Articles, Christianity

“Kepuasan atau Kepasrahan?”

“Kepuasan atau Kepasrahan?”

“Saya telah belajar dalam keadaan apa pun, untuk menjadi puas.” (Filipi 4:11 KJV)

Jangan bingung antara kepuasan dengan berpuas diri.
Tuhan tidak menginvestasikan Anak-Nya, Roh-Nya, Firman-Nya, penyediaan-Nya, otoritas-Nya, iman-Nya, perlengkapan senjata-Nya, dan kunci-kunci kerajaan-Nya ke dalam diri kita supaya dapat menjalani kehidupan pasrah secara pasif [Que-sera-sera].

Kepuasan sejati adalah kedamaian di tengah situasi apa pun, tetapi bukan penerimaan pasif atas setiap situasi. Kepuasan tercipta karena menyadari kuasa Kristus yang ada di dalam diri kita untuk mengatasi setiap pencobaan dan memenuhi tujuan Tuhan dalam hidup kita dengan penuh sukacita.

Beberapa orang Kristen menyerah secara pasif, menerima kemiskinan sebagai kehendak Tuhan dan mengatakan pada diri mereka sendiri bahwa fatalisme (paham bahwa hidup manusia dikuasai nasib yang tidak bisa diubah) yang mereka anut adalah sebuah kebajikan. Yang lain belajar menyesuaikan diri dengan penyakit, kesedihan, dan depresi.

Bagi mereka yang hidup oleh iman memahami, Tuhan ingin melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita,
Efesus 3:20 (TB).
Dengan iman dan kesabaran kita mewarisi janji Tuhan, bukan dengan fatalisme dan kepasrahan.

Paulus tahu bagaimana berkekurangan dan berkelimpahan (Filipi 4:12). Namun, saat-saat berkekurangan, Paulus tidak menyerah pada nasib dan putus asa. Dalam beberapa ayat sebelumnya Paulus menulis, hendaknya kita selalu bersukacita di dalam Tuhan, dan kemudian diikuti dengan mengatakan,
“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.
Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.”
Filipi 4:6-7 (TB)

Tanggapan Paulus pada saat dalam kebutuhan, adalah pergi kepada Tuhan dengan doa dan ucapan syukur.
“Kepuasannya” adalah “tidak kuatir tentang apa pun.”
Dia tidak “tidak melakukan sesuatu”.
Imannya melihat penyediaan yang akan datang.

Itulah sebabnya Paulus bersukacita atas pemberian orang Filipi, sehingga pengorbanannya menginspirasi Paulus untuk berkata,
“Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.”
Filipi 4:19 (TB)

Kepuasan sejati mengucap syukur untuk tuaian yang akan datang, bukannya menyerah.

[Repost ; “Contentment or Resignation?”, – Barry Bennett, diterjemahkan oleh Yenny Indra].

Yenny Indra Visit Website
Traveller, Family Growth Inspirator, Seruput Kopi Cantik YennyIndra, Co Founder of PIPAKU & MPOIN FB: Pipaku Mpoin www.mpoin.com FB: Yenny Indra www.yennyindra.com Email: yennyindra09@gmail.com
Related Posts
“Tiga Dimensi Anugerah.”
Rahasia Doa Terjawab? Sepakat Dengan Tuhan.
Don’t Limit God! Let Him Do It His Way…