Juru minuman lupa pula… Triple masalah dan kekecewaan. Apakah ada tanda – tanda mimpinya akan terwujud? Sama sekali tidak!
Kalau saya jadi Yusuf tentunya sudah sangat-sangat kecewa dan marah kepada Tuhan. Untunglah Yusuf tidak demikian. Dia tetap percaya janji Tuhan itu Ya dan Amin. Yusuf tetap menjaga sikap baik dan excellent. Dia tetap mempercayai Tuhan dan tidak luntur pengharapannya. Tibalah saatnya tidak ada seorang pun yang dapat mengartikan mimpi raja. Juru minuman pun ingat pada Yusuf. Yusuf mampu mengartikan mimpi raja karena dia menjaga hubungan yang intim dan kudus dengan Tuhan. Dan hanya dalam hitungan menit, Yusuf dari narapidana, dalam sekejap menjadi Perdana Menteri Mesir. Amazing! Berangkat bertemu raja statusnya narapidana, pulangnya berstatus sebagai Perdana Menteri.
Apakah jalan Tuhan seperti yang saya pikirkan? Sama sekali tidak! Kembali ke laptop, masalah saya. Mungkin saja memang jalannya tidak mulus seperti yang saya harapkan.
Apakah saya berdoa? Ya Apakah berdoa dalam roh? Ya. Apakah baca firman rutin? Ya. Berarti memenuhi syarat bahwa Allah turut bekerja dalam segala perkara untuk mendatangkan kebaikan bagi saya yang mengasihi Dia, yaitu bagi saya yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
Segala artinya semua, termasuk yang dalam pandangan atau pikiran saya merupakan kejadian buruk. Tuhan bisa mengubah batu sandungan menjadi stepping stone, batu pijakan, yang membawa saya naik ke tempat yang tidak bisa saya capai tanpa adanya batu tersebut. Wow …keren!
When everything seems to be going against you, remember that the airplane takes off against the wind, not with it, Ketika segala sesuatu tampak melawan Anda, ingatlah bahwa pesawat terbang melawan angin, bukan mengikutinya. – Henry Ford. Inilah cara pikir orang sukses!
Inilah bedanya jika pikiran kita diisi dengan kebenaran firman Tuhan. Tidak sempat stress karena yang diingatkan Tuhan justru membawa sukacita dan pengharapan, meski pun secara kasat mata belum kelihatan.
Tengah merenungkan hal ini, chat masuk dari Daniel Tirtayasa, adik kelas di Charis.
Kita hidup sesuai dengan rencana Tuhan, bukan rencana kita sendiri.
Tuhan bisa memakai segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan. Itu artinya Dia tidak menjanjikan semua hal baik terjadi atas hidup kita.
Kehendak tertinggi dari Tuhan adalah melakukan hal yang baik bagi anak-anak yang telah dipilih-Nya dari semula
Saya sadar, Tuhan menyertai dalam setiap langkah hidup saya. Mungkin saja saya tidak mengerti, seperti Yusuf bertanya-tanya: ke mana arah semua ini? Gak masuk akal blas…. Tapi tanpa Yusuf dijual sebagai budak dan masuk penjara, Yusuf tidak punya kesempatan bertemu dengan raja.
Jadi dengan cara yang sama, meski pun saya tidak mengerti arah semua ini ke mana, tetapi saya mengerti dan mengenal Allahku yang terbukti senantiasa bisa dipercaya: rancangan-Nya senantiasa yang terbaik bagi hidup anak-anak-Nya. Itu saja yang saya pegang.
Andrew Wommack mengajarkan, dalam hidup bisa saja kita tidak betul-betul pas mengikuti arahan Tuhan. Jangan merasa tertuduh. Kita sudah melakukan yang terbaik mengikuti-Nya. Melenceng sedikit? Segera kembali ke track yang benar. Seperti orang mengendarai mobil, setir perlu diputar sedikit ke kanan atau ke kiri agar tetap lurus. Yang penting jaga hati dan motivasi kita benar di hadapan Tuhan. Karena motivasi hati kita itulah yang diperhitungkan Allah.
Bagaimana kalau ada yang memang sengaja berbuat kesalahan dan melenceng jauh? Sama saja. Segera bertobat dan kembali kepada Tuhan. Dia Allah yang Maha-pengampun. Allah akan mengajar kita di sepanjang jalan yang terbaik bagi kehidupan kita, jika saja kita mengijinkannya.
