“Jika Saja …”
“Jika Saja …”
Banyak dari apa yang kita sebut pertempuran iman, sesungguhnya adalah pertempuran melawan ketidakpercayaan.
Ketika iman dikandung dalam hati, ada pemahaman dan jaminan kepastian bahwa kita memiliki apa yang kita yakini, bahkan sebelum manifestasinya terjadi.
Ketidakpercayaan hanya bisa ditaklukkan dengan menghilangkan berbagai gangguan, lalu fokus kepada-Nya dan Firman-Nya. Kebanyakan orang lebih fokus pada gangguan hidup (masalah) dan menghabiskan sangat sedikit waktu dengan Tuhan, namun mereka mengharapkan hubungan minimal ini menghasilkan imbalan yang besar.
Ketika iman dikandung, ada semacam kriteria pernyataan iman tertentu, agar manifestasinya bisa terjadi.
Kriteria itu berbeda untuk setiap orang dan setiap keadaan. Dalam kasus wanita dengan masalah pendarahan, kriteria atau pernyataan imannya adalah “jika saja saya menyentuh ujung jubah-Nya, saya akan sembuh.” Dia [wanita itu] yang menentukan saat kesembuhannya, bukan Yesus.
Dalam kasus perwira dan pelayannya, perwira itu berkata kepada Yesus, “Saya tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, tetapi katakan saja sepatah kata dan hamba-ku itu akan sembuh.”
Yesus bersedia pergi ke rumahnya, tetapi iman perwira itu menetapkan kriteria yang berbeda. Yesus menanggapi pernyataan imannya.
Yairus memberi tahu Yesus bahwa jika Dia datang menumpangkan tangan pada putrinya, maka dia akan hidup. Ini adalah keputusan Yairus, titik imannya, kriterianya. Yesus menanggapinya.
Kita berulang kali melihat, ketika Yesus memberi tahu orang-orang yang disembuhkan bahwa iman merekalah yang menyembuhkan mereka, dan “jadilah kepadamu menurut imanmu.” Dia menanggapi tingkat iman mereka, kriteria mereka “jika saja.” Kalau saja saya bisa menyentuh ujung jubah-Nya; jika saja Dia meletakkan tangannya ke atas putriku; jika saja Dia mengucapkan sepatah kata. Dalam setiap kasus ada keyakinan yang menimbulkan visi, yang pada akhirnya menghasilkan tindakan.
Ketika kita berada di tempat “jika saja,” kita berada di luar pertempuran karena ketidakpercayaan, kita tahu dan tahu, bahwa kita sudah disembuhkan. Ini bukan sesuatu yang kita buat dalam pikiran kita. Ini adalah iman yang dilahirkan di dalam diri kita, ketika kita mendengar Firman-Nya dan mendapatkan visi, bahwa kebutuhan kita terpenuhi. Tidak ada yang bisa menggoyahkan keyakinan itu. Tidak ada yang dapat menghalangi iman semacam itu. Iman semacam itu bahkan mendorongnya membuka lubang di atap rumah, dan menurunkan orang yang sakit melalui lubang itu ke hadapan Yesus.
Titik iman itu berbeda bagi setiap orang. Bisa jadi keyakinan kita, jika seseorang berdoa untuk kita, maka akan menjadi saat manifestasi kita. Bisa jadi dalam doa pribadi, lalu kita menerima pewahyuan kesembuhan kita sendiri. Manifestasinya bisa saja bertahap atau instan. Tetapi kita tahu dan tahu…
[Repost ; “If Only … “, – Barry Bennett, diterjemahkan oleh Yenny Indra].