Bagaimana pendapat Anda?
Don’t be afraid, for I am with you! Don’t be frightened, for I am your God! I strengthen you – yes, I help you – yes, I uphold you with my saving right hand!
Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.
YennyIndra TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC MPOIN PLUS & PIPAKU PRODUK TERBAIK PEDULI KESEHATAN
Istri saya dan saya adalah misionaris di Guatemala dan Chili dari tahun 1989 hingga 2001. Ketiga anak kami dibesarkan di Guatemala (10 bulan) dan di Chili. Ketika menoleh ke belakang, saya melihat betapa banyak campur tangan Tuhan di berbagai bidang kehidupan kami, padahal saat itu saya tidak begitu menyadari kehadiran-Nya. Kebijaksanaan atau hikmat haruslah meningkat ketika melewati musim-musim kehidupan, apalagi jika berjalan bersama Tuhan, kita seharusnya dapat melihat tangan-Nya dalam melalui setiap musim-musim kehidupan kita.
Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Galatia 6:9 (TB)
Lima tahun pertama dalam pernikahan kami sebagai misionaris, sangatlah tertekan secara ekonomi. Saya tidak berjalan dalam pewahyuan yang sama dengan pewahyuan yang saya miliki sekarang. Dalam banyak hal, saya bukanlah orang seperti saya sekarang. Saya dipenuhi dengan visi dan semangat, tetapi dalam beberapa cara, saya tidak benar-benar mengenal Tuhan. Meski demikian, anugerah kasih karunia Tuhan menopang kami. Salah satu pewahyuan utama yang masih saya hidupi hingga kini, merupakan “pengajaran” yang saya pahami di masa-masa saya menjadi misionaris. Saya memahami pengajaran tentang menabur dan menuai serta memberi dan menerima, tetapi itu bukanlah pewahyuan, dan buah dari pengajaran itu dalam kehidupan kami sangat sedikit waktu itu.
Ketika saya menoleh kembali pada tahun-tahun itu dan membandingkannya dengan apa yang Tuhan berikan menjadi milik kami hari ini, saya menyadari bagaimana saya telah berubah dan pemahaman saya semakin dalam. Hidup terdiri dari beberapa musim. Beberapa musim dalam kehidupan melibatkan lebih banyak menabur daripada menuai. Tetapi jika kita tetap setia di tahun-tahun menabur, akan ada masa depan yang mengalami peningkatan secara luar biasa dalam keluarga mau pun pelayanan.
Meskipun saya tidak dapat memberikan banyak kesempatan mau pun liburan kepada anak-anak saya saat berada di ladang misi, pengalaman-pengalaman lainnya sedang ditanamkan sehingga membentuk kehidupan mereka. Panen atau tuaian yang dialami anak-anak saya hari ini dan berkat-berkat dari setiap keluarga mereka merupakan buahnya. Tidak salah lagi, sudah terbukti. Mereka berjalan dalam berkat hari ini karena kesetiaan kami di musim ketekunan.
Tahun-tahun menabur dalam kehidupan kami saat dalam misi tampak sulit pada saat itu, tetapi musim panen sejak saat itu sungguh luar biasa. Kami dengan mudah melewati masa-masa sulit, putus asa mau pun masa-masa menyerah, karena kami memahami prinsip tentang musim dan tidak menjadi jemu dalam berbuat baik. Kita akan menuai jika kita tidak menjadi jemu!
Istri saya bersemangat untuk berkebun dan telah mencurahkan banyak waktu serta tenaga untuk membangun sebuah taman bunga baru yang besar di halaman belakang rumah kami. Tapi dia tahu bahwa hasil nyata dari buah kerjakerasnya di tahun ini, akan terlihat di tahun depan. Ini adalah musim persiapan, bekerja, dan menanam. Akan ada sukacita yang jelas tahun ini, demikian pula tahun depan dan tahun-tahun berikutnya akan ada lebih banyak lagi sukacita daripada bekerja.
Hidup adalah tentang musim. Jangan menyerah!
[Repost ; “Don’t Give Up!”, – Barry Bennett, diterjemahkan oleh Yenny Indra].